Saya hanya seorang teknisi instrument, yang bahkan belum cukup ilmu untuk menjadi seorang teknisi instrument. Tapi sebagaimana pepatah, tidak ada gading yang tak retak, no body is perfect. Karena jika saya harus menunggu pintar dan ahli untuk bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman, mungkin saya tidak akan pernah bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman selamanya. Dengan segala keterbatasan ilmu, ingin rasanya berbagi mengenai apa yang pernah dipelajari dan dialami melalui tulisan di dalam blog ini.
Semoga bermanfaat.
TeknisiInstrument
boss, boleh saya belajar hart comm dengana anda…?
thank u
Salam kenal Pak Hendra.
Saya juga masih terus belajar koq, kita sama-sama belajar saja.
Insya Allah saya akan buat artikel mengenai penggunaan HART COMM 375 dalam waktu dekat ini.
Salam,
TeknisiInstrument
wahhhh kang ade keren pisan
Makasih, masih belajar koq
mantap boss….
Nuhun Kang. Akang juga mantap…
Kereeen !
Yess ! 🙂
mantep lah… masih berkutat sareng angka-angka… saya mah pusing 🙂
Makasih.
Ya, masih berkutat dengan angka, soalna masih berjuang di grass-root hehehehe…
Dear Sir,
Pak Mau tanya seandainya ada transmitter yang dipasang di thermocouple PT 100 range 0-500 deg C yang dipakai.
Tetapi transmitter itu standarnya cuma sampai 0-100 deg C, tetapi kemudian disetting seperti yang dibutuhkan user hingga bisa mencapai 0-500 deg C dan bahkan sudah dikalibrasi.
Tetapi begitu digunakan kok tidak bisa berjalan yach selalu default terus, kenapa yach?
terima kasih.
Sebelumnya saya mau konfirmasi dulu, apakah sensor yang digunakan adalah thermocouple, atau RTD (Resistance Temperature Detector), karena sensor yang dicantumkan di atas itu thermocouple PT 100.
Kalo PT 100, setahu saya itu RTD, yang artinya 100ohm pada 0°C.
Adapun thermocouple itu biasanya type J, K dll.
Yakinkan dulu sensor yang digunakan, apakah thermocouple atau RTD. Setelah yakin, konfigur transmitter untuk menggunakan sensor yang dipilih, misal RTD PT100
Temperature transmitter sekarang ini biasanya mampu mengolah sinyal dari RTD ataupun TC (thermocouple).
Yakinkan wiring-nya sudah sesuai dengan yang dicantumkan dalam manual book nya (installation manual).
Kalau boleh tahu, memakai tranmsitter merk apa, tipe apa? terus sensornya RTD atau TC, mungkin dari data itu saya bisa ikut urun rembuk.
Salam,
TeknisiInstrument
eh kang kenal ka K’Deden Setiawan teu?
Pak Deden Setiawan? kenal…
Mangstab Kang, diantos updatena… 🙂
Hatur nuhun.
Mana atuh kiriman artikelna, urang posting….
Salut atau mabrok (kata Orang Arab) buat anda sebagai generasi muda yang masih aktif dan senang belajar. Saya adalah lulusan STM Pembangunan juga lulusan tahun ’87.
Teruskan dan mantapkan cita-citamu saya “mentok” hanya sebagai teknisi Instrument.
Salut atau mabrok (kata Orang Arab) buat anda sebagai generasi muda yang masih aktif dan senang belajar. Saya adalah lulusan STM Pembangunan juga lulusan tahun ’87.
Teruskan dan mantapkan cita-citamu, jangan “mentok” hanya sebagai teknisi Instrument. K A M U B I S A….
Salut atau mabrok (kata Orang Arab) buat anda sebagai generasi muda yang masih aktif dan senang belajar. Saya adalah lulusan STM Pembangunan juga lulusan tahun ’87.
Teruskan dan mantapkan cita-citamu, jangan “mentok” hanya sebagai teknisi Instrument. K A M U B I S A….
Terima kasih Pak Dicky, udah mampir di blog sederhana ini. Dan salam kenal, Wah.. ternyata senior saya kalau begitu.
Terima kasih atas dorongan semangatnya, insya Allah akan diperhatikan…
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualikum kang!.
saya masih tingkat 4 kontrol proses STM Pembangunan.
Terima kasih untuk ilmunya. Kalau bisa buat artikel untuk mempermudah cara pandang mengenai instrument. Diantos sharing di sakola,
Wa’alaikum salam.
Salam kenal deh kalo begitu.
Kalo artikel mengenai ilmu instrument secara umum udah saya posting, di sini, posting tersebut merupakan coretan kang Ruhe.
Memang pengertian instrument yang sangat umum.
Insya Allah kalau ada kesempatan saya akan coba buat artikel yang diminta.
Salam buat teman2 di sekolah, dan juga untuk para gurunya.
Salam,
TeknisiInstrument
Btw, pami kuabdi di crawl rss na kenging nya Kang
Mangga pisan….
Crwaled! Here we go: http://theuntouchable-ruhe.blogspot.com/
kang bagaimana cara kalibrasi LT differential? apakah setelah dikalibrasi jika di pasang di lapangan perlu di rezero lagi?
(masih pemula nih)trims kang?
Dari pertanyaan di atas, saya berasumsi transmitternya dikalibrasi di workshop. Setelah dipasang, ada baiknya dilakukan zero check, selain untuk mengecek kalibrasinya itu sendiri, juga untuk cek kebocoran di tubing atau flange atau koneksi lainnya. Ada dua jenis zero check yang biasa dilakukan untuk DP cell:
– dry zero check (atau mungkin istilah lain) yaitu mengequalize sisi high dan sisi low pressure pada saat kedua sensing line-nya di venting.
– wet zero check yaitu mengwqualize sisi high dan sisi low pressure pada saat kedua sensing line-nya terhubung ke process.
Atau kalau tidak ada equalizing valve/manifold (biasanya untuk transmitter dengan remote seal), cukup dengan venting kedua sisinya, kemudian LT harus membaca dp minus sebesar hidrostatic pressure dari filling liquid-nya.
Maaf kalau tidak pas.
Salam,
TeknisiInstrument
aslm kang salam kenal
sya juga dri lulusan stm pembangunan angkatan 32… sya alhmdllah sdah krja d karwang sbg teknisi instrument jga…
sebelumnya sya banyak terima kasih dari akang karna artikel ya banyak membantu…
saya mau tanya gimna prinsip kerja flowmeter magnetic dan vortex? dan gimana cara nentuin sizing ke pipa ya?
sebelumnya mkasih kang…
Wa’alaikum salam wrwb.
Alhamdulillah, tambah lagi kenalan. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih udah mampir di blog sederhana ini.
Terus terang saja, secara praktis, saya belum berpengalaman secara praktis tentang vortex flow meter, namun saya akan coba berusaha menjawab.
1. Magnetic Flow meter.
Magnetic flow meter bekerja berdasarkan hukum faraday. biar sederhana, bayangkan saja sebuah trafo, ada lilitan primer dan lilitan sekunder, di lilitan primer diberi arus bolak-balik, kemudian di sisi sekunder akan terbentuk GGL karena adanya induksi elektromagnetic. Nah… jika inti trafo kita ganti dengan aliran yang bersifat konduktif, maka di lilitan sekundernya akan terbentuk GGL yang proporsionial dengan aliran, setelah itu, tinggal diolah dengan transmitternya.
