Halaman Tanya♥Jawab-3 ini merupakan lanjutan dari halaman Tanya♥Jawab-2. Halaman ini dibuat karena komentar pada halaman sebelumnya sudah cukup banyak (215 komentar) sehingga membuat lambat saat page loading.
TeknisiInstrument mengucapkan terima kasih kepada para pengunjung atas perhatian dan kontribusi dalam blog ini.
Saran: Jika ingin menuliskan bahan diskusi atau bertanya, ada baiknya mencari topik yang ingin ditanyakan pada posting yang sudah ada, siapa tahu pernah didiskusikan di posting tersebut.
Untuk itu, jika ada hal yang ingin didiskusikan, pembaca bisa menulis komentar di halaman ini.
Selamat berkomentar.
Salam,
TeknisiIstrument
Assalamualaikum kang,
Punten bade naros misalkan kita punya Pressure Transmitter trus output nya tidak terbaca di HMI?dan HMI nya sendiri adalah PLC,
jika kita sudah memeastikan kalo PT masih berfungsi dengan baik selanjutnya kita mentrace masalah nya kemana lagi y kang??
atau punya referensi tentang HMI dan PLC kang?
saya masih awam banget tentang itu soalnya,hehe
punten kalo banyak nanya kang
salam instrument
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Deni, salam kenal.
Apakah sebelumnya sudah pernah bagus? Maksudnya bacaan transmitter sudah terbaca di HMI?
Apakah sudah mencoba langkah-langkah berikut:
1) Lakukan calibration check pada transmitter.
2) Lakukan loop check dari transmitter ke PLC, sambil lihat data yang ada di PLC, pada address (atau tag) yang merepresentasikan transmitter tersebut. Jika saat dilakukan loop check, nilai yang disimulasikan dari transmitter sama/identik dengan yang terbaca di PLC, maka wiring dan addressing sudah bagus.
3) Periksa apakah tag-nya sudah ada di dalam tag database HMI tersebut.
4) Periksa apakah tag pada numerical point dalam HMI sudah benar.
Kalau boleh tahu, apa merk dan tipe dari PLC dan software HMI-nya?
Salam,
TeknisiInstrument
Selamat pagi kang ade,
Sebelumnya terbaca di HMI kang,
Tipe PLC nya allan bradley compact logic l 132,
Baik kang akan saya coba check satu persatu ,terima kasih untuk saran nya kang ade,
Selamat malam,
Jika protokol komunikasinya menggunakan RSLinx, silakan periksa RSLinx-nya apakah berjalan atau tidak.
Salam,
TeknisiInstrument
selamat malam kang
gimana kabarnya kang..
oy kang saya mau minta tolong kang saya sedang membuat tugas akhir syan kang tapi saya masih kesulitan mencari data sheet alat yang saya rangkai karena saya mendapat alat yang bekas alat yang saya rangkaian adalah alat change over motor, saya menggunakan relay, time delay, coil dan juga breaker. saya kesulitan dalam mencari data sheet dari coil hitaci X6 serial 7 j 27 dan NO-fuse breaker NS30-SS yang saya gunakan belum saya dapatkan saya minta tolong akang barang kali mem,iliki data sheet dari alat tersebut.
atas perhatianya trimakasih
Pak Gilang,
Selamat malam kembali.
Mohon maaf, sayang sekali saya tidak memiliki datasheet dimaksud. Sekali lagi mohon maaf.
Salam,
TeknisiInstrument
Numpang tanya ya kang…
Mohon petunjuknya…
Begini kang kasusnya..
Di depot air minum saya,air di proses (difilter) dengan cara air baku yang berada di tandon 2000 liter disedot dengan pompa untuk kemudian disalurkan ke alat filter.air baku yang terdapat di tandon 2000 liter tidak terisi otomatis atau akan habis jika proses filterisasa berjalan terus,yang jadi pertanyaan, gimana caranya agar pompa yang menyedot air dari tengki air baku bisa mati secara otomatis jika kondisi air di tengki baku sudah habis atau dalam kondisi low level..
Bisa tidak saya terapkan menggunakan sistem kontrol level air dengan radar pelampung..hanya saja kondisi yang saya inginkan terbalik dengan kondisi standarnya.yaitu pompa akan mati jika air berada di level bawah..
Terimakasih..mohon petunjuknya ya kang.
Pak Surya,
Salam kenal 🙂
Bisa dengan menggunakan level switch (dikenal juga dengan radar :)).
Caranya, jika radarnya memiliki dua konfigurasi kontak NO dan NC, maka gunakan yang NC.
Jika radarnya hanya memiliki satu buah kontak (umumnya NO), maka switch tersebut dipakai untuk menggerakkan sebuah relay tambahan, gunakan relay yang memiliki NO dan NC (umumnya relay yang ada dipasaran memiliki konfigurasi ini) dan kontak dari relay yang dipakai adalah yang NC-nya, yang digunakan untuk menjalankan pompa.
Semoga membantu.
salam,
TeknisiInstrument
assalamualaikum pak,,apa perbedaan pressure transmitter dengan pressure switch kang..?
Pak Yayar Hidayat,
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pressure transmiter merupakan alat yang mengukur besaran tekanan kemudian mentransmisikan/mengirimkan sinyal standar yang berupa besaran lain, misalnya berupa sinyal listrik 4-20mA, sinyal pneumatic 3-15psi dll, besaran sinyal yang ditransmisikan/dikirimkan terserbut merepresentasikan besaran tekanan yang diukur.
Misalnya ada pressure transmitter dengan rentang ukur 0-200PSI, dan memiliki rentang output 4-20mA, maka besaran tekanan yang diukur tersebut sebesar 0-200PSI akan diwakili oleh sinyal outputnya antara 4-20mA.
Sedangkan presure switch adalah switch/saklar yang diaktifkan oleh tekanan, atau jika dibalik, pressure switch merupakan alat yang mengukur besaran tekanan, kemudian akan mengaktifkan sebuah switch (baik dari off ke on maupun sebaliknya, tergantung konfigurasi) jika seting tekanannya terpenuhi/tercapai.
Semoga membantu,
Salam,
TeknisiInstrument
Kang ade,
Saya udah hampir 4 tahun jadi teknisi, tapi karena dapetnya perusahaan kecil melulu dimana pelatihan atau training sama sekali ga ada walaupun kondisi sekarang termasuk senior di perusahaan. Bertahan dengan bimbingan temen seprofesi, manual book, mbah google, termasuk blog jenengan, ya intinya kebanyakan otodidak. Tentunya hasilnya ga maksimal karena beberapa hal yang rumit (kemampuan nalar juga terbatas) seperti PLC, HMI yang untungnya masih bisa diraba2 dikit2.
Standar skill yang harus dimiliki teknisi instrument yang utama itu apa ya ja kang?
Kang Haryanto,
Salam kenal. Senang bisa berkenalan.
Sama Pak. Saya juga demikian. Tapi menurut saya, justru pembelajaran sendiri akan memberikan pemahaman lebih. Sayapun demikian sebenarnya, berteman dengan para senior dan buku. Tapi alhamdulillah bisa mengikuti.
Kalau standard skill, apa ya.. saya juga tidak tahu persis, karena setiap perusahaan mungkin memiliki definisi masing-masing untuk kompetensi seorang teknisi Instrument. Tapi umumnya, pengetahuan yang diperlukan berkisar antara pengukuran dan pengaturan (measurement dan control). Bentuk pengukuran/measurement mungkin bisa berupa pengukuran tekanan, temperatur, flow, level, dan lain-lain. Bentuk control bisa berupa standalone/dedicated controller, PLC atau PLC.
Dan sepertinya, untuk dunia instrumentasi sekarang, pengetahuan tentang elektronik, baik analog maupun digital dan permasalahan komputer, menjadi hal yang diperlukan.
Semoga kita bisa terus belajar. aamiin.
Salam,
TeknisiInstrument
assalamu’alaikum
pak mau tanya kabel shield pada loadcell fungsinya untuk apa dan biasanya pemasangannya ditempatkan disebelah mana?
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Septian, salam kenal.
Sheild pada kabel sinyal berfungsi untuk mengurangi noise atau gangguan atau sinyal lain yang tidak diinginkan.
Shield wire di terminasi (dihubungkan) pada instrument earth di panel dan ujung lainnya pada sensor/device dibiarkan tidak dihubungkan.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalammualaikum wrwb.
selamat siang kang semoga akang dalam keadaan sehat wal afiat
begini kang saya mengalami kesulitan untuk mengukur maxsimal beban dalam sebuah relay, time delay, dan coil maghnet kontaktor dalam memutus tegangan akibat beban berlebih kang karena keterbatasan alat. kira2 ada tidak sofware simulasi untuk mengecek karakteristik yang ada pada alat tersebut sesuai data sheet yang ada.
atas bantuanya saya ucapkan terima kasih kang
wassalammualaikum wrwb
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Rizky, salam kenal. aamiin, terima kasih doanya. Semoga Pak Rizky juga selalu diberi kesehatan oleh Allah s.w.t. aamiin.
