Halaman Tanya♥Jawab-2 ini merupakan lanjutan dari halaman Tanya♥Jawab. Halaman ini dibuat karena komentar pada halaman sebelumnya sudah cukup banyak sehingga membuat lambat saat page loading.
TeknisiInstrument mengucapkan terima kasih kepada para pengunjung atas perhatian dan kontribusi dalam blog ini.
Saran: Jika ingin menuliskan bahan diskusi atau bertanya, ada baiknya mencari topik yang ingin ditanyakan pada posting yang sudah ada, siapa tahu pernah didiskusikan di posting tersebut.
Untuk itu, jika ada hal yang ingin didiskusikan, pembaca bisa menulis komentar di halaman ini.
Selamat berkomentar.
Salam,
TeknisiIstrument
Salam kenal Kang,
Saya mau bertanya. Apakah Pressure Transmitter (Static pressure) tidak Diff Press Tx. Bisa menggukur ketinggian level 2 fluida (Interface water & Oil Thickness) dalam sebuah tanki . Data yang ada SG Oil = 0.8202 , SG Water = 0.9720 , range pengukuran ketinggian fluida 36 Feet.
Terima kasih atas pencerahannya Kang…!!
Kang Wendie,
Salam kenal kembali.
Secara pribadi, saya belum pernah menggunakan pressure transmitter (static) untuk mengukur interface level (water/oil). Setahu saya, pressure transmitter yang diterapkan untuk pengukuran level bekerja berdasarkan tekanan hidrostatis, Jadi pressure transmitter tidak dapat membedakan apakah tekanan yang di”rasa”kannya itu berasal dari tekanan hidrostatis air atau minyak. Sehingga transmitter hanya akan mendeteksi total level (Pair+Poil).
Mari kita coba:
range = 36ft = 432 inci
katakan saja level air = 50% (0 s/d 50) = 216 inci,
sehingga Pair = 0,9720 x 216 = 209,952 inH2O
Maka level oil = 50% (50 s/d 100) = 216 inci,
sehingga Poil = 0,8202 x 216 = 177,1632 inH2O,
Ptotal = Pair + Poil = 209,952 + 177,1632 = 387.1152 inH2O
Katakan saja ada perubahan level air dari 50% ke 75%, sehingga:
katakan saja level air = 75% (0 s/d 75) = 324 inci,
sehingga Pair = 0,9720 x 324 = 314,928 inH2O
Maka level oil = 25% (75 s/d 100) = 108 inci,
sehingga Poil = 0,8202 x 108= 88,5816 inH2O,
Ptotal = Pair + Poil = 314,928+ 88,5816 = 403,5096 inH2O
Angka-angka pada perhitungan di atas berdasarkan asumsi jika level yang diukur adalah pada tangki open-top (terbuka), jika tangkinya bertekanan, maka tekanan hidrostatis yang terukur oleh pressure transmitter (static) ditambah dengan tekanan yang bekerja pada tangki tersebut.
Jadi, berapapun SG liquid-nya, berapa macam pun jenis liquid yang ada pada tangki, pressure transmitter hanya akan mendeteksi total hidrostatic pressure yang timbul oleh liquid tersebut.
Itu hanya menurut saya, mungkin ada teknologi lain yang memungkinkan penggunaan pressure (static) transmitter untuk mengukur interface level.
Untuk mengukur interface level, biasanya digunakan displacer (floater), yang hanya akan mengukur liquid dengan SG yang telah ditentukan atau sesuai dengan displacer/levelnya.
Ada juga level transmitter yang memiliki dua buah floater dengan dua buah output, yang mampu mengukur level interface dua buah liquid yang berada pada tangki yang sama.
Oh ya, pendapat saya mungkin saja salah.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum kang,
Bagaimana cara mengkalibrasi interface level pada tangki bertekanan dengan mengunakan pneumatic fisher contoller 2500. Terima kasih sebelumnya.
Punteun kang
Bade naros, upami koneksi AMR (automatic meter reading) nganggo sinyal GSM teu tiasa konek wae problemna naonnya kang? settingan modem sareng PC tos Ok tp di dial teh teu tiasa wae.
Nuhun kang
Kang Gani,
Maaf banget, saya belum pernah menangani AMR.
Hanya sedikit pendapat saja, coba dial-up ke nomor GSM lain yang dipasang pada HP yang bisa komunikasi dengan dial-up (biasanya HP jadul), jika berhasil, mungkin AMRnya bermasalah.
Sekali lagi, maaf saya tidak bisa diskusi banyak mengenai AMR.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu’alaikum Sdraku
Slm kenal
Maaf saya sama2 lulusan smk, tp bukan smk instrumen hehe, kebetulan sy skrg bekerja dilembaga pendidikan. Oya mau tanya ni, kira2 klo seorang lulusan teknik instrumentasi kira-kira pasar kerjannya kemana ya? dan skill ato ketrampilan yang dimiliki oleh seorang teknisi instrumen/ instrumen engineer kira2 apa saja? atau instrumen desinger?
Terimakasih atas tanggapannya
ata
Wa’alaikum salam wrwb.
Pak Ata, pasar teknisi instrument bisa saja dari mulai pabrik kecil sampai pabrik besar, umumnya pada pengolahan pulp and paper, pertambangan, pabrik kimia, minyak dan gas bumi, pabrik obat, dan hampir pada semua pabrik yang di dalamnya terdapat proses produksi.
Skill untuk teknisi umumnya analisis, troubleshooting dan problem solving. serta memberikan rekomendasi teknis mengenai perbaikan sistem jika diperlukan.
Salam,
TeknisiInstrument
sy seorang proses operator di refinery mas,background pendidikan sy automation,..dan sy jg mengetahui ttg sebagian peralatan instrument krn jk ada masalah di peralatan instrument,kami melaporkan ke instrument maintenance area dgn kendala begini-begini dan bersama-sama berdiskusi untuk menyelesaikan masalah,..hmm…jika sy berganti job sbg instrument technician sy kira sy mampu insyaallah mas,he…..
yg ingin sy tanyakan=
#> skill apa yg ditekankan job sbg seorang instrument technician khususnya di offshore mas?
(krn sy berprinsip peralatan instrumentasi di refinery dgn di offshore sm sj,mungkin tambahannya safety-nya di tiap equipmentnya beda-beda berdasarkan lokasi-apalagi tahu kondisi proses operasi dr suatu plant tsbt-YG SY TAHU.betul gak mas?
serta pekerjaan instrument technician jk di refinery selama pengalaman sy a/ sbb = zero check transmitter,restruck control valve,check thermocouple/level glass,PM/PDM,loop check system instrumentasi-safe guarding system per equipment….adapun instrument baru skr kebanyakan digital seperti pabrik baru kami ROPP,sy blm tahu cara mengkalibrasinya,dsb krn sebagian besar transmitter di field kami analog u/ penunjukannya)
BISA SEDIKIT BERBAGI CERITA MAS..
makasih…
salam
Darwis
Mas Darwis,
Terima kasih sharing ceritanya, luar biasa.