2. Vortex Flowmeter.
Bekerja berdasarkan turbulen yang diakibatkan oleh pemasangan penghalang dijalur aliran, di sisi downstream penghalang tersebut akan terbentuk aliran laminer yang mengakibatkan ada goncangan di alirannya, goncangan (oscliation) tersebut dideteksi oleh detector (piezoelectric atau capacitance sensor), besarnya osilasi proportional dengan besarnya laju aliran (veocity) setelah itu, seperti biasa, tinggal tugasnya transmitter untuk mengubahnya menjadi sinyal yang bisa dibaca sebagai flow.
Silakan buka site ini untuk baca-baca:
http://www.gec.jp/CTT_DATA/WMON/CHAP_4/html/Wmon-125.html
http://www.maxiflo.co.kr/English/Technology/flowmetertypes.htm
http://www.omega.com/literature/transactions/volume4/T9904-09-ELEC.html#elec_3
http://www.engineeringtoolbox.com/vortex-flowmeters-d_529.html
Mohon maaf jika jawabannya tidak pas atau terdapat kekeliruan.
Salam,
TeknisiInstrument
Sampurasun,
Kang boleh ikut bertanya, bahasannya agak melenceng, tentang Anti Fire equipment, tapi masih diwilayah toekang instrument.
Saya pernah ikut instalasi UV/IR/UVIR punyaannya Detronics, tapi kebetulan biasanya masang yang masih perawan baru keluar dari pabrik, jadi belum pernah nemuin masalah atau kendala yang aneh-aneh.
Pertaanya, masalah atau kendala apa saja yang sering muncul dilapangan pada sensor UV/IR/UVIR dan atau sensor anti fire laiinnya? Mohon dijelaskan dari masalah sepele sampe yang paling bikin sebel toekang maintenance, kalo bisa dibikin postingan bahasannya Kang, boleh ya?:maksa: hehehehe
Haturnuhun
Rampes…
Wah… jadi isin ditaros ku master mah yeuh… hiks…
Anti Fire Equipment, kalo di tempat kerja saya panggilannya Fire and Gas System, karena merupakan kombinasi antara gas detector, flame detector, heat detector, smoke detector dan terintegrasi ke fire water, deluge system, dan fire suppression lainnya, seperti CO2 system.
Point IR gas detector
Yang sering sering timbul masalahnya adalah optik yang kotor, infrared lamp-nya yang mati, atau bahkan sensor IR-nya yang mati, tapi biasanya hanya satu indikator yang ditunjukkan: FAULTY. hehehe.. ya memang, menyedihkan, jadi kalo udah faulty, memang sepertinya harga mati untuk diGANTI dengan yang beru. tapi seiring ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebelum memutuskan untuk mengganti, karena gas/flame detector itu harganya muahal sekualliii… (katanya)
Untuk IR gas detector: kalo dilengkapi dengan dust filter, silakan periksa dan bersihkan dust filternya secara rutin. Lakukan function test dan/atau Sensor calibration secara berkala.
Open Path Gas Detector
Kalo OPGD (Open Path Gas Detector) masalah yang sering terjadi selain bagian optiknya, ialah karena mis-alignment, atau cahaya IR dari transmitter tidak mengenai bagian receivernya. oleh karenanya biasanya indikasinya adalah “Beam Blocked”, obatnya biasanya dengan re-alignment dan re-calibration, setelah itu di-function test.
IR/Triple IR/UV/UVIR flame detector
Secara fungsi Kang Ruhe pasti jago banget, bagaimana mereka bekerja. Sebagaimana kita ketahui, mereka bekerja berdasarkan sinar Inframerah atau ultraviolet, sehingga pasti ada komponen optik di dalamnya, entah itu lensa, entah itu photosensor dll. kotoran biasanya jadi penyebab yang paling sering mereka faulty. beberapa manufacturer memiliki cairan khusus untuk membersihkan bagian optic dari flame detector.
Tapi masalah yang peling menjengkelkan adalah kalau signal drift, karena kebanyakan flame detector tidak bisa “field calibration”, kalo diukur oleh mA meter, menunjukkan angka, dan sepertinya normal.
Misalnya gini:
Kalo flame detector normal, dan tidak “melihat” api, maka dia akan mengirim sinyal 4mA, dan controller menerjemahkannya “NORMAL”, Kalau flame detector “melihat” api (bisa disimulasikan dengan flame simiulator), dia akan mengirimkan sinyal 18mA (misal), dan controller menerjemahkannya sebagai “FIRE”, kalau flame detector mengirim sinya di bawah 4mA atau di atas 20mA (ini hanya contoh) maka controller menerjemahkannya sebagai “detector faulty”.
Nah.. bagian pusingnya ini: kalau kita simulasikan dengan fire simulator (berupa lampu yang memancarkan cahaya IR atau UV yang memiliki frequensi sama dengan frequensi UV/IR yang timbul pada api) flame detector mengirimkan sinyal 17.9999mA, sedangkan detector menerjemahkannya masih “NORMAL”, jadi, mau nggak mau harus ganti… Sok rada ngabatin pami ngagentos nu model kieu teh…
Tambahan:
Pada beberapa detector, mungkin dilengkapi dengan menu “SOFT RESET” pada hand-held-nya, ini bisa kita lakukan kalau yang fisik tidak bisa menyelesaikan masalah, maka software (firmware)-nya kita reset, ada kalanya juga harus melakukan recycle power, dimatikan powernya kemudian hidupkan kembali…
Oh ya.. tambahan (lagi), bisanya kalo peralatan safety seperti flame/gas detector, suka ada pemberitahuan “NO SERVICEABLE PART INSIDE”, boleh percaya boleh tidak… tapi kalau ingin taat hukum sertifikat, harus percaya.. hehehehehehe, kalau ingin berfikir sampai resistor-capacitor-transistor level… silakan saja tidak percaya… ya.. tergantung kebutuhan.. hehehe
Semoga bisa menjawab, kalopun tidak kita cari lagi jawabannya sama-sama…
Salam,
TeknisiInstrument
Waduh, haturnuhun Kang, Mangstab bener jawabannya nya…
Kalo “NO SERVICEABLE PART INSIDE” urusannya sama marketing, bukan urusan tukang instrument seperti kita, hihihihi
Sami-sami.
Hehehehe… betul.. itu urusan duit, bukan masalah optik, power supply, sensor, dll…
assalamu’alaikum.. Salam kenal kang,, ti urang nanjung..
punten ah ngiring nimbrung, abdi nuju belajar instrumentasi, ari istilah PSA, DCS, PID teh naon nya kang? Punten waleranna nu lengkap, hehheee..
Teras upami di pbrik petrokimia, proses kerja instrument’nya seperti apa? Dan mulai dari mana sampai mana prosesnya?
Diantos waleranna kang?
Wa’alaikum salam,
Alhamdulillah nambihan wargi.