Saya kurang familiar dengan relay proteksi. Dan saya tidak memiliki informasi yang memadai mengenai relay proteksi ini. Mohon maaf tidak bisa membantu banyak.
Saya ada teman yang mengelola sebuah blog mengenai kelistrikan, mungkin bisa didiskusikan di sana:
http://www.instalasilistrikrumah.com/
Bisa juga bertanya di wall facebooknya:
https://www.facebook.com/instalasilistrik.rumah
Salam,
TeknisiInstrument
aslm kang….salam bani instind..
saya mau sudahin perjuangn kuliah gx lulus.hehe..mau buat tugas akhir nie kang..
saya mau buat aplikasi wonderware tapi pake plc Omron cj1m -cpu11.
perntanyaan ya:
– apa plc cj1m bisa berkomunikasi dengan wonderware 10.5?
– opc apa yg harus saya gunakan kang?
makasih kang
wasalam.
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Salam Bani Instind juga.
Selamat berjuang hehe.
Coba download dan install (yang trial version) Omron Communications Suite TOP Server (OPC, FastDDE,SuiteLink,AdvancedDDE)
http://www.softwaretoolbox.com/store/item_pages/itempage_355.asp
TOP server sebagai protokol komunikasi dengan wonderware.
Atau kalau ada, Coba install dan pakai DA Server (Omron FINS Serial), dari wonderware.
Salam,
TeknisiInstrument
Salam ..
Selamat siang kang saya adalah teknisi electrik dan juga rangkap teknisi instrument di perusahaan power plant di medan,
Saya ada punya masalah, mengapa pada pembacaan untuk flow pada boiler saya tidak dapat membaca nilai nol pada saat air tidak mengalir (saya memakai dp transmitter honeywell std 3000) mohon pencerahannya untuk mengajari saya cara set dengan SMART FIELD COMUNICATOR, maklum kang saya juga masih awam dengan dp transmitter karena basic saya di listrik,
sebelumya saya ucapkan terima kasih,,,,
SAlam kebal Pak Butnan,
coba kalibrasi transmitternya,
Download manualnya di sini: https://www.honeywellprocess.com/library/support/Public/Documents/34-ST-25-17.pdf
Ikuti cara kalibrasinya pada halaman 137.
Goodluck.
TeknisiInstrument
kan mau tanya perbedaanya dan lebi bagus mana Pt 100 sama Pt 200 pada RTD,…?
terimakasih kang,,
mohon bantuanya kang…….
Pak Andri,
Salam kenal.
Terus terang, untuk PT200 TeknisiInstrument belum pernah punya pengalaman pengaplikasian.
Yang umum digunakan adalah PT100.
Kalau tidak salah, PT 100 memiliki resistansi 100 ohm pada temperature 0 degC, dan PT200 memiliki resistansi 200 ohm pada temperature 0 degC. Dan berbeda akurasinya (toleransi).
Jadi menurut TeknisiInstrument, tergantung dari pengilah sinyal (transmitter dan sejenis)-nya.
Salam,
TeknisiInstrument
Dear Tech Instrument
saya ingin bertanya, dilapangan ada level control fisher type 2500, yang dimana di sana ada raise level (untuk set point) dan Adjust PB, dengan adanya 2 item tersebut maka fisher type 2500 dapat dikatakan controller, namun output dari fisher 2500 ini di connect ke LIC, maka dibenak saya fisher type 2500 ini menjadi transmitter, dan memang di jadikan transmitter, tetapi kenapa ada transmitter mengunakan set point dan PB, kenapa bisa begitu? dan apakah tidak mempengaruhi output fisher typw 2500 karena setpoint dan PB, karena jika ada dua item tersebut, maka akan ada proses perhitungan dan koreksi, sehingga outputnya bukan apa adanya seperti transmitter, mohon pencerahannya..
Dear Pak Abdurrachman Jalaluddin,
Terima kasih sudah mampir di blog ini.
Saya sependapat dengan Pak Abdurrachman mengenai hal tersebut.
Tapi coba periksa nameplate/datasheet 2500 tersebut, apakah model 2500 atau 2500T, kalau saya tidak salah, yang model 2500T itu dikonfigurasi sebagai transmitter. Sebagai referensi, silakan klik link berikut ini:
http://www.documentation.emersonprocess.com/groups/public/documents/instruction_manuals/d200124x012.pdf
Salam,
TeknisiInstrument
Aslm,bpk maaf saya mau bertanya banyak hal pak .mudahmudahan bapak bisa menjawabnya.terimakasih.
bagaimana cara kerja pnematik tranducer dalam mengonrol tekanan?
Apa perbedaan yang jelas antara sensor,tranduser,dan converter?
Apakah perbedaan karakteristik bahan yang digunakan pada termokopel hot junction dan cold junction?
Dalam bidang apakah smart sensor sering digunakan?
Apa yang dimaksud dengan noise consideration?
Adakah hubungan antara voltage signal dan current signal pada bidang signal transmiter?
Bagaimanakah cara kerja dari RTD?
Wa alaikum salam wrwb.
Salam kenal Mbak (atau Mas) Ayu, maaf jika salah.
Ini seperti pertanyaan ujian hehehe… Jika memang ini adalah pertanyaan ujian atau tugas kuliah/sekolah, saya sarankan untuk mencari jawaban sendiri dari literatur yang jelas, seperti buku, agar jawabannya sesuai dengan yang dipahami dari hasil membaca tersebut. Maaf kalau asumsi saya salah… hehe…
Tapi TeknisiInstrument akan berusaha untuk menjawab alakadarnya, mudah-mudahan bisa menjawab pertanyaan Mbak/Mas Ayu, karena pertanyaannya text-book banget 🙂
=======
Ayu:
“bagaimana cara kerja pnematik tranducer dalam mengonrol tekanan?”
TeknisiInstrument:
“Pneumatic transducer tidak bisa mengontrol tekanan secara langsgung, pneumatic transducer hanya memberikan sinyal dari bacaan besaran proses menjadi sinyal pneumatik yang bisa diolah dengan pengolah sinyal seperti transmitter untuk kemudian bisa ditransmisikan kepada receiver instrument seperti controller, recorder dll.”
=======
Ayu:
“Apa perbedaan yang jelas antara sensor,tranduser,dan converter?”
TeknisiInstrument:
“Terus terang, secara definitif saya belum menemukan kalimat yang tepat untuk membedakannya. hanya saja, mungkin sepertin ini:
>> Sensor: merupakan sensing element, yang merasakan perubahan besaran variable yang diukur dan merepresentasikan besaran yang diukur tersebut ke dalam bentuk besaran lain, tetapi besaran keluarannya belum mengandung informasi yang terlalu bermakna, contoh sensor atau sensing element adalah RTD, PTC, NTC, Orifice dll.
>> Transducer: Agak sulit mendefinisikan transducer ini, karena ada beberapa perusahaan pembuat peralatan instrument yang menyebut “transducer” untuk alat yang secara umum disebut transmitter. Jadi mungkin transducer ini alat yang mengolah sinyal yang dihasilkan oleh sensor.
>> Converter: dari istilahnya jelas, merupakan alat yang mengubah/mengkonversi dari satu besaran ke besaran lain, atau dalam bidang instrumentasi, mengubah dari satu bentung sinyal ke sinyal lainnya, misalnya dari tekanan ke arus listrik dll.”
=======
Ayu:
“Apakah perbedaan karakteristik bahan yang digunakan pada termokopel hot junction dan cold junction?”
TeknisiInstrument:
“Apa ya? Hehehe… Titik perpaduan dua material pada thermocouple disbut hot junction, ini merupakan titik pengukuran. Sedangkan ujung yang lainnya disebut cold junction. Pada cold junction, biasanya ujung thermocouple disambung dengan kabel tembaga untuk diteruskan ke pengolah sinya selanjutnya, cold juntion ini akan mempengaruhi nilai pengukuran, sehingga harus dikompensasikan, kemudian timbul istila cold junction compensation. Panjang ceritanya… hehe.. Jika berminat, ada banyak artikel di internet, silakan baca-baca:
http://www.pyromation.com/Downloads/Doc/Training_TC_Theory.pdf
http://www.maximintegrated.com/en/app-notes/index.mvp/id/4026
http://circuitcellar.com/cc-blog/the-basics-of-thermocouples/ ”
=======
Ayu:
“Dalam bidang apakah smart sensor sering digunakan?
TeknisiInstrument:
“Dalam dunia instrumentasi, sensor (sering diistilahkan sebagai ‘sensing element’), merupakan bagian dari smart instrument, seperti smart transmitter dll.