Sebetulnya tidak ada skill khusus, yang diperlukan sama saja seperti yang diceritakan mas Darwis di atas. Jujur saja, saya belum bisa bikin perbandingan bagaimana instrumentasi di darat dan di lepas pantai, saya hanya berfikir, secara fungsi sama saja. Hanya beda media dan sistem.
Yang berbeda mungkin sertifikasi safety untuk personnel, misalnya sertifikasi HUET, sea survival, firefigting dll.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu’alaikum Kang Ade,salam kenal & Selamat menjalankan ibadah puasa.mau nanya saya lagi kesulitan calibration diworshop: – LT type 5300 Radar by Rosemount masih baru.
model :24195,model no:5301 HA2S,VH2S,
VYAM00063ABE
– Panjang Probe dari flange : 630mm
Kemudian sy buatkan tempat calibration dg pipe uk 3″,Tinggi 670mm,sy kasih slang transparan.Setelah sy letakan LT diatas pipe tsb,belum terisi air,trus sy conec diHart 475 terbaca URV 0,630m,LRV 0,000m.
1).Bagaimana cara mencari Range(apakah range itu sama dg panjangnya Probe).
2).Setelah pipe sy isi air(sebelum terisi air,indikasi LT Level 0,000m,measure 0,000m),sy cari 0% – 100% terbaca 0%=3,900mA,100%=20,800mA(udah sy ulang hasilnya tetap sama) Kang,kenaapa hasilnya nga bisa tepat 4,000mA – 20,000mA.
Apakah ada menu/program yg kurang(salah)yg harus dimasukan pd Hart 475 tsb(-Tank (Probe Type rigit sinale),Geometry(monting type pipe/chamber).
Maaf ya Kang masih belajar jadi technician trimks atas jawabannya,Wassalam.
Wa alaikum salam.
Kang Saridjan, salam kenal kembali.
Wah.. maaf banget, kebetulan saya belum pernah ngutak-ngatik transmitter jenis itu, jadi saya belum bisa menjawabnya.
Maaf banget.
Salam,
TeknisiInstrument
asalam.
kang saya mau minta tolong. saya mau angkat masalah barton recorder tapi saya kurang data.
fungsi dan kegunaan barton recorder apa aja ya pak? saya kekurangan data untuk menjelaskan fungsinya pak.
padahal di tempat saya untuk tes bocor masih pakai presure gauge. saya mau rekomendari pakek barton recot tapi cara mempresentasikan biar yakin gimana pak. saya kerja di PJB PLTU.
sekian terimakasih
salam
safii 085 640 456 081
Wa alaikum salam.
Kang Safii, mungkin bisa baca di sini:
http://www.recorderchartsandpens.com/barton_recorder.php
http://trionics.com/wp-content/uploads/2010/08/Barton-Manual.pdf
http://www.c-a-m.com/forms/Product.aspx?prodID=01a89599-3ff0-4c97-b592-3a9bd1eafed1
Salam,
TeknisiInstrument
mas, saya mau bertanya tentang pertimbangan/ +- pemilihan jenis flow transmitter (DP, magnetic, mass flow, dll) dan apa bisa menggantikan jenis FT yg satu dgn yg lain tanpa mengubah desain proses/sistem instrumentasinya, thanks
Mas Rian,
Untuk perbandingan berbagai macam flowmeter, link berikut ini berisi bacaan yang mungkin bisa membantu:
http://www.coleparmer.com/TechLibraryArticle/668
Salam,
TeknisiInstrument
Maaf, satu lagi link yang berisi tabel komparasi berbagai macam flowmeter:
http://www.toshiba.co.jp/sis/en/seigyo/find/products/pdf/Comparison_table_for_flowmeter.pdf
Semoga membantu.
Salam,
TeknisiInstrument
mo taya kang apakah dalam meteran lpb merk hexing he 120 bsa ngehapus ato menormalkan power limitnya
Kang Adi,
Sepertinya itu power meter (kwh meter) listrik ya?
Mohon maaf, saya belum pernah menangani kwh meter dimaksud.
Kang Adi bisa buka blog teman saya di (http://www.instalasilistrikrumah.com)
Dan bisa bertanya banyak mengenai listrik di sana.
Salam,
TeknisiInstrument
lpb merk hexing
lpb merk actaris
lpb merk itron
lpb merk H&I
power limitnya bisa di ubah tinggal menghitung code numericnya di sandingkan dengan no kwh, limitnya mau nyampe berapa ampere
bwt actaris tekan bersamaan 7+0 dan 7+4 dengan jeda 2 detik, tinggal reset,
asalm. kang punya penjelasan ttg Electromagnetic Flowmeter tpi klo ada yg b.indo.. saya ada tugas kang, mhon bantuannya. oya sya alumni muda 2011 jg dari stm pemb. jurusan tek.pendingin. tx kang. wasalm.
Wa alaikum salam wrwb.
Salam kenal Kang Hanggoro Asmoro.
Sebagai bahan bacaan, bisa dibuka link berikut, pada link tersebut dijelaskan cukup detail bagaimana cara kerja magnetic flowmeter.
http://aeroconsystems.com/ts_pics/Gagliardi_flowmeter/Flow_meter.html
http://www.omega.com/prodinfo/magmeter.html
Untuk bahasa Indonesia, bisa pakai google translate.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamuallaikum.
Salam kenal kang,
Saya mau nanya, dulu akang nerusin kuliah dimana? soalnya sama mau kuliah sambil kerja,, punya referensi yang bagus ngga kang? saya mau ambil jurusan instrument and control system.
salam,
Irwan.P
Wa alaikum salam wrwb.
Salam kenal kembali, silakan kirim email ke ade[dot]ahmat[at]gmail[dot]com, Insya Allah kita bisa diskusi.
Salam,
TeknisiInstrument
maksih kang, kang blh minta nomer kontaknya? gorigelo@yahoo.com
Jika ingin silaturahmi, bisa kirim email ke ade[dot]ahmat[at]gmail[dot]com
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum,
kang Ade,
punten kang ,
bade naros,saya lagi ngerjain tugas tentang control valve maintenance,
tapi pas nyoba searching di google kok g ada yang ngebahas secara lengkap ya??
punya link nya g kang tentang control valve maintenace itu apa aja?
hatur nuhun sateuacan na kang,
Wa alaikum salam wrwb.
Sudah coba ini?
http://www.documentation.emersonprocess.com/groups/public/documents/book/cvh99.pdf
Silakan buka chapter 8
Salam,
TeknisiInstrument
Punteun Kang Ade,
Bade naros upami ngetest resistansi insulatiing joint prosedurna kumaha? Gaduh referensina kang? Sareng wiringna kumaha?