Menurut yang pernah saya baca (terus terang saya belum pernah menangani PSA), cuman pernah overhaule valve-valve yang terpasang pada PSA saja hehehehehe:
PSA = Pressure Swing Adsorption
Merupakan cara (proses) untuk memurnikan gas dari bahan lain (misalnya memurnikan hidrogen dari hidrokarobon, pemisahan udara dan pengering udara), proses ini meliputi Adsorption, Depressurization, Purging dan Repressurization.
Contoh sederhananya sich (kalo nggak salah) air dryer pada air compressor yang menggunakan silica gel (itu kalo nggak salah)
Lengkapnya bisa baca di sini:
http://www.gas-plants.com/pressure-swing-adsorption.html
http://www.psaplants.com/what-psa-process.html
DCS = Distributed Control System
Secara harfiah DCS adalah sistem kontrol yang terdistribusi. Merupakan sistem kendali (control) yang terdistribusi, dimana diantara perangkat kendali sudah bisa di-manage sedemikian rupa, sehingga segala keperluan integrasi dan hirarki proses bisa didistribusikan dengan baik. Perangkat kontrol dimaksud bisa berup I/O modul, communication modul, processor modul, special module, dll.
PID (Proportional Integran Derivative)
Merupakan mode pengendalian yang diterapkan pada controller dengan kerja continuous (bukan on-off), dimana output controller sudah dimanipulasi dengan sebuah formulasi PID.
Proportional, output controller akan sebanding (proporsional) dengan besarnya error yang diberi gain/amplifikasi. dimana error merupakan selisih antara set point dengan process variable. Semakin besar gain, controller akan lebih responsif tapi cenderung osilasi, pun sebaliknya, semakin kecil gain makan proses akan kurang responsif tapi proses cenderung tidak osilasi.
Integral, merupakan fungsi matematis pada controller yang mengintegrasikan sejumah error untuk setiap satuan waktu tertentu, efek dari integral ini akan memperlambat proses, tapi akan menghilangkan error yang berkepanjangan atau biasa disebut offset.
Derivative, merupakan fungsi matematis dari controller yang memprediksi error dengan mendiferensiasikan setiap perubahan error terhadap perubahan waktu tertentu. Efek dari Derivative ini akan mempercepat proses tetapi memberi efek osilasi pada proses.
Terus terang, saya belum pernah bekerja di pabrik petrokimia, tapi dimanapun, pada proses apapun, dunia instrumentasi akan tetap sama, dimana ada pengukuran (measurement) yang merupakan tugas transmitter, pembandingan dengan set point (comparison), pengambilan keputusan (judgement) yang merupakan tugas controller dan ada proses koreksi (correction) yang merupakan tugas actuator (umumnya control valve)
Adapun aktivitas bagi seorang teknisi instrument, menurut saya tidak akan jauh dari kalilbrasi, function test, tuning, loop check, dll.
Hanya itu yang bisa saya jawab, semoga membantu.
Kalaupun tidak, mohon maaf atas segala keterbatasan saya.
Selamat datang di dunia instrumentasi.
Nambihan wargi yeuh.. hehehehe…
Salam,
TeknisiInstrument
alhamdulillah kang sakitu oge tos lumayan, teras upami satuan PSI teh kumaha? Punten yeuh kang abdi nembe belajar.. Janten istilah2na ge masih araneh,, alhamdulillah abdi dapet blog si akang nu tiasa ngabantos,, upami buku nu lengkap tentang instrumentasi aya di pasaran teu kang? Manawi gaduh referensina?
Syukur kalo memang lumayan.
PSI (Pound per Square Inch = pon per inci persegi) Merupakan satuan tekanan, seperti yang kita tahu, tekanan merupakan gaya per satuan luas. Satuan lain dari tekanan untuk system metric adalah kg/cm2 (kilo gram per centimeter kuadrat).
Misalnya jika kita punya tekanan 1kg/cm2 Maka berapa tekanan dalam satuan PSI
1 kg = 2,2046 pound
1 cm= 0,3937 inci
1cm2 = (0,3937)2 = 0,15499969 in2
1 kg/cm2 = (2,2046 / 0,15499969) = 14.223 pound/ in2
Jadi, 1 kg/cm2 = 14.223 PSI
Kalau masalah buku, terus terang saya tidak hobi membaca hehehehe, tapi saya pernah tanya ke teman yang pernah baca buku, dia merekomendasikan buku “Falsafah Dasar Pengendalian Proses” karangan Frans Guterus. Saya sendiri belum pernah baca sampai tuntas.
Terus terang, bacaan saya kebanyakan berawal dari google.com, hehehehehe
Salam,
TeknisiInstrument
Pingback: Infrared dan Ultraviolet Gas Detector « Teknisi Instrument
hatur nuhun ah kana waleranna,, tapi ieu abdi bade tumaros deui manawi teu bosen,,
upami bade ngetes sabaraha maximal ampere trafo anu inputnna 220 V AC, outputna 24V, kumaha carana kang? Punten ah upami rada melenceng,,
kang, manawi kengeng abdi nyuhunkeun nmr hp’na ? Di kirim ka email abdi wae..
Hatur nuhun..
Sami-sami.
Wah… kalo cuman parameter tegangan yang diketahui, rasanya sulit untuk menentukan berapa arus (amper)nya.
Harus diketahui dulu kapasitas (daya) trafo tersebut. Misalnya sisi primernya:
V = 220Volt
daya = 2200 VA (volt ampere)
Maka arus yang mengalir pada sisi primer adalah:
I= daya/V = 2200VA/220V = 10 Ampere
Nah, dengan asumsi efisiensi trafo adalah 100% (tidak adal losses), maka idealnya daya di sisi sekundernya juga 2200VA.
Maka arus di sisi sekundernya menjadi:
I=daya/V
I=2200VA/24V = 91.67Ampere.
Mohon maaf kalo jawabannya kurang tepat.
btw, HP saya jarang aktif, karena sering berada di luar jangkauan heheheh.
Kalau mau berkomunikasi dan bersilaturahmi bisa lewat email ade.ahmat[at]gmail[dot]com
Atau bisa ditulis lewat kolom komentar di blog ini.
Salam,
TeknisiInstrument
berarti kalau mau bikin power suply dgn ouput 24vdc/36 ampere, pake trafo yg 10ampere dah cukup ya kang?
Abdi teh saleresna mah hoyong ngadamel power suply switching(220vac) nu out putna 24vdc/36ampere, tapi teu acan gaduh gambar nu yakin’na kang, manawi gaduh saran?
Wah.. maaf sekali, saya tidak terlalu kompeten dalam urusan elektronika daya.
Setahu saya, komponen utama dari switching power supply adalah power switching (IGBT misalnya).
Ini untuk eksperimen atau untuk keperluan tertentu, kalau untuk keperluan tertentu, kalo nggak salah, power supply untuk komputer juga termasuk switching power supply.
Terus untuk utak-atik, mungkin bisa cari power supply bekas komputer, atau, kalau pernah ke Jaya Plaza, bisa beli switching power supply yang 2 ampere.