Tapi kalau mendefinisikan sensor secara umum, pembaca kartu RFID juga bisa disebut sensor, pembaca kartu kredit juga bisa disebut sensor, pembaca sidik jari juga bisa disebut sensor. Jadi kalau ditanya dibidang apa, ya hampir semua bidang, perdagangan, militer, instrumentasi, medical dll.’
=======
Ayu:
“Apa yang dimaksud dengan noise consideration?”
TeknisiInstrument:
“Mari kita terjemahkan langsung (bebas): noise consideration = pertimbangan gangguan.
Jadi dalam dunia instrumentasi, istilah noise itu umumnya saat kita berbicara masalah sinyal, jadi, dalam hal ini noise consideration merupakan segala pertimbangan yang harus diperhatikan dalam mengirimkan sinyal melalui media apapun agar gangguan (noise) serendah mungkin supaya sinyal bisa diterima di receiver secara utuh”
=======
Ayu:
“Adakah hubungan antara voltage signal dan current signal pada bidang signal transmiter?”
TeknisiInstrument:
“Terus terang, saya bingung dengan pertanyaannya hehehe. Punten…
Tapi ijinkan saya untuk berasumsi:
Jika kita mengirimkan sinyal dalam bentuk tegangan, maka sinyal akan dipengaruhi oleh resistansi media penghantarnya, jadi sinyal tegangan yang diterima oleh receiver akan terpengaruh oleh besarnya resistansi dari penghantarnya. Sehingga sinyal tegangan tidak bisa ditransmisikan untuk jarak yang jauh.
Lain halnya dengan sinyal arus (current), selama power supply-nya (exication power) mampu, maka sinyal arus yang diterima oleh receiver akan sama dengan sinyal arus yang dikirim oleh transmitter. Karena arus listrik akan sama pada setiap titik untuk rangkaian seri.
Sehingga, kebanyakan di dunia industri, sinyal arus inilah yang banyak dipakai.”
=======
Ayu:
“Bagaimanakah cara kerja dari RTD?”
TeknisiInstrument:
“RTD (Resistance Temperature Detector), merupakan sensing element untuk temperature, umumnya berbahan platinum, akan memiliki resistansi yang berbanding lurus dengan temperature yang mengenainya, perubahan resistansi inilah yang dimanfaatkam untuk mengukur termperatur. Nilai resistansi ini kemudian diproses oleh signal processor atau transmitter.
=======
Demikian Mbak/Mas Ayu, mohon maaf jika jawabannya tidak memuaskan.
Salam,
TeknisiInstrument
Discalimer:
Jawaban di atas merupakan pendapat pribadi, bukan pernyataan definitif dan sangat mungkin jauh dari benar.
Dan kemungkinan besar susuan kalimat tidak bagus, banyak salah ketik dll, karena tidak baca ulang dengan teliti.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
saya mau bertanya nih pak, saya memiliki Pressure Transmitter Honeywell dengan Model No STG944-E1A-00000-H6-SM.CC.TGF1.1C+XXXX. Permasalahannya adalah output mA nya tidak sesuai dengan yang ada pada hartcom 475, di hartcom posisi 4-20mA sama dengan yang ada di transmitter cuman output nya saya ukur juga menggunakan multimeter dan terukur 22mA dan pembacaan 22mA tersebut juga sama yang diterima di DCS untuk kalibrasi sudah akurat pak baik ketika kita inject pressure dan yang muncul di transmitter juga sudah sama. cuman output yang ke dcs tetep aja stag di 22mA tidak naik maupun tidak turun,
pada dasarnya tinggal KALIBRASI ANALOG OUTPUT SIGNYALnya pak yang masih ngaco.mohon penjelasannya ya pak
Terima kasih Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Sugy Hartono, salam kenal.
Duh, mohon maaf, sayang sekali saya belum pernah punya pengalaman menangani Transmitter tersebut.
Tapi pada transmitter merk lain, terdapat analog output trim, dimana kita bisa kalibrasi output analognya saja. Jika output analognya sudah tidak dapat di trim lagi, kemungknian analog output modul (electronic modul)-nya rusak.
Salam,
TeknisiInstrument
assalamu alaikum
mau nanya masalah gangguan gelombang HT terhadap peralatan instrument yg menggunakan signal 4-20 mA…seperti control valve, transmitter dll..
bagaimana menangani masalahnya…..mohon bantuannya
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pa Ilham, kebetulan TeknisiInstrument belum pernah punya pengalaman mengenai gangguan gelombah HT terhada peralatan transmitter.
Tapi hanya sekedar pendapat, mungkin bisa diminimalisir dengan pemasangan shield kabel secara benar. Dimana interferensi medan magnet akan dibuang kepada Instrument Earth pada sisi panel. Serta yakinkan pemasangan grounding/bonding yang bagus.
Salam,
TeknisiInstrument
gan ane mo tanya…posisi switch oli atau oli pressure pada mobil taruna posisinya sebelah mana yach…sy sudah cari2 gak ketemu…..thanks e-mail (edisofyan13@gmail.com)
Pak Edisofyan,
Mohon maaf, saya tidak familiar dengan mesin mobil taruna.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum,,
Nepangken kang, saya Amir KM angkatan 34 . Salam Bani Instind ..
Numpang ngerepotin kang, kalo PSV(Pressure Safety Valve) dipasang di Metering Skid Orifice itu dipasang didownstream meter atau upstream meter ? Standard apa yang dipake API/AGA ? Kalo boleh minta dokumen standard nya juga .
Hatur nuhun
Sekedar share,
Kalau di tempat sayah ada meteran gas,
Disertakan shutdown valve setelah meteran (safety kalau RTO H2S lagi fail), jadi ada 2 psv, 1 di upstream tempat saya (letaknya di plant proses agak jauh) dan 1 lagi downstream di plant punya customer (katanya urusan customer juga mau pakai mau ga).
Penghitungannya pakai AGA3 orifice metering, 1 analog buat cadangan dikala PLC fail (pakai chart “biasa disebut Barton”), 1 lagi pakai komputer (menyertakan Software, PLC, DP, PT, TT), tentunya juga Gas Crhromatograph buat ngitung energinya.
Perusahaan tempat kerja saya merupakan swasta lokal, masih kecil. Mungkin sekali bila instalasinya tidak standar dan lagi saya orang baru di bidang ini. Mangga kang Ade pencerahannya.
tambahan, kalau kaya gini mah udah level engineer da, bisa nanya ke sr. engineernya atau buka buku engineering lagi. karena gak boleh menyalahi standar soalnya menyangkut keamanan dan rupiah (jika mempengaruhi hasil meteran)
di upstream meter sebelum metering, jadi jika psv realese tidak masuk dala tanggungan custumer
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Amir Nurochman, salam kenal.
(Kalau tidak salah) PSV atau PRV dipasang berdasarkan pada HAZOP (Hazard and Operability Study), jadi dititik mana PSV dipasang, berdasarkan desain awal oleh para safety engineer. Tapi umumnya PSV dipasang pada sebuah sistem diantara boundary SDV yang berfungsi untuk melepas tekanan berlebih.
Mengenai perhtungan volume gas (atau flowrate) dengan orifice, umumnya menggunakan perhitungan AGA3 (Seperti yang diutarakan oleh Pak Haryanto).
Untuk standard pemasangan, coba lihat API recommended Practice 520 dan 521. Mungkin di sana ada.
Salam,
TeknisiInstrument
ijin ikut diskusi juga ya kang,
biasanya PSV di taruh di upstream orifice, kalau dalam 1 unit system metering tata letak komponen biasanya, filter-regulator-PSV/PRV-metering..
Pak Deri,
Mantap, terima kasih ilmunya.
Salam,
TeknisiInstrument
assalammualaikum wr.wb kang
mau tanya nih, saya punya level controller local pneumatic dan tahapannya setelah pengecekkan itu perlu balancing outputnya (ketika gain proporsional diubah, output tetap 0,6Kg) mungkin punya kiat kiat atau tips untuk mempermudah, karena hal tersebut sulit sekali dilakukan hingga balance. level control saya merk SHIMADZU pneumatic
Terimakasih
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Andi, salam kenal 🙂
Duh… maaf, saya belum pernah menangani controller SHIMADZU, jadi saya belum bisa diskusi. Mungkin ada pembaca lain yang bisa bantu?
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum kang,
Salam kenal, saya tertarik dengan diskusi (tanya jawab) pada blog akang walaupun banyak yang belum bisa saya ikuti (pahami). sebetulnya kalau dari usia mah saya teh sudah tua, tapi minim ilmu dan pengalaman karena tadinya kebanyakan ulin (baca = main). Semoga dengan menyimak blog akang saya bisa banyak belajar.
Wassalam,
Hatur nuhun
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Rahmat, salam kenal kembali.