Hatur nuhun
Kang Gani,
Saya belum pernah melakukan pengetesan resistansi insulating joint, jadi maaf banget, saya tidak bisa membantu, Mungkin ada rekan lain yang bisa membantu?
Salam,
TeknisiInstrument
assalamu’alaikum kang, mau nanya, gmana cara kalibrasi control valve menggunakan hart protocol?
Wa alaikum salam,
Sudah saya respon di sini:
https://www.teknisiinstrument.com/qa/basic-knowledge/#comment-738
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamuallaikum wr wb
Salam kenal kang
Aku baru nyemplung di dunia instrumen n msh buta sama sekali kang, aku minta ilmunya sdikit kang,
Ditempat kerja aku tiap minggunya ada diskusi evaluasi kerja kita masing2, nah minggu depan girilan aku untuk buka topik, aku niatnya mau buka topik tentang pressure transmiter, aku minta penjelasanya kang, langkah2’a dr awal sampe tahap kalibrasi dan pemasangan kembali,
Matur nuhun sebelumnya moga2 akang slalu di beri kesehatan selalu
Aminnn…
Wa alaikum salam wrwb.
Ada bacaan yang bagus mengenai pengukuran tekanan, silakan buka link berikut:
http://www.omega.com/literature/transactions/volume3/pressure.html
Ini yang sudah diterjemahkan oleh google translate:
http://translate.google.com/translate?sl=auto&tl=id&js=n&prev=_t&hl=en&ie=UTF-8&layout=2&eotf=1&u=http%3A%2F%2Fwww.omega.com%2Fliterature%2Ftransactions%2Fvolume3%2Fpressure.html
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu’alaykum…
punten kang, kalau pressure/temp gauge yang dibeli dari manufaktur apakah perlu dilakukan bench calibration sebelum di-install di field?
Salam,
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Ahmad, salam kenal.
Jika saat pembelian disyaratkan bahwa pressure/temperature gauge yang dibeli harus dilengkapi dengan calibration certificate yang dikeluarkan oleh manufacturer, maka menurut saya tidak perlu lagi dikalibrasi. Keakuratan kalibrasi bisa mengacu pada sertifikat dimaksud. Kecuali perusahaan Kang Ahmad memiliki kebijakan (policy) lain mengenai masalah ini, yang menyatakan bahwa setiap press/temp gauge baru yang akan dipasang harus di benc calibration. Maka kita harus berusaha untuk taat pada aturan tersebut.
Jika memungkinkan, bench calibration bagus juga dilakukan sebagai base line data, jika kita ingin membuat trending kerusakan press/temp gauge tertentu.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamuallaikum wr wb
Salam kenal mas,
Bisa minta diagram cara penginstalan kalibrasi barton recorder untuk separator dengan menggunakan “U” TUBE mas,trims….klo bisa minta link SOP kalibrasinya kalo ada
Salam,Fagan
Wa alaikum salam wrwb.
Salam kenal kembali,
Silakan download manualnya di sini: http://trionics.com/wp-content/uploads/2010/08/Barton-Manual.pdf
Pada Section 3 halaman 11, ada gambar arrangement-nya, test gauge bisa diganti dengan U-tube (manometer pipa U).
Penjelasannya juga ada di sana.
Salam,
TeknisiInstrument.
Pak Ade.. blognya bagus pak.. mohon izin pak ya simpan link bapak di blog saya ya? http://rizalprocess.wordpress.com/
terimakasih banyak atas sharing ilmunya ya..
salam, Rizal Azmi
Pak Rizal Azmi,
Terima kasih. SIlakan Pak, diijinkan, senang bisa berbagi link.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamuallaikum kang
Salam kenal
Kang boleh minta tolong jelasin tentang RTD
1.tentang tipe-tipe rtd ?
2.prinsip kerja rtd ?
3.kelebihan sama kekurangan setiap rtd ?
maaf kang jika pertanyaannya terlalu banyak sebelumnya terima kasih kang
wassalamualaikum
Wa ‘alaikum salam.
Salam kenal kembali Pak Ag,
1. Tipe-tipenya:
Carbon resistor elements, Strain free elements, Thin film elements, Wire-wound elements, Coiled elements
2. Prinsip kerjanya:
RTD (Resistance Temperature Detector) biasanya terbuat dari material murni seperti platinum, nikel atau tembaga. Material tersebut memiliki perubahan resistansi yang tertentu terhadap perubahan temperatur yang dialaminya. Sehingga dengan mengetahui resistansinya, maka bisa diketahui temperature yang dialaminya.
3. Kelebihan RTD
Akurasi yang tinggi, pergeseran nilai yang kecil, rentang ukur yang lebar serta cocok untuk aplikasi yang presisi.
4. Kekurangan RTD
Pada temperatur yang sangat tinggi, diperlukan material pelindung yang khusus agar akurasi tetap terjaga, karena dengan pelindung biasa, material pelindung bisa mempengaruhi nilai pengukuran.
Lebih jelasnya bisa dibaca di:
http://en.wikipedia.org/wiki/Resistance_thermometer
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum pak ade .
salam kenal pak ,
mau tanya nh untuk SIWAREX U PLC for SIMATIC S7 dan ET 200M , di dalam selection and ordering data kami ada yg single-channel dan two channel apa perbedaannya , apakah dalam single maupun two channel bisa untuk menkoneksikan beberapa timbangan (load cell). mohon bantuannya . terimakasih
Wa ‘alaikum salam.
Pak Akbar, salam kenal kembali.
Wah, kebetulan saya nggak punya pengalaman mengenai Semens PLC.
Tapi sekedar komentar dan pendapat, mungkin satu channel mengakomodasi satu buah load cell, berarti dua channel mampu mengakomodasi dua buah load cell.
Istilah channel dalam I/O PLC biasanya mewakili satu saluran input/output, untuk analog input 8 channel, berarti bisa mengakomodari delapan puah analog input.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum
Selamat sore, saya boleh tanya contact numbernya? saya sedang study tentang pressure transmitter untuk pemakaian di Indonesia. kalo misalkan bisa tukar fikiran dengan bapak.
Wa ‘alaikum salam.
Bisa melalui email ade[dot]ahmat[at]gmail[dot]com
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu ‘alaikum kang
kang mohon bagi ilmu nya tentang DCS donk kang, kebetulan saya ingin belajar DCS Yokogawa CS 3000. Terima Kasih kang.
Wa ‘alaikum salam.
Kang Syafrizal, terus terang, kalau DCS Yokogawa saya belum punya pengalaman, tapi insya Allah akan saya coba mengenai konsepnya nanti, mungkin berbasis merk lain. Semoga saja saya masih diberi kesempatan untuk bisa menulisnya.