Tapi kalau memang untuk ekperimen, bisa baca-baca:
http://schmidt-walter.eit.h-da.de/smps_e/smps_e.html
http://michaelgellis.tripod.com/power4.html
http://www.smps.us/power-supply.html
http://www.eleccircuit.com/138v-40a-switching-power-supply-by-lm3524-and-lm324/
http://www.google.com/search?q=DIY+switching+power+supply&sourceid=ie7&rls=com.microsoft:en-US&ie=utf8&oe=utf8#sclient=psy&hl=en&rls=com.microsoft:en-US&q=switching+power+supply+circuit&aq=f&aqi=g1g-c1g1g-m2&aql=&oq=switching+power+supply+circuit&gs_rfai=&pbx=1&psj=1&fp=5514d4c9ae44c415
Saran dari saya, jangan bosen tanya ke google.. hehehehe
Maaf, saya tidak bisa membantu banyak dalam hal ini.
Salam,
TeknisiInstrument
boss, bisa ga jelasin tentang differential pressure transmitter? itu bisa digunakan buat pa ja & gmn instalasinya? Thanx
Salam kenal Pak franzocto,
Terima kasih sudah mampir di blog ini.
Differential pressure transmitter merupakan salah satu field device yang berfungsi untuk mengukur perbedaan tekanan di antara dua titik. Differential pressure transmitter memiliki dua buah input, yaitu sisi high dan sisi low, selisih dari sisi high dan low merupakan differential pressure yang kemudian dikirim menjadi sinyal standar (umumnya 4-20mA untuk sinyal listrik, 3-15psi untuk pneumatik). Differential pressure transmitter biasanya digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan di antara dua ruangan, mengukur level (tinggi permukaan) liquid pada tangku tertutup, untuk mengukur flow fluida dengan sensing element DP.
Salah satu contoh pembahasan differential pressure transmitter ada di posting saya:
https://www.teknisiinstrument.com/2009/08/03/mengukur-level-dengan-pressure/
https://www.teknisiinstrument.com/2009/08/06/menentukan-range-differential-pressure-transmitter-untuk-mengukur-level/
Mohon maaf jika jawabannya kurang pas.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum sir,
may u in the best condition,
langsung saja,
saya sedang menyusun laporan mengenai sequence system. saya sudah cari materi ini baik lewat internet maupun buku manual di tempat pkl saya sekarang, namun saya belum menemukan materi lengkap yang membahas sequence system. yang saya tahu hanya sebatas bahwa sequence itu merupakan suatu sistem yang berurut yang menjadi syarat sebelum suatu unit dimulai. apa itu benar?
jika bapak punya materi lengkap mengenai hal ini saya mohon pencerahannya, dan mohon dimuat di blog ini atau kirim ke email saya.
jika ada referensi buku, buku apa yang harus saya beli?
mohon maaf sebelumnya, dan terima kasih.
Assalamualaikum sir,
may u in the best condition,
langsung saja,
saya sedang menyusun laporan mengenai sequence system. saya sudah cari materi ini baik lewat internet maupun buku manual di tempat pkl saya sekarang, namun saya belum menemukan materi lengkap yang membahas sequence system. yang saya tahu hanya sebatas bahwa sequence itu merupakan suatu sistem yang berurut yang menjadi syarat sebelum suatu unit dimulai. apa itu benar?
jika bapak punya materi lengkap mengenai hal ini saya mohon pencerahannya, dan mohon dimuat di blog ini atau kirim ke email saya.
jika ada referensi buku, buku apa yang harus saya beli?
mohon maaf sebelumnya, dan terima kasih.
Wa ‘alaikum salam warrohmatullahi wa barokatuh.
Aamiin, you too, may you always be in perfect condition.
Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini.
Sequential Control System, menurut saya cakupannya sangat luas, namun pada intinya, adalah melakukan sebuah fungsi kontrol, setahap demi setahap, bisa ada parallel function ataupun harus benar-benar sequential, tergantung dari control narrative yang telah ditentukan oleh designer dan bergantung pada safety case-nya. Menurut saya, untuk memahami sequential control, lebih asyik kalau kita studi kasus dari hal sederhana, misalnya sistem interlocking starting sepeda motor matic sekarang, ada yang harus ditekan pedal rem baru bisa start, atau harus mengangkat standar-nya. dll.
Sekedar bacaan, saya ada link:
http://www.cs.northwestern.edu/academics/courses/special_topics/395-robotics/sequential-control.pdf
http://techteach.no/publications/articles/sequential_control.pdf
http://engineering.ju.edu.jo/Mechatronics/Documents/Automation_0908561/Exper9-Sequential%20Control%20Systems.pdf
http://www.tep.org.uk/PDF/Control%20Technology/SEQUENTIAL%20CONTROL.pdf
Google mungkin masih punya banyak jawaban, silakan klik:
http://www.google.com/search?q=start+sequence&sourceid=ie7&rls=com.microsoft:en-US&ie=utf8&oe=utf8#hl=en&pwst=1&rls=com.microsoft:en-US&&sa=X&ei=q4bSTKydF5DmvQOWvYXKDw&ved=0CBMQvwUoAQ&q=sequential+control+system&spell=1&fp=5d4068fa3c3827d8
Demikian semoga membantu,
Salam,
TeknisiInstrument
haturnuhun pisan kang kanggo bantosanana,.
piduana kanggo abdi mugi lancar laporanna
semoga akang selalu diberi kessehatan, amin.
kalau dilihat dari materi di blog ini saya pikir cukup untuk dibukukan. saran saya, mungkin bisa segera disusun agar semakin bertambah referensi buku instrument terutama yang berbahasa Indonesia.
brafo teknisiinstrument, terus berkarya ya kang.
wasalam.
Sami-sami.
Ya.. saya doakan semoga laporannya lancar dan mendapatkan hasil yang memuaskan. aamiin.
Terima kasih doanya, aamiin. Smoga juga mden selalu diberi kesehatan.
Terima kasih atas masukannya.
Insya Allah saya akan coba untuk mencurahkan apa yang pernah dirasakan sebagai teknisi instrument.
Salam,
TeknisiInstrument
Mohon ijinnya jika ada beberapa tulisan yang saya sharing dengan teman2 saya atau artilkelnya saya copas ke Blog saya (saat ini baru mau mulai bikin blog)
Silakan diijinkan. Senang bisa sharing…
Salam,
TeknisiInstrument
Pingback: TeknisiInstrument in 2010 « Teknisi Instrument
Mas, saya dulu pernah kerja sebagai teknisi instrument 1 tahun di Unocal76 (Chevron skrg)di Attaka & NIB Platform, East Kalimantan, tp kerjanya hanya sebagai maintenance & serabutan, jadi masih belum memahami benar konsep2 dasar instrumentasi secara benar, oleh karena itu saya ingin mengikuti training dasar teknisi instrumentasi seperti dasar gambar P&ID, pengenalan product & Calibrasi sprti transmitter, sensor2 untuk pressure,flow,temperature,valves,process,dll. kira2 dimana Lembaga training yang baik yang saya bisa ikuti? kebetulan saya ada waktu 2 minggu setiap bulannya.(schedule kerja 2 minggu On – 2minggu Off). Atas informasinya saya ucapkan banyak terima kasih.
Salam kenal Pak Abraham,
Saya yakin Pak Abraham sudah memiliki pemahaman dan kemampuan di bidang instrumentasi, terbukti dengan pernah dipercaya sebagai instrument technician pada perusahaan ternama seperti itu. Wah, kalu lembaga training bidang instrumentasi, sudah ada di indonesia, saya tidak menyebutkan nama lembaganya takut ada interest hehehe.