Terima kasuh sudah mampir di blog TeknisiInstrument
Mari kita belajar bersama Pak 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
assalamualaikum wr. wb.
saya masih tk.4 jurusan elektronika industri di SMKN 1 Cimahi sedang PKL dan mencari bahan laporan. saya mengambil judul tentang mesin autoclave. mungkin akang pernah mempelajari mesin ini. pada proses sterilisasi terjadi vakum higga tekanan -0,8 bar lalu kembali diisi uap hingga tekanan 0,5 bar kemudian kembali divakum lagi hingga 3x siklus. saya mengira siklus ini terprogram dalam PLC, ternyata teknisinya memberitahu saya siklus itu diatur dengan recorder supaya membentuk grafik proses vakum sebanyak 3x. saya ingin bertanya bagaimana recorder mengontrolnya? bukankah recorder hanya mencatat kegiatan mesin per waktu? mohon maaf bila ada kesalahan dan apabila sebelumnya sudah dibahas. terima kasih.
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang/Teh Windy, salam kenal.
Mohon maaf, saya tidak familiar dengan mesin tersebut.
Mungkin yang dimaksud teknisi di atas, adalah controller yang memiliki fungsi recording.
Apakah controller/recorder tersebut merupakan controller/recorder yang dirancang hanya untuk mesin autoclave tersebut? Atau merupakan controller/recorder umum yang bisa diaplikasikan ke mesin lain?
Mungkin jika ada manual book-nya akan sangat membantu.
Salam,
TeknisiInstrument
asalamualaikum kang Ade..
saya mahasiswa teknik mesin yang sedang kerja praktek di Batan, Puspitek, Serpong.
mengangkat judul sebagai kerja praktek saya yaitu “KARAKTERISASI PRESSURE TRANSDUCER PADA FASILITAS EKSPERIMEN UNTAI UJI BETA”
spesifikasi nya sbb: S/N= LAO320 dan LA0321 SPEC=0-10 KG/CM2, DC 24V
tolong dijelaskan dong kang, prinsip kerja nya seperti apa? dan bisakah Pressure Transmitter ini digunakan diluar range 4-20 mA.
mohon pencerahan nya kang, terima kasih.
*Rendy
Wa ‘alaikum salam wrwb..
Salam kenal Mas Rendy,
Merk transmitter/transducer-nya apa ya?
Info penting lainnya adalah model number, agak sulit untuk melihat spesifikasi teknis berdasarkan serial number.
Menurut yang pernah dialami, transmitter hanya dirancang untuk mengeluarkan output satu range saja, misalnya 4-20A saja, untuk transitter tertentu, paling bisa di-rerange menjadi 0-20mA.
Tapi kalau ada informasi mengenai manufacturer/merk dan model/part number-nya, bisa kita ketahui dari spesifikasinya.
Salam,
TeknisiInstrument
salam bani instind
mohon info ya kang
saya ada kerjaan kang tentang wonderware.. ada job mau buat aplikasi wonderware.
saya kesulitan karna saya tidak mengerti tentang mic. sql server…
saya yang harus sy pelajarin tentang sql server untuk mendukung tentang wonderware kang?
Kang Dikastalone,
Salam kenal.
Terus terang, TeknisiInstrument juga tidak terlalu ahli dalam seluk beluk wonderware.
TeknisiInstrument hanya tahu kulit-kulitnya saja hehehe.
Mungkin bisa dicoba dengan membuat aplikasi sederhana dulu, tanpa sql server. Setelah familiar, baru coba kombinasi dengan sql server.
Kalau tidak salah, ada script yang harus digunakan agara wonderware bisa mengakses sql server dalam menyimpan/mengambil data.
Coba buka-buka blog berikut: http://toekangscada.com/
ada banyak artikel mengenai intouch wonderware.
Oh ya, salah satu dokumen yang biasa diginakan oleh TeknisiInstrument adalah “BUKU MANUAL”. coba pelajari dulu buku manualnya, biasanya dijelaskan di sana.
Salam,
TeknisiInstrument
Kang Ade mau nanya apakah transmiter (PIT & TIT) merk Endress +Hauser ,model carabar TMT 142,dapat di loopchek 4mA,8,12,16,20mA by hart 475.sy dah coba tpi nga ktemu menu loopcheknya.klo bisa,tlng mbuka menu yg mn??trimks jwbanya Kang.
Kang Saridjan,
Apakah sudah pernah meihatnya di manual book?
Coba download di sini:
https://portal.endress.com/wa001/dla/5000092/6894/000/02/BA191ra3.pdf
Lihat halaman 59, disitu ada penjelasan mengenai locking configuration dengan menggunakan security jumper. Mungkin menu loop check tidak ditampilkan karena security jumpernya di-ON-kan, coba OFF-kan dulu. Kemudian konek HART comm.
Lihat halaman 61, di situ diperlihatkan struktur menu HART dari transmitter yang bersangkutan.
Semoga membantu.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum kang
saya mau nanya bedanya LCV sama PCV pada separator jika dilihat secara kasat mata itu bagaimana ? trims kang
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Syahiro Muharrom, salam kenal.
LCV (Level Control Valve) merupakan final element dari LC Level Controller atau LIC (Level Indicating COntroller, yang berfungsi untuk mempertahankan level liquid pada separator agar sesuai dengan setpoint yang diinginkan, LC atau LIC mendapatkan sinyal dari LT (Level Transmitter).
PCV (Pressure Control Valve) merupakan final element dari PC Pressure Controller atau PIC (Pressure Indicating COntroller, yang berfungsi untuk mempertahankan pressure/ tekanan pada separator agar sesuai dengan setpoint yang diinginkan, PC atau PIC mendapatkan sinyal dari PT (Pressure Transmitter).
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum wr.wb
salam kenal kang,saya tingkat 4 Kontrol Proses angkatan 38. Mau tanya kang, untuk menentukan parameter PID untuk Output Control Valve misalnya dalam aplikasi metering. ada 2 meter yang masing-masing mempunyai 2 stream (total jadi 4 stream) nah jadi per day itu di set tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih dari 5 mmscfd. Untuk menentukan Proportional+Integral+Derivative nya itu gimana ya kang ? Untuk controllernya saya pake plc. Hatur Nuhun sateuacanna kang.
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Rivaldy Bayu, salam kenal 🙂
Apakah ada gambar Piping and Instrumentation Diagram-nya?
Apakah itu merupakan flow control? Ada berapa loop control yang dipakai? Apakah setiap stream memiliki satu loop control? Semua itu bisa dilihat di gambar P&ID. Dari situ kita bisa memulai untuk loop tuning.
Kalau melihat kasusnya Kang Rivaldy, setpoint untuk controller adalah 5 MMSCFD, jadi PV (Process Variable) harus sesuai dengan setpoint yaitu 5 MMSCFD. PV sesuai dengan SP, maka controller harus di-tunning agar responsif, tapi tidak hunting atau oskilasi.
Parameter PID ditentukan pada saat tuning. Ada beberapa metoda PID tuning. Salah satunya adalah metode Ziegler-Nichols. Jika ingin baca-baca, silakan buka link berikut:
https://controls.engin.umich.edu/wiki/index.php/PIDTuningClassical
http://www.chem.mtu.edu/~tbco/cm416/tuning_methods.pdf
Warning:
Jika process sedang running/berjalan, hati-hati dalam melakukan PID/loop tuning, karena jika parameternya tidak pas, bisa menyebabkan process upset.
Metoda yang disebutkan di atas biasanya diimplementasikan saat commissining atau startup.
Jika process sudah berjalan, biasanya dilakukan minor ajdusment seperlunya, dan biasanya dikategorikan sebagai fine tuning.
Mohon maaf jika jawabannya ngelantur 🙂
salam,
TeknisiInstrument
Permisi min,
jika diperkenankan saya ingin bertanya tentang sesuatu bersifat non teknis.
Apakah ada organisasi non profit, yg merangkum para penggiat ataupun peminat Otomasi, Kontrol, dan Instrumentasi di Indonesia?
Pak Hendra,
Salam kenal,
Dulu saya pernah dengar ada yang namanya HIMII (Himpunan Masyarakat Instrumentasi Indonesia) tapi sudah lama saya tidak mendengar lagi informasi tersebut.
Salam,
TeknisiInstrument
aslmkum kang. . permisi. .
tanya sedikit nihh kang. punya materi tentang barton chart recorder & cara perhitungan nya nggak?? saya lagi proses nyusun Tugas Akhir kang… pusing benerrr. . .
Nimbrung,
Di tempat saya dulu metering gas masih pakai Circular chart Barton, pertama harus dapet value dari 3 sensornya; pressure, temperature & dp. Value tersebut adalah avarege per jamnya atau kalau mau lebih akurat per 15 menit atau lebih rapat lagi, caranya pake naked eyes alias ngira2 (diajarin enjiner yang dulu kaya gitu :D).