Salam,
TeknisiInstrument
assalamualaikum kang
kang sama mau minta tolong minta dijelaskan tentang temperature transmitter mulai dari definisi,prinsip kerja serta bagian-bagian dalam transmitter tersebut
sebelumnya terima kasih kang
maaf bila pertanyaannya terlalu banyak
Wa ‘alaikum salam.
Kang annonimous, pertanyaannya sich sedikit, tapi memerlukan jawaban yang panjang.. hehehe… Just kidding!
Kalau boleh tahu, transmitter electronic atau pneumatic yang ingin diketahui?
Jika segalanya memungkinkan, insya Allah kita akan belajar bersama, mungkin tidak sekarang, tapi insya Allah jika saya masih diberi kesempatan untuk menulis dan belajar lagi.
Salam,
TeknisiInstrument
yang elektronik aja kang gimana ?
siap kang ditunggu jawabannya
terima kasih sebelumnya kang
Gan mau tanya, jika pemasangan outlet pipa (pengambilan sensor) flow steam ke transmitter yang di flange orrifice apa harus selalu 45 derajat ke arah samping atas, dan apa bila di pasang secara vertical apa ada pengaruh nya?
Terus terang saya belum punya pengalaman mengenai pemasangan transmitter pada media steam. Namun menurut beberapa referensi yang pernah saya baca, tapping point untuk sensing line transmitter pada orifice bisa dipasang antara arah jam 10 dan jam 2.
Salam,
TeknisiInstrument
assalamualaikum kang,
punya dokumen atau link tentang standarisasi instalasi grounding pada alat instrument kang.?
hatur nuhun, sukses selalu
salam,
anggi s
ass kang ,
mau nanya , punya link atau doc mengenai prosedur instalasi kabel grounding dan yang nancep ke tanahnya?
terima kasih kang, sukses selalu
salam,
asep
Wa alaikum salam,
Coba cari di dokumen:
IEEE Std 1143-1994 (IEEE Guide on Shielding Practice for Low Voltage Cables), dan
IEEE Std 1100™-2005 (IEEE Recommended Practice for Powering and Grounding Electronic Equipment)
Salam,
TeknisiInstrument
ass bg,
range sama span itu di control process apaan artinya ya ?
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Bang Ryan Pratama, terima kasih sudah mampir di blog ini.
Range merupakan rentang ukur dari nilai terrendah (lower range value = LRV) dari parameter yang akan diukur sampai dengan nilai tertinggi (upper range value = URV) dari parameter yang akan diukur. LRV merupakan nilai dimana sebuah instrument harus mengeluarkan/menerima nilai 0% pengukuran (misalnya 4mA), dan URV merupakan nilai dimana sebuah instrument harus mengeluarkan/menerima nilai 100% pengukuran (misalnya 20mA).
Sedangkan span merupakan selisih diantara URV dan LRV.
Misal:
►Range= 0 sampai 150 PSI (LRV=0PSI; URV=150PSI) ; Span=150-0=150 PSI
►Range= 50-300 degC (LRV=50 degC; URV=300 degC); Span=300-50=250 degC
Namun ada beberapa vendor/manufacturer instrument yang menyebutkan hal spesifik mengenai range, misalnya untuk sebuah transmitter, disebutkan max sensor module range = 0-800 PSIG, kadang-kadang disebut sensor limit =800 PSIG. Dan untuk ketahanan sensor dari pressure, disebut MAWP (maximum allowable working pressure), misalnya MAWP=3000PSIG.
Dari contoh ini bisa disimpulkan bahwa transmitter tersebut:
– Tahan diberi tekanan sampai 3000PSIG.
– Hanya bisa mengukur tekanan sampai 800PSIG.
– Memiliki range maximum (dan bisa dikalibrasi) antara 0 sampai 800 PSIG.
– Span maximumnya adalah 800 PSIG.
– Bisa dikalibrasi 0-100; 0-200; 0-300; 0-325, 0-750, 0-800 asal jangan melebihi 0-800.
Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan istilah, bisa mengacu pada buku manual masing-masing instrument.
Semoga membantu, dan mohon maaf jika ada kekeliruan.
Salam,
TeknisiInstrument
Pingback: Range dan span itu di control process apaan artinya ya? « Teknisi Instrument
Assalamu ‘alaikum kang
Mohon info nya ne kang tentang Gas “GC” ( Chromatografi )
Terima Kasih banyak kang.
Wa alaikum salam.
Pak Syafrizal, info tentang apakah yang dimaksud? apakah prinsip kerjanya atau apanya?
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu ‘alaikum Kang
Pertanyaan saya tentang prinsip kerjanya kang.
Mohon penjelasannya kang, Terima Kasih.
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Syafrzal,
Terus terang, saya hanya tahu sedikit saja tentang Gas Chromatograph Analyzer. Tapi insya Allah saya akan berusaha menjawabnya.
GC analyzer, atau Gas Chromatograph Analyzer, merupakan perangkat analisis untuk mengetahui komponen-komponen yang terkandung di dalam gas (campuran), misalnya hidrokarbon. Hidrokarbon mengandung banyak komponen gas (methane, ethane, buthane dst).
Prinsipnya adalah dengan mengelompokkan atau memisahkan setiap komponen agar bisa dianalisis secara individu, sehingga kuantitasnya bisa diketahui.
Salah satu metoda memisahkan setiap komponen adalah dengan mengalirkan sampel gas ke dalam sebuah kolum khusus, yang disebut packed column, yaitu sebuah tabung/tubing berukuran kecil (sangat kecil) yang didalamnya di pasangi komponen khusus yang bisa memperlambat komponen gas tertentu berdasarkan sifat gasnya. Sehingga, setelah melewati packed column tersebut, gas yang lebih ringan akan keluar dari colum lebih cepat (duluan), dan sebaliknya, komponen gas yang lebih berat akan terlambat (keluar lebih akhir dari packed column.
Gas yang keluar dari column tersebut, sekarang sudah terpisah-pisah berdasarkan beratnya, kemudian sampel gas tersebut dilewatkan ke dalam sebuah detektor khusus yang mengukur kuantitas sampel gas.
Gas sampel tersebut, masuk ke dalam analyzer dibawa oleh carrier gas (biasanya helium). Heliuum tersebut juga diukur oleh detektor lain sebagai referensi nol (atau base line).
Setelah semua komponen gas dideteksi oleh detector, artinya sudah selesai saru siklus, kemudian GC controller akan menganalisis dan menghitung kuantitas setiap komponen gas tersebut dalam satuan persen.
GC controller/analyzer biasanya menyimpan data setiap komponen dalam memory-nya sehingga dengan menggunakan komunikasi data industrial (semisal modbus), data-data tersebut bisa diakses dan ditarik ke sistem DCS/PLC atau controller/recorder/indicator lainnya.
