Pada setiap industri yang melibatkan hidrokarbon atau gas mudah terbakar lainnya, peranan pendeteksian gas mudah terbakar (combustible gas) sangatlah penting guna menjamin keamanan dan keselamatan pekerja, peralatan dan lingkungan kerja dari kejadian yang tidak diinginkan.
Dengan mengukur kandungan gas yang terlepas dari fasilitas produksi (pabrik) dan beterbangan diudara, kita (melalui peralatan kontrol) dapat melakukan tindakan pencegahan dengan mematikan pabrik misalnya.
Untuk dapat mengukur kandungan gas di udara, perlu diketahui sifat-sifat dari combustible gas itu sendiri. Ada beberapa istilah yang biasa digunakan dalam pembahasana combustible gas, diantaranya:
- Explosive Range
- Lower Explosive Limit
- Upper Explosive Limit
- Flash Point
- Ignition Point
- Relative Vapor Density
Berikut ini gambaran singkat mengenai bahan-bahan mudah terbakar, yang bisa menimbulkan ledakan (api)
Bahan solid/liquid/gas, jika bercampur satu sama lain, dan bereaksi bisa saja menimbulkan panas dan akhirnya teradi ledakan kemduian kebakaran.
Demikian juga dengan bahan-bahan kimia organik seperti hidrogen dan sulfur, jika mengalami oksidasi bisa menimbulkan ledakan (penulis bukan ahli kimia, tapi pernah mendapat penjelasan praktis mengenai ini). Bagan mudah terbakar yang berbentuk gas seperti gas metan, jika memiliki komposisi pas pada batas ledakan, kemudaian mendapatkan penyulut, maka akan timbul ledakah dan akhirnya bisa menimbulkan kebakaran.
Penjelasan mengenai pengertian istilah-istilah yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
Explosive Range (Rentang Eksposif)
Merupakan rentang konsentrasi combustible gas atau uap (dalam persen volume di udara) dimana ledakan bisa terjadi jika mendapat pemicu. Bisa juga dikatakan sebagai daerah diantara LFL dan UFL dari gas atau uap. rentang ledakan ini berbeda untuk setiap jenis gas atau uap.
LEL/LFL (Lower Explosive/Flamable Limit)
- Merupakan batas bawah konsentrasi dari rentang ledakan pada campuran bahan mudah terbakar.
- Pada atau di atas LFL combustible gas jika bercampur dengan udara maka akan memiliki sifat mudah terbakar jika terpicu oleh api.
- Campuran yang berada di bawah LFL/LEL dikatakan terlalu “miskin” untuk bisa terbakar.
UEL/UFL (Upper Explosive/Flammable Limit)
- Merupakan batas konsentrasi atas pada rentang ledakan pada campuran bahan mudah terbakar.
- Di atas UFL, campuran ini dikatakan terlalu “kaya” untuk bisa terbakar.
Flash Point
- Merupakan temperatur dimana bahan cair atau bahan mudah menguap memberikan uap yang cukup untuk membentuk campuran yang bisa terbakar dengan udara yang berada pada permukaan bahan cair tersebut.
- Gas atau uap apapun dengan flash point di bawah temperatur ruang harus diperhatikan dan dimonitor terus menerus.
Ignition Point
- Merupakan temperatur yang diperlukan untuk memulai atau menyebabkan ledakan dengan sendirinya pada semua bahan walaupun tidak ada pemicu luar berupa api atau percikan
Relative Vapor Density
- merupakan berat uap per satuan volume, dibandingkan dengan berat udara pada volume yang sama pada temperatur dan tekanan yang diketahui.
- Zat dikatakan lebih ringan dari udara jika memiliki vapor density kurang dari 1, dan dikatakan lebih berat dari udara jika memiliki vapor density lebih dari 1.
Demikian pemahaman awam mengenai combustible materal. Pengertian tersebut dicuplik dari beberapa manual book gas detector.
Kang…appreciate…materinya bagus2…
Salam kenal
Bagus Wibowo
Pak Bagus,
Terima kasih apresiasinya.
Salam kenal juga.
Salam,
TeknisiInstrument
Gas mudah terbakar diudara sesuai NFPA 30 adalah disebut sebagai FLAMABLE GAS (.udah terbakar) bukan COMBUSTIBLE GAS (dapat Terbakar). Sebab combustible material (liquid) mempunyai FLASH POINT di atas 100 derajat Fahrenheit (untuk mendapatkan uap/gas harus dipanaskan dulu melebihi 100 derajat Fahrenheit. (Sekedar koreksi gan).
Salam, SWW
Pak Susilo Wardono,
Salam kenal dan terima kasih atas koreksinya.
Salam,
TeknisiInstrument
Pingback: CONFINED SPACE ENTRY – GENERASIKOE