Karena Gas Chromatograph belum jadi, komposisi, GHV, SG dll nilainya dinamic hasil uji lab orang meterologi. GHV cs. tersebut akan dijadikan input parameter pada perhitungan AGA8, Viscocity/Isentropic untuk menghasilkan parameter lainnya dan akhirnya ke AGA3 untuk perhitungan flow gas. Namun sekarang udah otomatis jadi Barton chart tersebut cuma backup dikala komputer, PLC, GC lagi error.
Awal bulan pak Spv memberi mainan baru yaitu root planimeter 336E , katanya buat ngitung/extrac chart barton biar valuenya bisa dipertanggungjawabkan. Tapi manualnya ga jelas atau yang baca ga ngerti (5 partner yang lain senasib dengan saya). Yang jualnya juga ga ngerti, mohon pencerahannya kang.
Pak Dias/Pak Suhud,
Salam kenal,
Pak DIas,
Untuk perhitungan flowrate dengan menggunakan barton chart, prinsip kerjanya seperti yang dijelaskan oleh Pak Suhud dalam komentarnya.
Prinsipnya, untuk mengukur flowrate, barton chart mengukur perbedaan tekanan pada sensing element (umumnya orifice plate), perbedaan tekanan (differential pressure – dp) inilah yang besarannya berbanding dengan flow yang melewati plat orifice. Kemudian diperlukan parameter lain untuk mengkompensasi agar hasil hitungannya menjadi flow standard (misalnya mmscfd), parameter tersebut adalah temperatur dan static pressure (actual flowing pressure). Ketiga parameter tersebut dihitung dengan menggunakan perhitungan standard AGA3 (American Gas Association 3).
Adapun heating value atau energi, bisa dihitung berdasarkan komposisi gas, yang umumnya diukur dengan analiser gas chromatograph, bisa berupa online analyzer ataupun hasil sampling untuk dianalisa di laboratorium.
Ada kalkulator online untuk AGA3 beserta rumus-rumus yang dipakai untuk menghitungnya. Coba klik link ini: http://www.squinch.org/gas/aga3.html
Pak Suhud,
Terima kasih atas penjelasannya 🙂
Root planimeter, wah, saya juga belum pernah memakainya 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
iya kang makasih banget info nya. . . sumpah kayak di kejer dead line. . 29 agustus ini sidang tugas akhir. . mohon doa nya, . .
ass. mas permisi
mau tanya nih penyebab sinyal yang dikirim pressure transmitter ke dcs berlebih sehingga pembacaan di lapangan 4.5kg/cm2 sementara di dcs 4.7kg/cm2. penyebab nya apa? bagaimana operator dapat mengetahui nya
makasi
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Salam kenal Pa Nids,
Apakah transmitter-nya sudah terkalibrasi dengan baik?
Untuk meyakinkannya, coba lakukan calibration check. Inject pressure transmitter pada lima titik uji, yaitu inject dengan pressure 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%, maka outputnya harus 4mA, 8mA, 12mA, 16mA dan 20mA.
Jika transmitter sudah terkalibrasi dengan baik, coba lakukan loop check dengan menginject sinyal arus (mA) pada lima titik juga, yaitu, di 4mA, 8mA, 12mA, 16mA dan 20mA, maka di DCS harusnya tampir tekanan 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Selain dengan meng-inject dengan mA source, loop check juga bisa dilakukan dengan hart comm pada menu Loop Check.
Jika saat di loop check tampilan di DCS tidak seperti seharusnya, apakah loop tersebut menggunakan signal isolator atau safety barrier? Semisal MTL atau merk lainnya. Coba periksa apakah isolator atau safety barrier-nya masih bagus?
Coba periksa juga kabel shield, seharusnya di sisi transmitter tidak di terminas atau tidak dihubungkan ke manapun, sebaliknya, di sisi panel dihubungkan ke Instrument Earth.
Periksa juga scalling di DCS-nya, apakah sudah sesuai?
Semoga membantu,
Salam,
TeknisiInstrument
Tapi kalau kondisinya kita gatau penyebab dari pembacaan di lapangan dan d dcs berbeda. Apakah kita harus mengecek wiring nya? Step nya apa aja? Makasi
Pak nids,
Jawaban yang ditulis di atas adalah untuk mengetahui penyebab perbedaan bacaan dimaksud.
Itu merupakan salah satu langkah troubleshooting.
Salam,
TeknisiInstrument
Selamat Malam Kang/Mas.
mohon pencerahannya ttg Tenkikol Commander yang menggunakan Bloetooth Viator sebagi Hart Comunicator berbasis Android dan apakah bisa kita menggunakannya sebagai pengganti Hartcomm ??
serta bagaimana akurasi dan efisiensinyaa untuk mengkalibrasi bbrapa merk transmiter yang sering digunakan ?
tks
Selamat malam Kang/Mas Latuheru,
Salam kenal.
Wah, sayang sekali saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, karena jujur saja, saya belum pernah menggunakannya.
Mohon maaf,
Salam,
TeknisiInstrument
Wah saya belajar banyak dari sini, makasih para senior
Pak Sugeng,
Salam kenal,
senang bisa belajar bersama.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualikum kang,
Maaf mengganggu sebelumnya. Saya mau bertanya mengenai “pulse”. Saya mempunyai meter dengan keluaran pulse pada range 0-10kHz. Saya ingin membagi keluaran pulse dari flow meter ke dua flow computer yang berbeda. Apakah harus dilakukan penambahan device seperti splitter atau repeater guna mencegah adanya drop pada saat diterma oleh flow computer? atau bisa hanya kita paralel saja? output pulse saya ukur memiliki tegangan 12 V. Dan bentuk pulse sendiri itu berpondasi tegangan, arus, atau kontak?
Mohon bantuannya kang. Terima kasih banyak.
Salam,
Gani
Wa ‘alaikum salam wr. wb.
Pak Gani,
Kebetulan saya belum punya pengalaman membagi sinyal pulse dari satu sumber ke dua receiver, tapi secara prinsip, benar yang dikatakan oleh Pak Gani, jika kita membagi sinyal langsung ke dua penerima, maka akan ada pengaruh pada kualitas sinyal, karena impedansinya akan menjadi lebih rendah karena kedua receiver tersebut diparallel.
Menurut saya, harus menggunakan signal splitter, sehingga kualitas sinyal akan tetap terjaga. Tapi itu hanya pendapat, karena saya belum pernah melakukannya.
Pulsa biasanya berbentuk kotak (square) dengan amplitudo tetap, jadi biasanya berbasis tegangan, pada amplitude tetap dan frekwensi yang berbanding dengan flow.
Mohon maaf jika tidak memuaskan.
Salam,
TeknisiInstrument
ini baru namanya belajar beneran . . buat semua nya terus sharing informasi, . .walaupun tak pernah bertatap muka tapi tetep dalem hati sama2 niat belajar. . .
Pak Dias,
Salam kenal, terima kasih atas dukungannya.
Mari belajar bersama Pak 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
Permisi, mohon saran nih pak, mas, kang.
Umur saya 20th, saya baru masuk kerja 3 bulan bagian instrument, nah saya ada niatan untuk kuliah tapi bingung memilih jurusan yang pas dan searah dengan pekerjaan saya saat ini. Kira kira jurusan apa ya yang sesuai.
Terimakasih 🙂
Mas Sugeng,
Salam Kenal..
Melihat perkembangan dunia instrumentasi saat ini, dimana peranan dunia elektronik sangat dominan dalam hampir semua peralatan instrument. Menurut saya, sesuatu yang berbau elektronik dan ada bumbu instrumentasinya mungkin bisa dijadikan pilihan, seperti mungkin Jurusan/program studi Elektronika Instrumentasi, Teknik Elektronika, Fisika Instrumentasi, dan apa lagi ya, terus terang saya tidak telalu banyak kenal nama-nama jurusan di Perguruan Tinggi.
Mohon maaf kalau sarannya mengecewakan 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
permisi mas, mau nanya nih saya suda mengecek penyebab selisih penunjukan angka pressure transmitter lebih kecil dari dcs, karna faktor akurasi pada transmitter. nah biasanya penunjukan nilai tidak tepat ini apakah salah saat kalibrasi nya atau karna komponen nya? kalau komponen nya bagaimana mengetahui nya?
Mas/Mbak Nids,
Salam kenal.
Sebelumnya, maaf saya bertanya dulu, bagaimana cara pengecekannya, sehingga didapat kesimpulan bahwa bacaan transmitter lebih kecil dibanding bacaan DCS? Apakah pressure transmitter tersebut memiliki local display, sehingga bisa menampilkan parameternya?
Apakah transmitter di-inject dengan sumber tekanan yang sudah diketahui? Misalnya hand-pump… Jika metoda pengecekannya demikian, maka TeknisiInstrument akan berasumsi dengan pemisalan:
Misal smart pressure transmitter dengan kemampuan HART, dengan range input 0-200psi, output 4-20mA, memiliki local display, terhubung dengan analog input di DCS, dan ditampilkan pada HMI DCS dengan range 0-200psi.
