Cara Menjadi Teknisi Instrument

By | 14 September 2016

Judul posting kali ini nampak seperti hal yang teknis, seperti ungkapan “Cara membuat telur dadar”, yang menjelaskan teknik membuat telur dadar. Padahal judul tersebut terinspirasi dari pertanyaan dari beberapa teman TeknisiInstrument yang sering menanyakan “Bagaimana cara menjadi teknisi instrument?”. Sebenarnya ada hal yang berbeda dari “Cara membuat telur dadar” dengan “Cara menjadi teknisi instrument”. Dimana letak perbedaannya? Silakan lanjutkan membaca artikel ini :).

Seperti dituliskan di atas, TeknisiInstrument pernah menerima beberapa kali pertanyaan “Bagaimana cara menjadi teknisi instrument”. Ya redaksional pertanyaannya yang sering diterima TeknisiInstrument memang seperti itu. Mungkin kalau ditelaah ulang, pertanyaannya akan menjadi “Apa saja syarat untuk bisa menjadi teknisi instrument”. Ya, kalau boleh berasumsi, itulah mungkin pertanyaan yang cocok.

Pada salah satu postingan di blog ini, TeknisiInstrument pernah menulis mengenai pemahaman awam TeknisiInstrument menganai Instrumentasi. Pada artikel tersebut dikupas sedikit dengan alakadarnya mengenai apa itu instrumentasi, yang meliputi hal berikut:

  1. Measeurement (pengukuran)
  2. Comparison (pembandingan dengan setpoint)
  3. Judgement (pengambilan keputusan atas hasil pemandingan)
  4. Correction (perbaikan penyimpangan)

Jika berminat mengetahui apakah itu instrumentasi yang dipaparkan ala teknisi, bisa dilihat di posting berikut yang menggupas mengenai apakah instrumentasi itu.

Kembali kepada keempat hal yang disebutkan di atas (measurement, comparison, judgement dan correction), jika disederhanakan, pada dunia instrumentasi ada dua hal  yang mendasar yaitu, mengukur dan mengatur/mengendalikan/mengontrol (silakan pilih salah satu istilahnya hehe, pada artikel ini saya pilih istilah “mengendalikan”).

Jadi, bagaimana caranya menjadi teknisi instrument?

Dilihat dari intisarinya: mengukur dan mengendalikan. Sebelum bisa menjawab pertanyaan di atas, kita harus tahu dulu: apanya yang diukur? dan apanya yang dikendalikan?

Pada dunia instrumentasi, pengukuran dilakukan untuk mengetahui kuantitas dari besaran proses yang sedang dikendalikan, misalnya pengukuran tinggi permukaan zat cair pada sebuah tangki ataupun bejana, pengukuran temperatur sebuah tungku pembakaran, pengukuran aliran fluida, dan lain-lain. Sedangkan pengendalian merupakan proses koreksi dari hasil perbandingan besaran yang diinginkan dengan besaran yang didapatkan dari hasil pengukuran. Sederhananya, jika ketinggian sebuah zat cair terlalu tinggi, maka diturunkan, jika aliran sebuah fluida terlalu besar, maka dikecilkan, dan lain sebagainya.

Jadi, bagimana caranya menjadi teknisi instrument?

Kita ambil salah satu contoh saja, misalnya mengenai pengukuran ketinggian zat cair di dalam sebuah tangki atau bejana. Untuk dapat mengukur ketinggian zat cair pada sebuah tangki atau bejana, kita harus mengetahui karakter zat cair. Singkatnya, kita harus tahu karakter fisis dari zat cair, sehingga ketinggian zat cair bisa diukur. Untuk mendapatkan gambaran, silakan baca artikel terkait mengenai cara mengukur ketinggian zat cair melalui pendekatan tekanan. Dari artikel tersebut kita bisa mendapat gambaran, bahwa untuk bisa mengukur ketinggian zat cair di dalam sebuah tangki atau bejana kita perlu matematika dan sedikit fisika. Sedikit bacaan mengenai pengukuran ketinggian zat cair, bisa dilihat di sini

Sekarang silakan coba baca artikel berikut mengenai switch di sini dan di sini, dari dua artikel tersebut, ternyata kita juga perlu tahu mengenai kelistrikan.