Demikian seterusnya, analisis berulang yang disebut siklus.
Semoga membantu, mohon maa jika jawabannya kurang pas.
NB: Referensi dari wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Gas_chromatography
Salam,
TeknisiInstrument
assalamu’alaikum, kang ade…
nepangkeun, abdi syarif.. nembe pisan gabung..
abdi parantos janten teknisi instrument hampir 15 taun, ngan teteup bae seu’eur hal hal anu teu acan kahartos..diantawis na :
1. parameter apa saja yang berpengaruh untuk menentukan range pada magnetik flowmeter?
2. di tempat saya kerja sekarang (industri gula rafinasi) ada satuan “BRIX”, yaitu satuan kekentalan sirup gula ( upami teu lepat mah ). untuk alat ukurnya bisa menggunakan massflow atau refractometer. yang jadi pertanyaan, bila saya tidak memiliki alat alat tersebut ( yang ada hanya DP Transmitter type capilary tube ), apakah bisa menggunakan transmitter tersebut? apakah saya harus membuat semacam pipa sirkulasi dulu untuk menempatkan DP transmitter? lalu penghitungan range dan kalibrasinya bagaimana?
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Salam kenal Pak Syarif,
Sebenarnya sama Pak, saya juga masih awam tentang instrumentasi. Menulis di blog ini bukannya menguasai instrumentasi, ini hanya berceloteh saja hehehe.
1. Terus terang saja, saya jarang (sangat jarang) menangani magnetic flowmeter. Range flow meter biasanya bergantung pada diameter flowtube (jarak antara elektroda), serta bergantung pada laju alir (velocity) sehingga diameter pipa akan berpengaruh terhadap kecepatan laju aliran (velocity). Mungkin ini spesifik dengan magnetic flowmeter yang bersangkutan, bisa dilihat di manualnya. Untuk parameter konfigurasi, mungkin ini spesifik dengan magnetic flowmeter yang bersangkutan, bisa dilihat di manualnya.
2. Waduh, saya belum pernah menangani alat ukur kadar gula. Ini hanya pendapat saja: Menurut wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Brix), “brix” adalah satuan derajat kadar gula dalam sebuah cairan. Yang diukur adalah specific gravity (atau densitas, rho), sehingga jika SG/density sudah diketahui, dengan menggunakan pendekatan tabel, maka kadar gula bisa ditentukan. Mass flowmeter mengukur masa sebuah fluida.
Jika digabung dengan beberapa parameter lain (seperti temperature, static pressure dll) biasanya hal ini dilakukan oleh flow computer, mungkin saja dP transmitter bisa mengukur massflow sehingga bisa diketahui density, dengan beberapa parameter lain (formulasinya bisa dilihat di link berikut: http://www.arian.cl/downloads/man-arian_flow_cad_software.pdf). Sekali lagi, saya belum pernah melakukan hal ini. Ini hanya pendapat pribadi, yang sangat mungkin keliru dan salah.
Mohon maaf tidak bisa membantu banyak 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
Hatur nuhun pisan masukanna, kang…. 🙂
Pak Syarif,
Sami2
🙂
Salam,
TeknisiInstrument
assalammulaikum kang,…
salam kenal saya instind @36..
ma’f bisa minta bantuannya kang, tlong jelasin tenang PID serta contohnya kang, hehe..
terimakasih kang,
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Ragassta,
Wah…. sebenarnya saya-pun masih awam mengenai teori PID hehehe.
PID (Proportional, Integral Derrivative), merupakan metode atau mode pengendalian/control agar kinerja sebuah loop sesuai dengan keinginan, responnya cepat, error-nya sedikit atau minimum.
Secara matematis, diformulasikan sebagai:
mv = ke + (k/Ti)ʃe dt + kTd(de/dt)
dimana,
mv = manipulated variable atau output controller
k = gain
Ti = komponen integral (time)
Td = komponen derivative (time)
e = error (SP-PV)
SP = Set Point
PV = Process Variable
Secara fungsi, ke, merupakan komponen proportional, yang berfungsi untuk merespon error, sehingga sesuai dengan gain, komponen ini akan memberikan reaksi koreksi terhadap dinamika perubahan PV, dibandingkan dengan SP, semakin besar gain (semakin kecil PB, proportional band), maka controller akan lebih responsif, namun menimbulkan osilasi pada proses, bahkan bisa off-spec.
Ti (komponen intgral), merupakan komponen yang berfungsi untuk mengakumulasi/mengintegrasikan error untuk setiap rentang waktu tertentu, makanya disebut integral. komponen ini akan memberikan koreksi jika untuk setiap waktu tertentu, terkumpul sejumlah error yang signifikan. Komponen ini akan memberi efek memperlambat respon kontrol secara keseluruhan, namun akan membantu mengurangi error yang berkepanjangan, yang biasa disebut offset.
Td (komponen integral), merupakan komponen PID yang berfungsi untuk memberikan reaksi awal, berdasarkan berupa prediksi, berdasarkan kelakuan error, pada proses yang dinamis, biasanya terdapat percepatan error (bukan kecepatan, tapi percepatan), makanya komponen ini akan mendiferensiasikan error, yaitu perbedaan error yang terjadi untuk setiap waktu tertentu (de/dt). Jika error memiliki percepatan berarti, maka komponen ini akan memberikan reaksi awal dalam mengoreksi error, Sehingga komponen ini bisa membantu mempercepat osilasi pada proses. Namun memiliki efek membuat proses gonjang-ganjing.
Apa lagi ya…. oh ya… untuk menganalisisnya, diperlukan transformasi laplace, dimana saya juga kurang faham.. hehehe… mohon maaf.
Contoh implementasi dari PID control ini misalnya, level control, temperature control, servo control, motor speed control, flow control, pressure control dan lain2.
Mohon maaf jika jawabannya tidak pas.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu ‘alaikum Kang
Mohon sangat nich bantuannya Kang, saya mau tanya prinsip kerja Gas Chromatografi ( GC ).
Terima kasih banyak Kang.
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Syafrizal, sudah saya jawab di: https://www.teknisiinstrument.com/qa/tanya%e2%99%a5jawab-2/#comment-844
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu ‘alaikum Kang
Terima Kasih atas info GC nya Kang, Infonya benar-benar sangat membantu.
Wa ‘alaikum salami
Sama-sama.