Untuk mengidentifikasi masalahnya ada dimana, coba lakukan:
Catatan:
Angka-angka di atas hanya pemisalan, untuk angka pasti, silakan mengacu kepada spesifikasi pressure tramsitter yang sedang di-troubleshoot.
Mohon maaf jika jawabannya tidak pas.
Salam,
TeknisiInstrument
Mau tanya nih mas bisa menjelaskan gimana cara kerja sensor diafragma pada transmitter? Makasih
Dan faktor apa aja yang bisa mempengaruhi penyimpangan output pada transmitter elektrik?
Mas/Mbak Nids,
Maaf sebelumnya, apakah transmitter pneumatic atau transmitter elektronik?
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum pak ade, salam kenal.
saya ingin melanjutkan diskusi yg terpotong antara pak ade dengan ibu/pak nids. Beberapa hari yang lalu saya ada mengirimkan email ke pak ade melalui email rizky(dot)kurniawan1037(at)gmail(dot)com, kurang lebih permasalahan yg sedang saya hadapi sama dengan kasus ibu/pak nids.
bisa tolong dijelaskn kembali mengenai cara kerja sensor diafragma n hal apa saja yang bisa menyebabkan penyimpangan output pada transmitter elektronik ya pak?
saya masih baru belajar mengenai instrumentasi & ini beda dari basic ilmu saya waktu kuliah. jd mohon bimbingannya pak ade. terima kasih.
Wa ‘alaikum salam wr. wb.
Pak Rizky, diskusi dengan Ibu/Pak Nids terpoting karena pertanyaannya tidak spesifik:
Jika transmitternya adalah electronic pressure transmitter, kira-kira urutannya seperti berikut ini:
1. Sensor module. Biasanya terdiri dari transducer, yang mengubah tekanan menjadi gerak, diafram biasanya berada pada modul ini. Adapun sensornya sendiri ada beberapa macam, diantaranya ada piezo electric, capacitive sensor, LVDT, dll. Intinya, modul tersebut akan menghasilkan sinyal listrik/electronik yang berbanding dengan perubahan tekanan. Sinyal elektirk tersebut akan diteruskan ke modul berikutnya.
2. Electronic module. Biasanya terdiri dari analog (input) module, microprocessor, communication (seperti HART), dispaly module (optional), analog output module. Modul ini akan mengoleh sinyal dari sensor module, sehingga bisa mengeluarkan sinyal standar 4-20mA (atau sinyal standar lainnya).
Kurang lebih seperti itu. Mohon maaf jika tidak nyambung 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu’alaikum…punten mau nanya nih kang,saya ada flow meter merk EH tp sudah lama tidak diaktifkan,nah pertanyaannya saya bingung menentukan rangenya,sementara analog outputnya 4-20mA. thanks ya kang.
Wa alaikum salam wr.wb.
Kang M. Hasan Setiawan, apakah sudah dilihat di name plate – nya? biasanya di name plate tertulis range input dan output-nya. apalah transmitter tersebut support HART protocol? Jika ya, coba konek dengan HART communicator, biasanya semua parameter bisa dilihat.
Salam,
TeknisiInstrument
hatur nuhun kang…ga ada di name plate nya,cuma dimanual booknya emang ada cara nentuin konstanta.tp ga yakin karena blm pernah ngerjain takutnya ada kesalahan soalnya itu mau dipakai untuk flow natural gas di mesin boiler.kalo ada info tolong kabar-kabari ya kang….hatur nuhun
Kang M. Hasan Setiawan,
Apakah EH itu adalah Endress+Hauser?
Model atau tipe transmitternya apa ya?
Salam,
TeknisiInstrument
bener kang Endress Hauser Vortex Flow Meter Prowirl 70 Tech.kondisi sudah terpasang dari tahun 97 menurut cerita senior saya,
tapi blm pernah difungsikan.
Kang M. Hasan Setiawan,
Terus terang saya belum pernah menangai flow transmitter model tersebut. Tapi menurut buku panduannya, pengukuran minimum dan maksimumnya bisa dihitung berdasarkan masa jenis fluida dan diameter dalam flow meter. Silakan buka manual book-nya di link berikut: http://www.pandtec.com/files/documents/Endress%20Hauser%20Vortex%20Flow%20Meter%20Prowirl%2070%20Tech.pdf
Silakan buka halaman 8.
Mohon maaf tidak bisa berdiskusi lebih jauh, karena TeknisiInstrument belum pernah punya pengalaman menangani flow transmitter tersebut 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
Siang kang,
maaf kang saya mau tanya masalah Reverse Osmosis,sebelumnya saya belum pernah melakukan pekerjaan ini,saya boleh minta sofware untuk program RO kang
Kang Khairul,
Selamat sore dan salam kenal 🙂
Apakah reverse osmosis yang dimaksud adalah water maker?
Jika ya, apakah unit ini menggunakan controller sendiri, atau terintegrasi dengan DCS?Software apakah yang dimaksud?
Salam,
TeknisiInstrument
Pagi kang,
RO Yang saya maksud system pemisah air bersih dengan air kotor dengan haigh pressure produk GE Reverse Osmosis E8,system memiliki kontrol sendiri.mohon bantuan dan masukannya kang.
Salam
Khairul
Kang Khairul,
Selamat sore. Terus terang, TeknisiInstrument belum pernah menangani RO unit model itu.
Berupa apakah controller-nya tersebut, apakah berupa PLC atau memang controller khusus untuk RO unti tersebut? Kemudian, apanya yang ingin diketahui? Kalau ada masalah yang lebih spesifik, mungkin akan lebih fokus diskusinya.
Salam,
TeknisiInstrument
Kang ade saya mau tanya untuk proses kalibrasi guide wave radar 5301series.
Jadi pada saat probe sticknya belum terkena liquid atau masih kosong (dlam hal ini menggunakan water liquid),device dapat terconnected dengan hartcomm dan indikasi di hartcomm 475 analog outputnya bernilai 21 mA.
Akan tetapi pada saat kita mau mengkalibrasi di titik 20 mA atau pada saat stick nya ini terkena liquid pada titik low saja tiba2 hartcomm kami disconnected dengan device transmitter yang terpasang.
Sehingga karena disconnected ini kami tidak dapat melakukan proses kalibrasi.
Assallamuallaikum ww
Sore kang,saya mau tanya berapa toleransi penggunaan sofware aga 3 dalam perhitungan flow gas dengan oriffice.terimakasih
Salam
Khairul
Assallamuallaikum.ww
Sore kang,saya mau tanya berapa toleransi dalam penggunaan sofware AGA 3 untuk perhitungan flow gas dengan orifice plate.
Terimakasih
Salam
Khairul
Berdasarkan yang saya ketahui untuk ditmet 1% sedangkan migas 2% kang..
Salam,
Safir
Terimakasih kang atas infonya ,ketentuan 1% dan 2% berdasarkan apa kang,?
Assalamualaikum kang, salam ti Instrument Industri Kontorl Mekanik angkatan 39. Artikel2nya bermanfaat, lumayan tambah ilmu sebari pkl 😀
Wa alaikum salam wr wb.
Salam kenal Kang. Syukur alhamdulillah kalo bermanfaat.
Salam
TeknisiInstrument
Assallamuallaikum.ww
siang kang,saya mau tanya bagai mana cara merobah tag name pada INVALCO Model 7300 WCM (water cut monitor),apakah suport hart comm 475?..
salam,
khairul
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Khairul, mohon maaf, saya belum pernah menangani watercut monitor seperti yang disebutkan. Apakah sudah baca manualnya?
Menurut manual book yang saya temukan di internet (http://www.fmctechnologies.com/~/media/FluidControl/Invalco/Old%20PDFs/ssis003.ashx), tidak menyebutkan fitur HART
Salam,
TeknisiInstrument
assalamualaikum, kang nepangken saya amir KM34, bade naros pami sensor temperature PT 100 , sensor stick/probe nya kepanjangan, karena alasan estetika dan cost tidak mungkin utk pake adaptor/coupling atau ganti sensor .
bisa ga kalau dipotong karena menurut logika saya resistor adanya diujung bawah dan yg keatas itu hanya kabel 4wire, panjang kebutuhan 20cm dan kondisi skrg 55cm , diantos kang nuhun
Wa ‘alaikum salam wr. wb.
Kang amirnurochmanmia, salam kenal.
Secara prisip, semakin panjang lead wire (kabel RTD-nya), maka semakin besar resistansi kabel-nya, sehingga menambah ketidak akuratan pembacaan temperatur dari RTD (cenderung lebih besar dari temperatur yang sebenarnya).