Mungkin coba di google:
http://www.google.co.id/search?sourceid=chrome&ie=UTF-8&q=industrial+training+indonesia
http://www.google.co.id/search?sourceid=chrome&ie=UTF-8&q=instrument+training#sclient=psy&hl=id&q=training+instrument+measurement+indonesia&aq=f&aqi=&aql=&oq=&pbx=1&psj=1&fp=db659a2134a69751
Salam,
TeknisiInstrument
Ass…
mo nanya ne pa tentang control valve….
apakah Cv untuk gas berbeda dengan Cv untuk zat cair????
klo beda apakah Cv untuk gas bisa di gunakan untuk zat cair???
kemudian stem vlve udah naik fully open,akan tetapi proses yang dicontrol ga keluar dari out put valve nya pa?apanya yang rusak?
assalumalaikum …..!!!!!! saya mau tanya kk kalau yang di maksud dengan zero supresion dan zero elevation apa yah ?
Wa alaikum salam.
Zero suppresion adalah memasang dp transmitter sebagai level transmitter dengan menempatkan dp transmitter di bawah titik nol pengukuran, sehingga pada saat nol persen pengukuran, pada low side dp transmitter sudah memiliki tekanan hidrostatik.
Zero elevation adalah memasang dp transmitter sebagai level transmitter dengan menempatkan dp transmitter di atas titik nol pengukuran, sehingga pada saat nol persen pengukuran, pada low side dp transmitter memiliki tekanan hidrostatik minus.
oh iya kk , bagai mana cara wiring calibrasi transmitter yang two wire dan three wire ?:)
Kalibrasinya sama saja, yang membedakan adalah pemasangan kabel (wiring) pada transmitter. Transmitter dengan three wire biasanya disebut sebagai active transmitter, dengan tiga wire masing-masing untuk power (+), signal, dan power (-) atau signal return, sedangkan pada twi wire, biasa juga disebut sebagai passive transmitter, memiliki dua wire untuk power (+) merankap signal, dan power (-) merangkap signal return.
Mohon maaf jika kurang pas.
Salam,
TeknisiInstrument
ngiring nyimak we ah kang…
nuju diajar instrument..
banting setir dari tetrans ka instrument 😀
Mangga, urang sami2 diajar 🙂
Wah… banting setir.. hebat euy…
Assalamu’alaikum,
kumaha damang kang haji….resep lah tiasaan…hebat pisan si akang….ngringing bingah ah…
Wa alaikum salam,
alhamdulillah Kang Haji, sehat. sawangsulna?
ah nuju diajar Kang… hatur nuhun kanggo pangrojongna.
Mangga atuh, bilih bade masihan artikel, urang posting ku abdi… Insya Allah mangpaat kanggo anu bade diajar instrumen..
salut lah ka kang ade…sok didoakeun sing janten section head (sigana geus meureun), tuluy jadi Maintenance Superintendent…da yakin moal salawasna jadi teknisi bener teu ??? Saya termasuk orang yg susah ngerti teknik Instrumentasi, tapi membaca ulasan, penjelasan dan posting anda, sedikit banyak bisa mudah diterima, mudah2an ilmu yg diamalkan bisa meringankan langkah di yaumul hisab…
Eh Kang Dany,
aamiin.. nuhun doana Kang… rada reugreug lah didoakeun ku dulur mah.. hehehe.
Salam kenal
Nama saya Dion Hendra Wisudana dari jurusan Teknik Fisika ITS angkatan 2009.
Kebetulan saya ambil major di Instrumentation&Control.
Sependek yang saya pelajari kebanyakan adalah sistem mekanikal dari instrument pengendalian proses(Flow,Level,Pressure,Temperature).Saya juga tertarik dengan system safety yang sering diaplikasikan di plant terutama system ESD dengan HIPS.
Mungkin saya bisa minta kontak pribadi bapak atau facebook kalo ada pertanyaan atau hal-hal yang ingin saya share dengan bapak.
Salut untuk blog ini karena sudah menjelaskan dengan detail tiap prosedur dari langkah-langkah maintenance dan kalibrasi sehingga sangat membantu saya dalam pembuatan draft.
Kalo bisa dibahas juga ttg CM,PM dan PdM pada Flowmeter dan Pump…
Deep Regards
Salam kenal kembali Pak Dion,
Terima kasih sudah mampir di blog ini. Senang rasanya tambah kenalah.
Menurut yang pernah saya baca, dunia instrumentasi dan kendali memang diawali dengan mekanis-pneumatik, kemudian elektro-mekanikal, elektro-pneumatic sampai ada yang purely electronic, bahkan sekarang sudah samar dengan dunia IT.
Untuk berdiskusi, bisa menggunakan blog ini, atau bisa kontak melalui email ade.ahmat[at]gmail.com, silakan gunakan email yang sama untuk add account FB saya.
Oh ya, Anda memposting comment pada dua tempat, yang di page “Pernyataan” [https://www.teknisiinstrument.com/pernyataan/] saya reject ya, yang di-approve yang ini saja, ya….
Terima kasih,
Salam,
TeknisiInstrument
assalamu’alaikum….
akang akang, saya pengen bisa ilmu instrument…
mohon di sharing ke email saya…
arez_km@yahoo.com
hatur nuhun…
^_^
Wa’alaikum salm wrwb.
Kang Dea, terima kasih atas kunjungannya.
Silakan subscribe di feeder, setiap ada posting baru maka akan mendapat kiriman secara otomatis. Atau kalau ada yang mau didiskusikan, silakan masukkan di dalam comment.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu’alaikum,
nepangkeun sim kuring alumni stm pembangunan angkatan 24…salut ka si akang teu bidang instrument wae geningan kanu nge blog tos lancar.. btw asa kenal ieu teh ari daerah padalarang mah da sim kuring oge kapungkur di padalarang… ari parigi na teh tagogapu sanes? bade ngiringan diajar atuh di bidang instrument soalna masih katro kang…kaleresan nembe damel jadi teknisi instrument.. tiasa sharing elmu2na..diantos ah
wassalam.
Wa alaikum salam.
Wah… nambihan wargi. Alhamdulillah.
Betul, Parigi Tagog Apu.
kita sama2 belajar…
Salam,
TeknisiInstrument
oh sigana wargi atuh nya kang…ti pasir muncang sanes kang? kenal sareng mang aen…sim kuring ti tagog apu…ari ayeuna mah linggih di cimahi..ari ayeuna dimana kang? tiasa ameung atuh ka rorompokna, bade diajar instrument kaleresan nembe damel di offshore, meh aya gambaran damelna..
Hatur nuhun sateuacan na
Salam,
Kang Yayan,
leres Pasir Muncang.
tiasa ngintun email ka abdi pami bade silaturahmi lebih lanjut 🙂
salam,
TeknisiInstrument
assalamu’alaikum..
wih mantap bener deh mas tulisannya..
mudah2an jadi barokah atas sharing nya..
pengen juga sebenernya saya nulis di blog, tapi berhubung masih sangat baru jadi teknisi, masih butuh banyak sekali masalah di lapangan, hehehe..
makasih ya mas atas ilmu nya..
jazakallohu khoiron..
wassalamu’alaikum.