Salam,
TeknisiInstrument
assalamualaikum kang
saya maw nanya tentang flow meter vortex yokogawa type dy mungkin akang pernah berpengalaman dengan itu, jadi di line instalasinya ada vibrasi yang mungkin saya tidak tau seberapa besar vibrasi nya, sehingga mengganggu keseimbangan dari flow meter tersebut, jadi ada satu saat dia harus nya reading, tetapi aktual nya tidak, dan begitu pun sebaliknya, di alarm hart muncul high vibrasi padahal mode high vibrasi sudah di not action kan. di settingan nya ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan seperti TLA adjusment apa fungsi dari TLA adjusment dan pengaruhnya untuk apa, bagaimana cara saya untuk menghilangkan high vibrasi tersebut.
terimakasih
salam,
teknisiInstrument.
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Septiap Nugraha,
Mohon maaf sebelumnya, saya belum pernah menangani flow meter vortex yokogawa type dy.
Tapi hanya sedikit saran saja, identifikasi dulu sumber vibrasinya, komponen pembangkit vibrasi diantaranya adalah pompa, apakah flowmeter-nya terpasang dekat pompa, jika ya, apakah memungkinkan untuk di-relokasi. Apakah mungkin jika dipasangi flexible hose di saluran discharge pompa? Coba juga pasang clamp tambahan pada piping-nya, agar vibrasinya terserap oleh struktur.
Mohon maaf tidak bisa menjawab dengan pas.
Salam,
TeknisiInstrument
salam kenal Kang
saya Prisma
kang saya mau belajar tentang TeknisiInstrument.
nah ini saya bingung..
Saya punya Alat ARC Hamilton satu Set.
tp Saya ndak bisa Untuk Calibration nya ??
saya cari di youtube tidak ada.
saya mau calibration Kadar PH ?
DO dan yang lainnya.
Mohon bantuannya kang ??
Kang/Teh (maaf kalau salah) Prisma,
Salam kenal kembali, kalau boleh tahu, ARC Hamilton tipe/model apa?
Mau kalibrsasi PH meter, atau mau mengukur kadar PH?
Salam,
TeknisiInstrument
mas saya pernah bekarja di manufaktur bagian maintenance electric,sekarang saya kerja di electric perkapalan,saya hanya bisa membaca Sequences electrik saja,ga bsa desain,sya pingin bisa design ada ga bimbingan,juga dimana cari webside ttg electric merin fersi indonesia,makasih mas,sebelumnya
Mas Mansyur Wandan,
Salam kenal.
Wah… terus terang, saya belum pernah menangani elektrikal perkapalan. Menurut saya, secara prinsip, electrical system untuk perkapalan mungkin sama saja dengan untuk aplikasi lainnya.
Untuk memulainya, mungkin bisa mempelajari prinsip kerja dari switch, relay dan ladder diagram, karena dasarnya itu.
Berikut ini ada link untuk mempelajari hal-hal di atas, bahasa inggris, tapi relatif mudah dipahami.
Switch: (http://www.allaboutcircuits.com/vol_4/chpt_4/1.html)
Relay elektromagnetik: (http://www.allaboutcircuits.com/vol_4/chpt_5/index.html)
Ladder diagram: (http://www.allaboutcircuits.com/vol_4/chpt_6/index.html)
Jika ketiga topik di atas sudah dipahami, insya Allah ada gambaran.
Salam,
TeknisiInstrument
wadu makasih banyak ni arahanya mas.kalau ada info ttg study electric basic design fersi indonesia tlg kabari mas atau ada kursus dimana gitu. lewat email,Arpatiew@yahoo.co.id
facebook namanya siapa nih mas
sukses selalu bersama keluarganya,amin…Wassalam
Mas Mansyur Wandan,
Sama-sama.
Coba buka blog teman saya: http://instalasilistrikrumah.com
Coba tanya-tanya apakah beliau bisa mengadakan kursus dimaksud.
Salam,
TeknisiInstrument
ass.wr.wb,sorry kang dtg lagi ni.sebelumnya lagi2 sy ucapkan terima kasih yg bnyk krn adanya ling yg dikasih ke sya jdi tau bnyk.
ini ada problem baru dikapal saya, lagi dock di kakinada india.belum ketemu sdh 2 hri penyakitnya dari pihak dock & saya sendiri sbg electrician,sebelumnya,setelah black out,generator saya di kapal,yg out.440V,60 HZ, kemudian supply power shore conection 440V 50 HZ,yg terjadi adlh sbgn lampu tdk bsa nyala kedap kedip,Aircon central terlihat running tapi amper naik tdk seperti biasany Ga tinngi,hingga terjadi aising (bunga es) pd compresoor & evap,kasus yg sama juga setelah supply power diganti dgn teg.440V & Frek. 60HZ,hanya lampu2 yg nyala bagus,
akhirnya kembali ke generotor (Ganset), kapal,semuanya berfungsi dgn.sempurna,
kira2 penyakitnya dimana? minta arahanya Oh iya kang,terlihat conection dri shore conection R-S-T & Earth apakah ini pengaruhnya? harusnya R-S-T & Netral krn E adalah kombinasi dri N yg keluar dri sumber generator, atau kang punya ide cemerlang? makasih sebelumnya. sukses selalu Wassalam
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Mas Mansyur Wandan, sebelumnya saya mohon maaf, karena sepertinya saya kurang kompeten menjawab pertanyaan mengenai kelistrikan tersebut. hehe.. maaf.
Tapi insya Allah saya akan coba untuk menjawab.
Kalau saya tidak salah ingat, motor (pada AirCon atau motor apapun), merupakan beban induktif yang menggunakan lilitan. Kita tahu bahwa pada beban induktif berlaku impedansi, yang merupakan resultan antara resistansi dengan induktansi (dan mungkin kapasitnasi). Pada beban induktif, akan menghasilkan induktansi yang besarnya adalah:
(XL=2πfL)
Seperti ditulis di atas, bahwa frekuensi normal adalah 60Hz, kemudian diberi supply 50Hz (dengan tegangan yang sama). Merujuk pada rumus yang tadi, jika fekuensi turun, maka induktansi akan turun, dan impedansi akan turun juga, sehingga arus akan naik.
Dan jika lampu yang digunakan menggunakan ballast, maka hal tadi sepertinya berlaku juga.
Mohon maaf jika jawabannya kurang pas.
Salam,
TeknisiInstrument
assallammualaikum…
salam kenal kang, saya mau tanya tentang fungsi dari booster, relay, solenoid dan positioner pada control valve???
sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas bantuan nya kang..
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Irfans, salam kenal kembali.
Booster:
Berfungsi sebagai penguat sinyal pneumatic. Biasanya dipakai pada actuator yang besar dimana sinyal pneumatic dari positiner tidak cukup besar untuk menggerakkan actuator.
Relay:
Dalam hal ini adalah penumatic relay, adalah sebuah alat yang biasanya digunakan pada komponen pneumatic atau electro-pneumatic, yang berfungsi untuk me-relay, atau meneruskan satu bentuk sinyak menjadi sinyal penumatic yang disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya dipakai pada positioner, i/p converter, pneumatic controller dll.