Menurut sebuah sumber yang pernah TeknisiInstrument baca (maaf, lupa sumbernya :)), error yang timbul dari panjangnya lead wire adalah 0,099 derajat untuk setiap 10 feet lead wire (sekitar 3 meter) pada RTD dengan 3 wire.
Jadi kalau bedanya hanya 35cm, sepertinya tidak masalah. Coba saja lakukan eksperimen 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
assalamualaikum kang
saya salah satu mahasiswa di kalimantan
saya ungun bertanya, DP Transmitter bekerja berdasarkan perbedaan tekanan hidrostatis yang ada pada tapping high dan tapping low
yang ingin saya tanyakan, setahu saya mencari tekanan hidrostatis menggunakan rumus p = rho x g x h. tetapi yang saya temukan mengunakan rumus SG x h
kenapa bisa seperti itu ya kang?
mohon pencerahannya, terimakasih sebelumnya
wassalamualaikum Wr. Wb.
Wa ‘alaikum salam wr. wb.
Kang Isa Anshori, salam kenal.
Pernah ada posting di blog ini mengenai masalah perhitungan tekanan hidrostatik, mungkin berhubungan, silakan buka link berikut https://www.teknisiinstrument.com/2015/08/22/mmh2o-mengapa-dijadikan-satuan-tekanan/
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum kang,
Saya mau nanya,knpa power supply drop jadi 15vdc kalau diconnect ke transmitter kang,,
Tapi kalau di ukur tanpa connect ke transmitter power supplynya 25 vdc
Mohon pencerahannya ya kang,,
Wassalamualaikum wr.wb
Wa ‘alaikum salam wr.wb.
Kang Abd. Muksim, apakah ini power supply untuk transmitter 2 wire atau 3 wire?
Tegangan drop di ujung transmitter kemungkinan karena transmitter-nya memiliki impedansi yang rendah.
Coba lihat di spesifikasi transmitter-nya, berapa tegangan kerjanya. Transmitter yang 2 wire umumnya memiliki tegangan kerja di kisaran 10-48VDC, tergantung merk.
Salam,
TeknisiInstrument
assalamualaikum,
pak saya mau bertanya bagaimana cara pemeliharaan (maintenance) dari venturimeter dan bagaimana cara instalasi (pemasanagan) venturimeter?
Wa ‘alaikum salam wr.wb.
Mbak Novita Oktriyani, Salam kenal dan terima kasih sudah berkunjung 🙂
Umumnya perawatan pada venturi flow meter adalah dengan membersihkan sensing line dari venturi ke transmitter. Jika dilengkapi dengan diaphragm seal, makia bersihkan juga komponen tersebut. Ada juga beberapa manufacturer yang menjamin “maintenance-free” pada produk venturi flow meter-nya.
Venturi flow meter di pasang pada jalur pipa (inline). Pada installation manual dari produk tertentu, biasanya dijelaskan persyaratan perpipaan (piping), misalnya berapa panjang pipa lurus di hulu (upstream) dan hilir (downstream).
Salam,
TeknisiInstrument
Selamat Malam Pak, salam kenal..
Saya mau tanya ini soal K-factor dan hubunganya dengan pulse.
Bagaimana ya kita setting nilai K-factor tersebut. Dalam kasus ini di flowmeter digital merk Macnaught. Flowmeter ini dipasang untuk mengetahui berapa konsumsi fuel pada generator set 1460 Kw, Cartepillar. Setau saya keluarannya genset tersebut satuannya gallon, nah nanti pembacaannya supaya bisa liter. Berapa pak perhitungan mencari nilai k-factor tersebut dan berapa pulsenya?
Mohon bantuannya sangat..
Terimakasih..
Pak Rendi,
Selamat pagi dan salam kenal 🙂
Apakah flowmeter-nya berjenis turbine meter? Jika ya, dulu pernah ada diskusi mengenai masalah ini, boleh lihat di link berikut ini:
https://www.teknisiinstrument.com/qa/tanya%E2%99%A5jawab-2/#comment-1014
https://www.teknisiinstrument.com/qa/tanya%e2%99%a5jawab-2/#comment-1015
https://www.teknisiinstrument.com/2010/04/15/dry-leg-dan-wet-leg-pada-level-transmitter/#comment-349
Jika tujuannya hanya ingin mengubah satuan dari gallon per satuan waktu (misalnya gpm=gallon per minute) menjadi satuan liter per waktu (misalnya lpm=liter per minute), sepertinya tidak perlu mengubah k-factor. Coba lihat di manual book-nya, apakah ada opsi pada menu untuk mengubah satuan (unit of measurement).
Kalau boleh tahu, Macnaught tipe atau model apa ya Pak, mungkin saya bisa cari di manualnya.
Salam,
TeknisiInstrument
Mf pk boleh minta diagram panel konekkan bass,sama wiring buat bass,kirim ke email saya terima kasih
Pak Beni,
Salam kenal.
Maaf Pak, bass apakah yang dimaksud?
bass (alat musik) atau BAS (Building Automation System)
Salam,
TeknisiInstrument
assalamualaikum pak. SMK BISA! hehehe
salam kenal pak 🙂 saya andi pak dari smkn1cimahi jurusan kp angkatan 39. baru beres prakerin, lagi sibuk buat laporan ini teh pak euy mohon dibantu ya pak. gempeur euy mau sidang bentar lagi ari materi acan sadayana 🙁
bade naros tentang kalibrasi displacer transmitter e3 magnetrol pak gimana ya?
terus pak mengenai LVDT (linear variable differential transmitter) yang ada di dalem transmitter nya teh aku kurang paham pak. boleh bisa dijelasin ga pak buat LVDT nya itu kenapa bisa si pelampung yg mendektesi ketinggian level itu keluaran bisa jadi 4-20mA?
hatur nuhun pak punten pisan aduh.
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Muhammada Andi Wahyudi, salam kenal.
Displacer level transmitter yang menggunakan lvdt, kurang lebih begini:
Displacer yang berada di dalam tabung berfungsi sebagai pelampung, yang akan naik/turun sesuai dengan level cairan yang diukur. Gerakan naik/turun dari displacer/pelampung ini diteruskan dengan serangkaian penerus gerak mekanis ke sebuah LVDT, inti dari LVDT ini bergerak sesuai dengan gerakan dispacer tadi, seiring dengan gerak naik/turunnya inti dari lvdt, maka di sisi sekundernya lvdt akan timbul tegangan, yang besarnya berbanding dengan gerak naik/turunnya displacer, sinyal tegangan dari lvdt yang merepresentasikan level, diolah dengan rangkaian elektronik (mungkin juga microprocesor) untuk kemudian diterjemahkan menjadi sinyal arus listrik standar (umumnya 4-20mA) atau sinyal standar jenis lainnya.
Mengenai cara kerja dan bagaimana cara kalibrasi untuk jenis transmitter yang disebutkan, mungkin bisa dilihat di link ini: http://literature.magnetrol.com/1/48-635.pdf
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum wr wb pak.
Saya andi pak, alhamdulillah kemarin baru sidang dan lolos pak. Terimakasih sudah membantu mengenai LVDTnya pak.
Dan sekarang tinggal ujikom pak mengenai loop level. tolong minta bantuannya pak dengan pengalaman waktu dulu bapak disekolah saat ujikom mengenai loop level mungkin. Yg harus dipersiapkan apa saja ya pak untuk saya bisa menyelesaikan loop level itu?
terima kasih pak. Saya bersyukur bisa kenal dengan blog ini dan bersyukur juga karena bapak bisa se alma mater sama saya nanti hehe
Salam sukses.
Bani instind
Wa ‘alaikum salam wr. wb.
Kang Andi, alhamdulillah, ikut senang kalau sidangnya sukses.
Loop level seperti apa yang dimaksud?
Saya tidak ingat apakah dulu ada ujikom (ujikom itu maksudnya uji kompetensi ya?)
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum
Kang, boleh tanya, koneksi untuk accelometer vibration simulation pakai function generator dan power dc source yokogawa CA71 bagaimana ya, soalnya saya udah coba2 macem2 cara ga bisa juga, probe nya dari Bentley Nevada,
Wa ‘alaikum salam wr. wb.
Pak/Bu Anonymous, salam kenal 🙂
Mohon maaf sebelumnya, maksudnya mau melakukan pengujian probe accelerometer. Kalau tidak salah, kita memerlukan table shaker dengan frekuensi yang diketahui sebagai referensi, kemudian kita dapat melihat bacaan dari probe.
Terus terang, TeknisiInstrument belum pernah melakukan pengujian probe accelerometer dengan menggunakan Yokogawa CA71.
Yokogawa CA71 itu multifunction calibrator ya? Coba dibaca di manualnya, apakah ada aksesori yang diperlukan (semacan shaker) untuk melakukan pengujian accelerometer probe.
Mohon maaf tidak bisa membantu banyak.