 

Sampai di sini, sudah terkumpul beberap hal yang harus diketahui oleh teknisi instrument: sedikit matematika, sedikit fisika dan sedikit kelistrikan.

Jika mau dipaparkan kasus-per-kasus untuk diambil contoh, mungkin artikelnya akan menjadi terlalu panjang. Sekarang mari kita persingkat. Sekarang ini, dunia dijejali dengan teknologi yang berbasis elektronik baik analog dan digital, serta teknologi komputasi dan kelengkapannya, serta teknologi informasi yang menjadi sarana tukar menukar informasi. Tak terkecuali pada dunia instrumentasi.

representasi parameter (sinyal)

representasi parameter (sinyal)

Salah satu contoh sederhana  bisa dilihat pada gambar di atas, ketinggian zat cair pada tangki bisa ditampilkan dalam sebuah layar komputer. Mari kita telusuri:

  1. Hubungan antara ketinggian zat cair dengan tekanan hidrostatis (ilmu fisika dan penerapannya).
  2. Membaca tekanan hidrostatis dan mengubahnya menjadi sinyal elektrik/elektronik yang bisa dikirim ke perangkat lain (ilmu elektrik/elektronik).
  3. Sinyal elektrik dibaca dan diproses menjadi sinyal yang berguna pada DCS, PLC, controller (ilmu elektronik, mikrokontroler, ilmu digital dll)
  4. Menampilkan data dari DCS, PLC, controller pada monitor komputer (ilmu komputer, software dan/atau hardware)

 

Jadi, bagaimana caranya menjadi teknisi instrument?

Oh ya, lupa, mari kita fokus lagi:

Untuk bisa menjadi teknisi instrument, silakan cermati saja hal-hal yang digambarkan pada tulisan di atas.

Sekolah untuk menjadi teknisi instrument?

Umumnya itu adalah pertanyaan lanjutan dari pertanyaan pertama. Dulu, jaman TeknisiInstrument mulai bekerja, perusahaan-perusahaan besar masih menerima lulusan STM (sekarang SMK) untuk dapat menjadi teknisi instrument, dan di Cimahi ada sebuah STM empat tahun yang memiliki jurusan Instrumentasi Industri, Gambarannya bisa dibaca di sini. Kalau di daerah lain, TeknisiInstrument tidak tahu ada atau tidak jurusan tersebut. Saat ini, ngobrol-ngobrol dengan teknisi instrument yang masih belia, untuk menjadi teknisi instrument di perusahaan tertentu, konon harus D-3 jurusan tertentu. Duh.. Gusti… semakin berat saja syarat bekerja itu… Dan konon juga, jurusan dimaksud ada yang menyebutkan elektronika instrumentasi, elektronika, IT dll.

Jadi, bagaimana caranya menjadi teknisi instrument?

Baiklah, mari kita simpulkan tulisan simpang siur ini. Karena aturan administratif dari perusahaan yang akan merekrut seorang teknisi instrumentasi, lulus dari sekolah formal memang diperlukan, baik sekolah menengah maupun perguruan tinggi, tergantung dari perusahaan yang membutuhkannya. Jurusannya bisa dipilih berdasarkan paparan di atas, mana yang kira-kira rada nyambung, bisa jurusan elektronika, listrik, fisika dan lain-lain yang kira-kira berhubungan.

Jika saat sekolah/kuliah belum pernah sekalipun memegang peralatan instrument, sepertinya kursus instrumentasi bisa menjadi pilihan untuk membekali diri. Selain kursus, untuk bisa bersentuhan dengan peralatan instrumentasi secara langsung, bisa memanfaatkan saat-saat PKL (Praktek Kerja Lapangan) untuk benar-benar mengenali peralatan instrumentasi.