Solenoid:
Dalam hal ini adalah solenoid valve, adalah sebuah valve yang digerakkan oleh solenoid, yaitu kumparan yang digerakkan oleh tenaga/sinyal listrik, umumnya berupa valve on/off yang digerakkan oleh sinyal listrik.
Positioner:
Sesuai namanya, adalah sebuah alat untuk memposisikan travel/stem valve sesuai dengan yang diinginkan. Dalam fungsinya, positioner menerima sinyal dari controller, dan juga mendeteksi posisi stem (atau bukaan) dari control valve, jika posisi yang dideteksi oleh positioner tidak sama dengan sinyal yang dia terima, maka positioner akan mengoreksi posisi stem atau bukaan valve, agar selalu sesuai dengan sinyal perintah dari controller. Positioner bertugas untuk selalu menjaga agar bukaan control valve sesuai dengan sinyal yang diperintahkan oleh controller.
Semoga membantu, mohon maaf jika kurang pas.
Salam,
TeknisiInstrument
assalamu’alaikum, kang ade,,,
tepang deui sareng abdi, syarif….
saya ingin mengetahui lebih jauh mengenai vortex flowmeter, aplikasinya bisa dipakai untuk mengukur apa saja selain fluida?
apakah efektif untuk mengukur dry steam (>600 degC)?
apa yang harus diperhatikan sebelum membeli/memakai flowmeter tersebut?
hatur nuhun pisan kana waleran na…..
Syarif Hidayat
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Eh… Kang Syarif, kumaha damang?
Wah… jujur saja, saya belum pernah secara langsung menangani vortex flowmeter.
Insya Allah saya cari tahu dulu..
Mungkin link berikut bisa membantu:
http://www.smartmeasurement.com/Products/FlowMeters/Vortex.aspx
http://www.abb.com/product/us/9AAC100411.aspx
http://www2.emersonprocess.com/en-us/brands/rosemount/flow/vortex-flowmeters/8800-series/pages/index.aspx
http://www.proteusind.com/vortex/
Punten pisan…
Salam,
TeknisiInstrument
alhamdulillah, sae……
hatur nuhun kana waleranna,,,,,,
Syarif Hidayat
Sami-sami Kang,
Salam,
TeknisiInstrument
salam kenal kang,
saya ingin tanya tentang LVDT. apakah LVDT bisa dikalibrasi? kalau bisa mohon instruksinya. kemudian bagaimana cara mengetahui suatu LVDT masih berfungsi baik atau rusak.?
Terima kasih sebelumnya
Kang Tomi,
Salam kenal kembali.
Maaf sebelumnya, apakah yang dimaksud hanya LVDT-nya saja, atau sudah terpasang pada suatu alat, menjadi semacam sensor, semisal sensor posisi?
Jika hanya LVDT (Linear Variable Differential Transformer) saja, sepertinya susah dikalibrasi, paling di geser titik kerjanya saja. Karena LVDT merupakan komponen pasif, Untuk mengubah variable (voltage output), yang paling mungkin adalah dengan menggerakkan core/intinya, yang biasanya dijadikan sensor posisi.
Tetapi, jika LVDT tersebut didukung dengan rangkaian elektronika lain semisal amplifier/komparator dan rangkaian pengolah sinyal lainnya, maka sepertinya bisa dikalibrasi, untuk mendapatkan variasi tegangan keluaran (voltage output) yang diinginkan sebagai respon dari posisi core/intinya.
Mohon maaf jika kurang pas.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu’alaikum kang ade,
Saya mau tanya kang tentang pressure transmitter untuk fluida gas. berikut datanya:
Brand : Rosemount
Model : 3051 Smart Transmitter 3051CG5A22A1AM5B4E5Q4
Range : 0 – 600 psig
c/w : Bock and Bleed 1/2″ Manifold
Pressure transmitter tsb 3 hari yang lalu terkena sambaran petir sehingga data yang ditampilkan di HMI menunjukkan -200 psi, kadang juga menunjukkan 2000 psi. Saya diminta untuk melakukan pengecekan field transmitter tsb dan belum pernah melakukan pengecekan atau analisa kerusakan sebelumnya karena saya bertugas sebagai scada engineer sedangkan instrument enginer yang bersangkutan sedang tidak ada di tempat. Mohon bimbingannya kang untuk pengecekan kerusakan transmitter step by step sampai pada pengambilan keputusan bisa diperbaiki atau harus beli baru.
Terimakasih
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Budi, salam kenal.
Wah.. saya mohon tidak memakai istilah bimbingan ke saya.. hehehe.. kita diskusi saja ya…
Sebelumnya, saya akan asumsikan bahwa Kang Budi menampilkan nilai tekanan dari pressure transmitter pada HMI melalui sinyal 4-20mA (mohon koreksi jika salah).
Untuk melakukan pengecekan mungkin bisa dilakukan hal berikut:
1. Yakinkan dulu receiver (baik controller/DCS ataupun PLC) analog input modul-nya berfungsi dengan baik, dengan cara lakukan loop check, dengan meng-inject sinyal 4-20mA pada channel analog input bersangkutan, jika di-inject 4mA maka harus tampil 0PSI, dan jika di-inject 20mA maka pada HMI harus tampil 600 PSI.
2. Jika langkah satu hasilnya sudah OK, lakukan calibration check pada transmitter-nya (langkah-langkah kalibrasi bisa dilihat di manual book transmitter-nya).
3. Jika analog input sudah OK, transmitter sudah OK, seharusnya tidak ada masalah. Tapi jika masalah transmitter erratic, mungkin ada interferensi sinyal dari luar, atau kabel shield terganggu, atau secara tidak sengaja instrument ground bergabung dengan electrical ground. Coba periksa grounding dan shielding-nya.
4. Jika transmitter tidak dapat dikalibrasi/rusak, maka transmitter harus diganti, baik modular maupun keseluruhan unit-nya.
5. Setelah semua berfungsi kembali, periksa semua grounding/bonding di fasilitas Kang Budi, karena jika grounding/bonding dan shielding-nya bagus, akan dapat mengurangi resiko rusaknya transmitter dari sumber energy berlebih dari luar, seperti petir dll,
Mohon maaf jika kurang tepat.
Salam,
TeknisiInstrument
terimakasih kang ade atas jawabannya. Saya masih belum paham pada beberapa penjelasan kang ade,hehehe.
1. Untuk loop check itu apakah bisa pakai Hart communicator 475 ? Apakah pressure transmitter harus dilepas atau tidak saat loop check ? apakah kang ade punya ilustrasi/gambar penggunaan hart communicator 475 untuk loop check ? maklum saya belum pernah pakai hart com. Sekalian kang ilustrasi atau gambar untuk melepas/memasang pressure transmitter
2. Jika langkah 1 hasilnya tidak ok, apakah bisa langsung bisa dikatakan transmitternya rusak dan harus diganti ?
3. Apakah kang ade ada ilustrasi/gambar kabel shield, instrument ground dan electrical ground yang terpasang di field ? kemudian untuk menyatakan transmitter erratic itu apakah ada indikasinya di LCD pressure transmitter ?