Salam,
TeknisiInstrument
Salam sukses
Gan saya mau tanya. Klau seumpama saya memakai transmitter dp. Untuk level. Dan media dalam tanki benda cair yang kental dan mengandung gula kira2 apakah masih bisa menggunakan transmitter dp atau harus menggunakan transmitter ultrasonic. Atau yg model lain. Trim’s sebelumnya ……… Mohon pencerahannya……..
Pak Lukman,
Salam kenal dan salam suksek kembali.
Terus terang, TeknisiInstrument belum punya pengalaman mengukur level gula cair dengan dp transmitter.
Kalau boleh berpendapat, jika cairan gula tersebut tidak menggumpal (menjadi padat) pada temperatur ruang pada saluran tubing untuk sensing-nya, maka menurut Teknisi Instrument tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah, jika cairan gula tersebut berbentuk cair hanya pada temperatur tertentu dan akan padat pada temperatur tertentu. Mungkin di dalam tangki, gula tersebut berbentuk cari karena termperaturnya lebih tinggi, tapi pada saluran tubing ke transmitter, mungkin temperaturnya tidak sama dengan di dalam tangki, bisa jadi lebih tinggi, sehingga cairan gula dalam tubing bisa saja mengeras dan menyumbat saluran tubing sehingga pembacaan level tidak akurat,
Kondisi tersebut mungkin bisa ditanggulangi dengan:
1. memasang heat tracing pada saluran tubing ke transmitter, sehingga temperaturnya terjaga dan gula masih berbentuk cair.
2. menggunakan metoda wet leg (https://www.teknisiinstrument.com/2010/04/15/dry-leg-dan-wet-leg-pada-level-transmitter/)
3. dengan memasang dp transmitter yang dilengkapi dengan remote seal (https://www.teknisiinstrument.com/2011/01/03/mengkalibrasi-level-transmitter-dengan-remote-seal-bagian-1-pendahuluan/)
Mohon maaf tidak bisa membantu banyak.
Salam,
TeknisiInstrument
Dear Kang,
Mungkin bisa sedikit saya tambahkan buat P Lukman.
DP transmitter bisa dipasang untuk pengukuran level cairan gula, jenis DP yang dipakai adalah diapragm capilary tube karena kalau memakai type wet leg cairan gula akan terkumpul dan mengendap pada pipa dan akhirnya mengental dan menyumbat.
Kalau untuk level molases dp tidak bisa dipakai karena terlalu kental, yang cocok untuk pengukuran ini adalah type ultrasonic.
Semoga membantu.
Terimakasih.
Salam,
Dadan. S
Assalamualaikum Pak apa kabar
Mau tanya apakah ada yg mau jual second 475 Hart Field Comunicator TYPE 475
HPIEKLUGMTS,kalau ada hub saya febry di 082117429607,di tunggu tks.
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kebetulan saya tidak ada info mengenai yang mau jual HART COMM tersebut.
Apakah hal ini boleh saya posting di salah satu group FB instrumentasi yang saya ikuti?
Salam,
TeknisiInstrument
Ada nih masih baru gress, blm di install, minta 75 jt. Kalau berminat bisa hubungi saya di 081223503275, 5AE6F19A
assalamualaikum kang,
abdi bade tumaros berdasarkan pengalaman, untuk perawatan yang dilakukan di peralatan instrument seperti transmitter, valve dilakukan berapa waktu sekali dan apa saja yang di lakukan?
jika ada manual atau referensinya sekalian kang.
Terima kasih sebelumnya.
Wa ‘alaikum salam wr. wb.
Kang Mahadi, kalau di tempat saya bekerja, perawatan peralatan instrument menggunakan metode PM (Preventive Maintenance), dan periode dan caranya berbeda-beda untuk setiap aplikasi. Ada yang dilakukan setiap 6 bulan, 1 tahu, 3 tahun dan lain-lain. Mengenai cara perawatannya, ada yang hanya visual check, ada yang loop check, calibration check, stroke test untuk control valve dan lain-lain, tergantung pada proses/sistem apa peralatan instrument tersebut dipasang. Biasanya dilakukan dulu studi, pada sistem apakah peralatan instrument tersebut, baru nanti ditentukan metode dan durasi perawatan dimaksud.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum,
Selamat Malam Kang,
Salam kenal kang,
Semoga masih kenal nyak hehehe.
Kang saya mau tanya cara menentukan range DPT untuk pengukuran flow natural gas dengan element pengukurnya orifice plate.
Misal data yang ada cuma OD dan id aza, apakah bisa. Hatur nuhun.
Salam,
Jwibowo
Wa ;alaikum salam wr. wb.
Kang Joko Wibowo, salam kenal kembali 🙂
Untuk menentukan range differential pressure transmitter untuk mengukur flow gas, diperlukan beberapa parameter untuk dihitung, seperti, diameter pipa, jenis fluida, diameter orifice, density dari fluida, temperature fluida, flow maksimum yang akan diukur dan lain-lain. Sebenarnya sudah ada software untuk menghitungnya, coba cari Instrucalc.
Atau, coba lihat datasheet dari orifice yang akan dipakai, pada datasheet biasanya disebutkan dP saat flow maksimum, dP tersebut digunakan sebagai URV-nya.
Coba Orifice Sizing Clalculator pada link berikut ini:
Untuk orifice diameter <5cm: http://www.lmnoeng.com/Flow/SmallOrificeGas.php
Untuk yang >5cm: http://www.lmnoeng.com/Flow/OrificeGas.php
Salm,
TeknisiInstrument
Hatur nuhun pizan kang pencerahana.
Orificenya sudah terpasang cuma DPT aslinya blank kita mau ganti baru cuma datasheet DPT aslinya blm ketemu.
Maklum basic saya TP masih terus belajar
Instrument hehehe.
Salam,
Jwibowo REFAC22
Kang punteun minta tolong diitungin kalau ngg merepotkan.
Dengan data berikut langsung di name plate orificenya bisa ngg ya kita menentukan range DPTnya.
62600 RF
D-146.33. Mm
d-59.34 mm
SS316/316L
Inlet
GD 2.38 mm
C90010
Hatur nuhun.
Salam,
Jwibowo
Kang/Mas Joko,
Untuk dapat mengetahui dP yang akan dipakai sebagi range dP transmitter, selai D dan d, kita perlu Tekanan dan temperatur gas yang mengalir pada pipa (di upstream), flowrate maksimumnya (standard flow, actual flow atau mass flow), jenis tapping-nya serta parameter-parameter lain yang berhubungan dengan fluida, seperti densiti, viskositas dll.
Silakan coba masukkan parameter-parameter tersebut pada kolom yang disediakan pada kalkulator orifice di link berikut:
http://www.lmnoeng.com/Flow/OrificeGas.php
Atau bisa menggunakan orifice sizing software yang lainnya. Kalau mau dihitung juga silakan, di link tersebut disediakan rumus-rumusnya 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum pak. Salam kenal. Saya pangkat temennya andi dari smkn1 cimahi jurusan kontrol proses angkatan 39.
Punten pak. Saya mau minta penjelasan mengenai transmitter guide wave rada pak. Saya kurang mengerti dengan sensing element nya. Dan saya kurang paham mengenai apa yg ada di transmitter guide wave radar tersebut. Boleh di jelaskan pak? Terimakasih pak. Salam instrument. Bani instind!!
Wa ‘alaikum salam wr. wb.
Kang Pangkat (Atau kang Muhammad Andi Wahyudi),
Salam kenal kembali.
Level transmitter guided-wave radar menggunakan probe yang dicelupkan ke media proses yang diukur levelnya sebagai pemandu pulsa gelombang dari pengirim yang terpasang pada transmitter. Saat pulsa mengenai media proses (cairan misalnya) pulsa gelombang tadi akan dipantulkan kembali ke transmitter dan diterima oleh bagian penerima, kemudian transmitter menghitung waktu tempuh pengiriman dan penerimaan pulsa tadi keudian diterjemahkan menjadi jarak, untuk kemudian diterjemahkan menjadi bacaan level dan dikonversi menjadi sinyal keluaran (misalnya 4-20mA). Besarnya pulsa yang dipantulkan bergantung pada sifat dielektrik dari media proses yang diukur tersebut.
Saran saya, baca buku manualnya, biasanya dijelaskan cara kerjanya dengan terperinci.
Salam,
TeknisiInstrument
Teman-teman TeknisiInstrument,
Terima kasih atas partisipasinya dalam halaman diskusi ini.
Halam Diskusi Bagian 3 ini ditutup fasilitas komentarnya, karena sudah terlalu banyak sehingga menyebabkan loading-nya menjadi lambat. Jika ada topik diskusi baru, silakan berkomentar di halam baru https://www.teknisiinstrument.com/qa/diskusi-bagian-4/
Terima kasih,
TeknisiInstrument