Wa alaikum salam wrwb.
Pak Kuncoro, terima kasih atas kunjungan dan dukungannya.
Terima kasih juga atas doanya. aamiin.
Kita masih sama2 belajar Pak.
Salam,
TeknisiInstrument
Mantap….Bani Instind.
Maju terus kang …ilmu yang bermanfa’at tidak akan terputus hingga azal menjemput kita bahkan saat kita ada di akhirat nanti.Amiin…
Salam,
Bani Instind
Kang Hana,
Terima kasih atas kunjungan, dukungan dan doanya. aamiin.
Salam,
TeknisiInstrument
saya ridwan kp35
kank dulu pkl dimana?
salam kenal
Kang Ridwan,
Salam kenal juga…
saya PKL di Puspiptek KIM LIPI
Salam,
TeknisiInstrument
tempat bagus itu kank…
kalau boleh tahu sekarang akank kerja dimana?
Kang Ridwan,
Ya Kang, tempat bagus, tempat belajar hehehe.
Saya kerja di sebuah perusahaan yang berlokasi di daerah Natuna…
Salam,
TeknisiInstrument
lagi butuh bantuan ni kang….
pkl untuk bulan desember karena saya butuh banget ilmu…
ya kalau bisa bantu saya inginnya di KIM LIPI.
akank punya kenalan yang bisa dimintai tolonk gg?
Kang Ridwan,
saya sudah ngobrol dengan salah satu alumni di KIM LIPI, silakan periksa email Kang Ridwan (yang “ymail”).
Salam,
TeknisiInstrument
Sebelumnya salam kenal mas hendra
Semua artikel yang mas hendra tulis benar2 sangat bermanafaat terutama buat anak baru seperti saya ini.hehehe
saya memiliki satu pertanyaan mas. saya pernah mendengar baru2 ini tentang suatu istilah SHORT MANAGEMENT SYSTEM. apakah istilah SHORT MANAGEMENT SYSTEM itu sendiri dalam dunia INSTRUMEN atau Suatu sistem di INSTRUMEN ?
Maaf jika ada salah2 kata.
Terima kasih.
Assalamuallaikum.
Salam kenal juga Pak Sabryan,
Terima kasih sudah mampir di sini.
Short Management System? Wah… saya malah baru tahu ada istilah itu…
Insya Allah saya cari tahu juga…
Salam,
TeknisiInstrument
Hehehehe,jgn di panggil pak mas,saya msih newbie,bru lulus kuliah n blum msuk ke dunia kerja.hehehe
terima kasih buat mas hendra untuk niatnya untuk mencari jawabannya…
salam,
OK deh kalo gitu Mas Sabryan…
btw, saya juga masih newbie… hehehe..
Mari kita belajar sama-sama…
Salam,
TeknisiInstrument
hahaha,jarang saya ketemu org sprti mas hendra.
biasanya banyak org,apalagi msih muda dan biasanya dari mereka jarang sekali mau berbagi ilmu bener2 all in sprti mas hendra “cos prnah trauma, magang gk dpet ilmu apa2” hehehehhe
salam berbagi ilmu pengetahuan,
Hehehe.
Karena saya merasa punya sedikit ilmu, untuk menambahnya, dengan cara berbagi ilmu yang sudah dimiliki, walau hanya sedikit… Insya Allah nanti juga nambah sendiri hehehe.
btw, nama saya Ade. :P, bukan Hendra…Tapi nggak apa-apa juga sich dipanggil Hendra, itu juga nama yang bagus hehehe
Salam,
TeknisiInstrument
asalamualikum
kank saya ingin brtanya sebenarnya fungsi dari hart comunicator itu apa sih….secara garis besar??
Wa alaikum salam wrwb.
HART communicator merupakan sarana komunikasi kita (teknisi) sebagai orang yang melakukan konfigurasi dan perawatan terhadap peralatan instrumentasi (transmitter, control valve, dll) yang memiliki fitur HART. Melalui HART communicator tersebut kita bisa melakukan konfigurasi seperti penyetelan zero dan span pada transmitter dll, melakukan stroke test pada control valve, dan fitur maintenance dan konfigurasi lainnya sesuai dengan fitur yang dimiliki oleh peralatan instrumentasi bersangkutan.
HART (Highway Addressable Remote Transducer) itu sendiri merupakan standard komunikasi digital dua arah (bi-directional digital communication) untuk mengirim dan menerima data dari/ke peralatan instrumentasi, dari transmitter ke controller, dari controller ke actuator, dari instrumentasi yang satu ke instrumentasi yang lainnya. HART Communicator itu sendiri merupakan salah satu peralatan yang berkomunikasi dengan peralatan instrumentasi lainnya dengan protokol HART itu sendiri.
Ada perbedaan mendasar antara “HART” dan “HART COMMUNICATOR”.
Semoga membantu..
Salam,
TeknisiInstrument
Kang bagaimana caranya kalibrasi level (memakai bouyanci) interface.
Maksutnya jika kita menggunakan air (water) untuk mengkalibrasi level condensate.
Terimakasih.
Kang Fawji,
Apakah maksudnya, transmitter ini digunakan untuk mengukur level interface antara water dan condensate? Kalau ya, mungkin step berikut ini bisa dicoba:
1. Hitung zero level = ((SGC/SGW) x Range)
2. Hitung High Level = ((SGW/SGW) x Range)
SGC = SG condensate
SGW = SG water
3. Isi chamber dengan air sampai zero level hasil perhitungan di atas
4. Adjust (dengan HART atau apapun) output transmitter sampai 0% (4mA)
5. Isi chamber dengan air sampai high level hasil perhitungan di atas
6. Adjust (dengan HART atau apapun) output transmitter sampai 100% (20mA)
7. Untuk lebih detilnya bisa merujuk ke manual book transmitter bersangkutan
Maaf kalau kurang pas…
Salam,
TeknisiInstrument
Maksutnya, karena kita menggunakan water sebagai media untuk kalibrasi level transmitter yang digunakan untuk mengukur condensate.
Sebab jika menggunakan condensate terlalu beresiko dengan uap nya.
Oh, berarti ini bukan untuk mengukur interface air dan kondensat ya?
Ini transmitter dengan displacer atau floater biasa?
Salam,
TeknisiInstrument
btw, step-step di atas juga tidak menggunakan kondensat sebagai media kalibrasi, tepi menggunakan air sebagai media kalibrasinya, tapi dikalibrasi untuk mengukur interface antara kondensat dengan air.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum kang. saya sekarang tingkat 4 EIN (STM Pembangunan Bandung), tapi saya tertarik sama yg namanya Instrumentasi. Jadi dalam laporan akhir saya berniat untuk membuat tema tentang Fire & Gas System kebetulan saya akan ambil tentang salah satu Device OPGD. Nah yg ingin saya tanyakan, saya harus mulai dari mana ya kang ? soalnya saya sampe sekarang belum dapat dasar teori tentang Fire & Gas System. Mungkin akang bisa membantu saya atau memberi sedikit ilmunya pada saya. Diantos pisan kang bantuan nana. Hatur nuhun
Wa alaikum salam wrwb.