Jika ingin bersentuhan dengan banyak peralatan instrumentasi, cobalah untuk melamar ke perusahaan yang sering menangani proyek-proyek instrumentasi atau EPCI, jangan tanya EPCI itu apa ya.. hehehe), karena pada perusahaan proyek tersebut biasanya ada kegiatan pemasangan, commissioning, troubleshooting dll, pokoknya lengkap. Cobalah untuk menjadi helper terlebih dahulu sebagai starting point.

Pelajaran sekolah apa yang sangat bermanfaat untuk menjadi teknisi instrument?

Sederhana sebetulnya, pelajaran yang sangat bermanfaat untuk menjadi teknisi instrument, dan bahkan (mungkin) jenis pekerjaan lainnya, adalah pelajaran SD atau sekolah dasar. Lho, koq bisa…? Ya, pelajaran yang dimaksud adalah membaca dan menulis. Tentunya dengan tidak merendahkan pelajaran lanjutan lainnya seperti matematika, fisika dan lain-lain, hanya saja, membaca dan menulis adalah modal bekerja. Karena setiap peralatan instrumentasi umumnya dilengkapi dengan buku panduan bagaimana cara menanganinya, dari mulai memilih, memasang, mengkonfigurasi, merawat dll. Sehingga untuk bisa menangani peralatan instrument tersebut, kita harus membaca buku panduannya, dan menuliskan hal-hal penting untuk referensi. Dan satu lagi, karena umumnya buku panduan dimaksud kebanyakan menggunakan Bahasa Inggris, alangkah bijaknya jika bahasa tersebut kita pelajari sebagai modal.

 

Demikian pemaparan yang (mungkin) ngawur mengenai bagaimana caranya menjadi teknisiinstrument. Semoga bermanfaat.

10 thoughts on “Cara Menjadi Teknisi Instrument

  1. Anonim

    Hallo, bapak admin
    Pak next time buatin postingan tentang setting control valve dong pak, hehe

    Reply
  2. Roni putra

    Salam.
    Pak adakah buku manual untuk hart calibrasi merek honeywel st3000.
    Tolong dikirim ke email saya pak (roniputra527@gmail.com)
    Thanks

    Reply
  3. Bagoes Muhammad

    Assalamu’alaikum kang
    Salam kenal yaa, saya Bagoes anak Kontrol Proses@43
    Kang tolong kang buatin artikel tentang BCE dari yang paling mendasar, soalnya disekolah alat BCE pada rusak semua kang, jadi saya sulit untuk mengenal alat ini kang,, Terimakasih kang

    Reply
    1. teknisiinstrument Post author

      Wa ‘alaikum salam wrwb.
      Salam kenal Kang Bagoes Muhammad.
      Saya yakin di sekolah ada yang lebih kompeten mengenai BCE.
      Semoga saya diberi kesempatan untuk bisa menulis mengenai itu.

      Salam,
      TeknisiInstrument

      Reply
  4. Dms PJPP

    Mas kalo di pltu/industri lain, trknisi instrument harus bisa DCS/PLC program ya atau pnya teknisi sendiri? Soalnya dikantor sy instrument belajar jg DCS program.

    Reply
    1. teknisiinstrument Post author

      Mas Dms PJPP,
      Salam kenal.
      Mohon maaf, saya kurang tahu pembagian tugas di PLTU. Namun ada beberapa skema pembagian tugas antara electric, instrument dan automation di berbagai industri.
      Ada yang electric dan instrument gabung, ada yang dipisah, ada yang automation dan instrument digabung, ada yang dipisah. ada yang semuanya digabung.

      Jadi terus terang, untuk industri tertentu saya tidak tahu pake skema yang mana. Tapi umumnya seperti yang disebutkan di atas.

      Salam,
      TeknisiInstrument

      Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*