Mungkin bisa mulai dengan mempelajari karakterisitik gas (hidrokarbon) dan karakteristik api. Setelah memahami karakteristiknya, bisa dilanjutkan dengan metoda pengukuran atau pendeteksian gas dan api tersebut. Setelah mengetahui cara pengukurand an pendeteksiannya, bisa dilanjutkan dengan cara pengendaliannya agar tidak terjadi gas release atau bahkan sampai terjadi fire.
Saya pernah menulis tentang FnG, di sini:
https://www.teknisiinstrument.com/2009/11/19/prinsip-dasar-combustible-gas-gas-mudah-terbakar/
https://www.teknisiinstrument.com/2010/10/18/infrared-dan-ultraviolet-gas-detector/
Spesifik mengenai OPGD (Open Path Gas Detector), bisa baca-baca manual dari produk dimaksud, biasanya ada “basic principle” yang menjelaskan bagaimana OPGD bekerja.
Untuk baca-baca:
http://www.det-tronics.com/utcfs/ws-462/Assets/92-1015%20v2.pdf
Salam,
TeknisiInstrument
hatur nuhun pisan kang, ilmu yang akang berikan sangat bermanfaat dan sudah memberi saya sedikit gambaran. Pokokna mah hatur nuhun pisan kang, sukses selalu !
Sami2, Hatur nuhun…
maaf kang saya mau bertanya lagi nih, saya kan mau ngambil laporan tentang “Prinsip Kerja OPGD” tapi dalam manual book device itu yg namanya “basic principle” yg akang maksudkan diatas hanya tertera sedikit dan kurang spesifik sehingga saya merasa sulit untuk mengembangkannya. Apakah akang punya materi tentang cara kerja OPGD atau referensi menyangkut hal ini ? mohon bantuannya kang, soalnya saya udah nyari di internet ga ketemu-ketemu, ditunggu pisan kang infonya. terima kasih banyak sebelumnya
Kang Alfin,
Prinsip pendeteksian gas kurang lebih memang seperti itu, hal apa lagi yang ingin diketahui?
Apakah ada merk/brand spesifik yang akan dianalisa atau dibuat menjadi laporan?
Ini tambahan bacaan:
http://www.generalmonitors.com/downloads/white_papers/COMBUSTIBLE_HANDBOOK.PDF
http://www.honeywellanalytics.com/en-GB/gasdetection/principles/Pages/gasprinciples.aspx
http://www.jjstech.com/gasdepr.html
http://www.det-tronics.com/utcfs/ws-462/Assets/95-8556-7.2_OPECL.pdf
Salam,
TeknisiInstrument
Salam kenal kang
Hatur nuhun kang sangat membantu sekali blognya.
Punteun kang bade naros. Hoyong terang soal hysteresis. Saya lagi ngerjain SIS kang, kalo range pengaruh kang? hatur nuhun pisan kang
Kang Gani,
Menurut TeknisiInstrument, hysterisis bergantung kepada:
– karakteristik asli sensor (misalnya fleksibelitas pada diapram)
– deformasi (perubahan bentuk) pada sensor (misalnya load cell yang
sudah berubah bentuk karena mendapat hentakan, dll)
Range (rentang ukur sebuah instrument) tidak secara langsung dan dominan mempengaruhi hysterisis.
Mohon maaf kalau kurang pas.
Salam,
TeknisiInstrument
Yang saya ingin ketahui prinsip kerja masing-masing bagian seperti prinsip kerja transmitter dan receiver alat tersebut dan kalau bisa prinsip kerja komponen-komponen yg terdapat pada alat tersebut.
Brand yg saya akan jadikan laporan adalah “OPGD Polytron Pulsar 4-60m” kepunyaan Drager. Tapi kalau akang punya tipe yg lain, saya juga minta sebagai bahan perbandingan.
Nuhun pisan kang tos dibantuan.
Di dalam link ini: http://www.det-tronics.com/utcfs/ws-462/Assets/92-1015%20v2.pdf
Halaman 15, dijelaskan prinsip penyerapan cahaya inframerah oleh combustible gas.
Halaman 17, dijelaskan cara kerja tiap komponen baik transmitternya maupun receivernya.
Salam,
TeknisiInstrument
Punteu kang bade naros.
Hoyong terang soal square root kang. hehe
Hatur nuhun kang
Kang Gani,
Square Root extractor merupakan fungsi untuk mengkonversi sinyal yang kuadratis dari sebuah pengukuran menjadi sinyal yang linear.
Biasanya digunakan pada pengukuran flow dengan elemen differential pressure, semisal plat orifis. Flow (liquid/gas) sebanding (tapi tidak lurus) dengan perbedaan tekanan di antara dua titik (umumnya upstream dan downstream dari flow element: misalnya orifis). Jika kita menggunakan sinyal keluaran dari transmitter tersebut langsung kepada controller, maka controller akan menerima sinyal quadratis, dimana sinyal tersebut mewakili differential pressure dari flow element, sedangkan controller digunakan untuk mengendalikan flow. Maka agar controller bisa menginterpretasikan sinyal sebagai flow, maka sinyal kuadratis tadi harus di-linearkan, maka square root extractor digunakan.
Perhitungannya bisa menggunakan:
[Output Linear] = 4mA + (([Output Sq Rt] – 4mA)^2 / 16)
Untuk referensi, bisa baca di sini: http://blog.sensorsone.com/2010/03/converting-4-to-20ma-linear-signal-to.html
Hope this helps.
Salam,
TeknisiInstrument
hatur nuhun pisan kang
punteun pisan upami aya kalepatan. moga akang dipasihan kasehatan sareng rezeki nu ageung. amin
hatur nuhun jawabanna kang.
diantos artikel artikelna anu baru nya kang
Kang Gani,
Sami2…
Wah… nggak ada “kalepatan” kalau dalam diskusi… semua saling mengisi hehehe..
Aamiin… terima kasih atas doanya.
Salam,
TeknisiInstrument
Ah akang mah bisa wae,
Punten kang gaduh artikel” tentang system? saya nuju diajar system kang khususna SIS, sareng bade naros deui teu nanaon nya kang, hoyong paham tentang PID kumaha kang, efekna sareng sajabana, haha
Hatur nuhunnya kang
Kang Gani,
Insya Allah, semoga diberi kesempatan, nanti saya coba bahas SIS dan PID versi teknisi (bukan versi engineer, hehehe)… tapi belum tahu kapan nich… semoga saja saya diberi kesempatan oleh Allah… aamiin…
Salam,
TeknisiInstrument
Salam kenal kang dari saya di serpong..
blognya sangat bagus kang, membantu sekali bagi para pemula di bidang instrument..:)
punten kang mau nanya dikit nih dari newbie.
bedanya antara Instrument Foreman sama Instrument engineer apa ya kang?
satu lagi kang, hehe (hapunteun). biasanya, hal2 apa saja yg harus di pelajari oleh seorang beginner instrument yg akan bekerja di lingkungan oil n gas?biar sy bisa pelajari lbh awal.
hatur nuhun pisan kang.. 😉
Kang Ahmad,
Salam kenal.
Instrument Foreman:
Adalah pekerja bidang instrumentasi yang berpengalaman yang mengawasi/mengatur/memimpin atau bekerja bersama-sama dengan sekelompok pekerja pada bidang instrumentasi (mungkin teknisi) dan bertanggung jawab terhadap pekerja dan pekerjaan yang dipimpinnya tersebut.
Instrument Engineer:
Bertugas merancang dan menggunakan peralatan baru untuk sistem kendali elektronik dan mekanis.
Dalam dunia industri yang sudah berjalan (beroperasi), instrument engineer bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa peralatan instrumentasi berjalan dan berfungsi secara efisien, mudah digunakan, dan aman baik bagi pekerja, peralatan dan lingkungan. Juga bertugas melakukan riset terhadap produk-produk instrumentasi baru untuk dapat digunakan untuk mengoptimalkan peralatan produksi. Juga bekerja dengan teknisi instrument dalam memecahkan permasalahan yang ada.
Menurut TeknisiInstrument, Pekerjaan teknis teknisi instrument tidak jauh berbeda untuk semua industri, di dunia lepas pantai, mungkin yang membedakan adalah sisi safety-nya. Jadi selain bidang teknisnya harus siap juga dengan pengetahuan safety, karena banyaknya resiko yang harus dihindari.
Semoga membantu,
Salam,
TeknisiInstrument
hatur nuhun kang..! salam kenal ti ikhsan omphonk instind 31
Sami2.
Wa’alaikum salam.
TeknisiInstrument
Assalamu’alaikum kang ade.
punten kang ade bade naros
di dalam mengkalibrasi alat2 Instrument pan ada istilah zero, span, URV , LRV. nah bedany antara zero dan LRV apa?juga beda antara span sama URV jg apa kang?
hatur nuhun..
Pak Umar,
salam kenal…
Zero merupakan sebuah titik nilai pada process, misalnya level, yang menjadi acuan awal (zero reference) pengukuran transmitter, yang dijadikan titik nol pengukuran. Nilai zero di sini tidak mesti 0% actual level, misalnya pada level transmitter dengan DP, tinggi tangki yang bisa diisi liquid adalah 2 meter, kemudian ingin dilakukan pengukuran dari ketinggian 50cm sampai dengan 180cm, berarti zero pengukuran adalah 50cm = 0cm yang dianggap oleh transmitter.
Span merupakan rentang ukur dari dari transmitter, yaitu jarak antara LRV dan URV, Span = URV-LRV. Contoh kasus di atas, LRV = 50cm; URV =180cm (pada pengukuran level DP, harus diingat bawha angka contoh di sini harus dikonversi dulu ke tekanan hidrostatik)
LRV merupakan nilai yang dimasukkan untuk kalibrasi transmitter agar saat diberi parameter process minimum pada sisi inputnya, transmitter bisa mengeluarkan sinyal 0% (misalnya 4mA).
URV merupakan nilai yang dimasukkan untuk kalibrasi transmitter agar saat diberi parameter process maksimum pada sisi inputnya, transmitter bisa mengeluarkan sinyal 100% (misalnya 20mA)
Contoh:
Tangki dengan tinggi yang bisa diisi liquid setinggi 200 inci, pengukuran yang ingin dilakukan adalah dari 50 inci sampai 150 inci, tangki tersebut diisi oleh air (sg=1), tapping point untuk sisi high transmitter berada sejajar dengan dasar tangi, atau sama dengan level aktual, maka:
Transmitter di-zero trim saat actual level tangki 50inci (p=50inH2O) >> Zero transmitter (0%)
LRV = 50in x SG = 50 x 1 = 50 inH2O
URV = 150 in x SG = 150 x 1 = 150inH2O
Span = 150inH2O – 50inH2O = 100 inH2O.
Mohon maaf dan koreksi jika ada kekeliruan.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum wr.wb
Salam kenal kang Ade, sesama teknisi instrument boleh minta sedikit pendapat dong. begini kang kemarin saya menemui masalah tegangan pada PDT merk yokogawa drop
pembacaan pada avometer hanya sebesar 19vdc tapi pembacaan mA avometer sesuai dengan actual level pada tangki. nah masalahnya kenapa ya pembacaan level kok tidak bisa dibaca oleh DCS. kira2 ada saran bagaimana menyelesaikan masalah ini.
hatur nuhun kang,
salam Teknisi Instrument
Wa alaikum salam wr.wb.
Salam kenal Pak Erick.
Apakah transmitternya kompatibel dengan HART Communicator? Kalau iya, coba lakukan loop check, dengan mengirim sinyal 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% secara bertahap, ukur juga sinyal mili ampere yang keluar dari transmitter. Dengan menggunakan programming tool yang tersedia dalam DCS, coba monitor channel analog input dimana transmitter tersebut dihubungkan, jika channel analog input modul-nya bisa membaca sinyal yang besarnya sama dengan yang dikirim oleh transmitter, berarti channel analog input-nya bagus. Kemudian coba lihat pada logic (program DCSnya), coba periksa semua bagian sub-routin atau control module, atau function block atau apapun istilahnya, yang menggunakan address channel analog modul dari transmitter tadi, perhatikan juga jika ada fungsi lain dari program/logic yang memanipulasi data tersebut (misalnya scalling, linearization atau apapun), jika output dari fungsi tersebut tidak sesuai dengan seharusnya, berarti ada ‘sesuatu” dengan function block/control modul/sub-routine nya.
Jika function block/control modul/sub-routine nya baik2 saja, ada kemungkinan addressing pada HMI (Human Machine Interface) yang mis-match.
Kalau saya, selalu melakukan pemeriksaan dari kepala ke ekor, atau sebaliknya untuk troubleshooting yang belum diketahui permasalhannya. Atau dengan kata lain, mengikuti perjalanan sinyal dari transmitter sampai ke HMI/mimic panel.
Hope this helps.
Salam,
TeknisiInstrument
Kang,
Salut sama konsistensinya dalam berkarya sehingga blog ini makin eksis :twothumbups:
Makin sering aja keknya dapet notifikasi email dari blog ini berupa diskusi tanya jawab, jadi kayaknya udah layak dibikinin ruang khusus Q&A yang terindeks rapih, sejajar dengan menu ‘about this blog’ – ‘about me’ – ‘pernyataan’ untuk memudahkan ya Kang? 🙂
Kang Ruhe,
Makasih jempolnya, jadi tersand(j)ung… 😛
Ide cemerlang… mantep… udah kita implementasikan deh….
Terima kasih Kang Ruhe…
Salam,
TeknisiInstrument
Pembaca yang saya hormati,
Karena komentar dari page ini “about me” sudah terlalu pannjang, maka TeknisiInstrument menutup fitur komentar, karena mayoritas komentar berupa bahan diskusi atau pertanyaan. Untuk mengakomodasi diskusi tersebut, TeknisiInstrument sudah membuat page baru yang diberi nama “Tanya♥Jawab”, di sini: https://www.teknisiinstrument.com/qa/ .
Silakan posting di sana jika ada bahan untuk diskusi, atau sekedar berkomentar mengenai blog ini.
Terima kasih kepada Kang Ruhe yang telah memberikan ide cemerlang ini.
TeknisiInstrument memohon maaf jika hal ini kurang berkenan.
Salam,
TeknisiInstrument.