Mohon penjelasannya ya kang ?
Terimakasih
Maaf kang kelupaan, menyambung pertanyaan no 3 apakah ada wiring diagram yang benar untuk pemasangan kabel shield, instrument ground dan electrical ground ?
Terimakasih
Kang Budi,
Pertama-tama, silakan download manual dari rosemount 3051 series pada link berikut:
http://www2.emersonprocess.com/siteadmincenter/PM%20Rosemount%20Documents/00809-0100-4001.pdf
1. jika dd-file-nya tersedia, maka bisa Pak. Wiring-nya bisa dilihat di halaman 23 pada manual tersebut.
2. 3051 series memiliki fitur self diagnostic, daftar hasil diagnostic dan saran penyelesaian masalah bisa dilihat di halaman 92 pada manual tersebut.
3. Mengenai shield, bisa dilihat di halaman 27-28 pada manual tersebut.
Salam,
TeknisiInstrument
Selamat siang Teknisi Instruments, saya mau bertanya bagaimana sih wiring connection yang benar untuk LVDT & ada berapa jenis LVDT karena jumlah kabel ada yang 5 atau 6 warna. Terima kasih Teknisi Instruments
Pak Ali,
Selamat siang.
Apakah ada referensi merk dan model-nya?
Salam,
TeknisiInstrument
assalamualaikum kang, saya grifaldi KP’36 mau tanya mengenai pengontrolan dgn sistem Cascade itu apa? dan biasanya digunakan utk pengontrolan apa?
hatur nuhun
Kang Grifaldi, wa ‘alaikum salam wrwb.
Salam kenal.
Cascade control merupakan kendali berundak, dimana output dari controller induk diumpankan/diberikan kepada controller anaknya sebagai setpoint untuk controller anaknya.
Misalnya sebuah heat exchanger, dengan menggunakan media pemanas steam/uap.
Flow dari heat exchanger dikendalikan berdasarkan temperature yang diperlukan untuk memanaskan media proses yang dipanaskan. Misalnya heat exchanger memanaskan air dengan steam. flow steam diukur oleh flow transmitter, kemudian sinyalnya diberikan kepada steam flow controller, keluaran dari steam flow controller diberikan kepada steam flow control valve. Nah, pada output air yang dipanaskan, dipasang temerature transmitter, kemudian keluaran dari termperature transmitter tesebut diberikan kepada temperature controller, output dari temperature controller diberikan kepada steam flow controller sebagai setpointnya.
Begitu kurang lebih…
Mohon maaf jika jawabannya ngawur 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
kalo dari Temperature Transmitter (untuk air yg di panaskan) -> Temperature Controller -> Control Valve inlet steam ga bisa kang? knp harus pakai Flow Steam harus d pakai?
maafkan saya yg junior ini yaa kang.. banyak nanya pisan… hikshikss
Kang Grifaldi,
Sistem instrumentasi biasanya mengikuti keinginan proses, bukan sebaliknya. Jadi mengapa demikian (seperti komentar teknisiInstrument di atas) itu hanya pemisalan kasus pada heat exchanger.
Tapi saya akan coba dari sisi proses-nya. Katakan saja sebuah heat exchanger dikendalikan seperti pada komentar teknisiInstrument di atas, pada konfigurasi demikian, maka salah satu keuntungan dari sistem kendali adalah, bahwa sistem kendali demikian bisa memiliki sistem feedforward, dengan memberikan flow steam (terkendali) tanpa feed-back dari temperature transmitter di sisi air yang dipanaskan.
Biasanya, cascade digunakan jika ada dua parameter (atau mungkin lebih) yang harus dikendalikan, namun hanya memiliki satu parameter yang bisa “dimainkan”. Misalnya pada kasus contoh di atas, ada dua parameter yang harus dikendalikan, yaitu flow steam (sebagai pemanas) dan temperature air (yang dipanaskan), dan hanya satu control valve sebagai actuator, yaitu control valve yang mengatur berapa banyak steam yang harus diberikan agar bisa menjaga temperature air yang dipanaskan pada temperature yang diinginkan.
Kalau berminat membaca, sebetulnya banyak bahan bacaan seperti berikut:
http://www.bgu.ac.il/chem_eng/pages/Courses/oren%20courses/Chapter_10.pdf
https://controls.engin.umich.edu/wiki/index.php/CascadeControl
http://blog.opticontrols.com/archives/105
http://eng.upm.edu.my/~syafiie/class/ECH3112/cascade.pdf
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum TeknisiInstrument, LVDT yang saya gunakan adalah untuk position control merk Ametek Solartronmetrology, kabel pada LVDT ini ada 5 warna. saya kesulitan untuk menghasilkan output 4-20mA, Mohon bantuannya.. Thanks 🙂
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Ali, ametek solartron tipe apa ya?
Apakah sudah baca di manual book-nya?
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum Kang Ade, Begini kang LVDT ini bekas jadi saya tidak punya manual book & saya liat LVDT ini juga tidak ada marking tipe pada bodi, mungkin kang ade punya pengalaman dengan LVDT position control dengan 5 kabel yang bisa disharing.
Thanks..
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Kang Ali, repot juga ya kalo nggak ada manualnya… hehehe
Terus terang, saya belum pernah menangani lvdt secara langsung.
Saya akan coba ikut berfikir.
Biasanya lvdt memiliki satu lilitan primer dan dua lilitan sekunder. Sehingga pada sisi primer akan memiliki dua kabel dan pada sisi sekunder akan memiliki empat kabel. Namun umumnya pada sisi sekunder, ada dua kabel yang digabung sebagai CT (center tap) atau common-nya.
Coba diukur resistansi setiap kabel satu sama lainnya. Menurut saya, akan ada sua kabel yang memiliki resistansi yang sama terhadap sebuah kabel, dan ada dua buah kabel memiliki resistansi. Dan dua buah kabel tidak saling berhubungan dengan ketiga kabel lainnya.
Kalau dimisalkan, menurut saya:
Kabel hitam-putih memiliki resistansi x ohm
kabel biru-kuning memiliki resistansi y ohm
Kabel ungu-kuning memiliki resistansi y ohm
kabel hitam terhadap biru/kuning/ungu memiliki resistansi ~
kabel putih terhadap biru/kuning/ungu memiliki resistansi ~.
Maka kemungkinannya adalah:
kabel hitam-putih kemungkinan adalah primer-nya
kabel biru-kuning kemungkinan adalah sekunder 1, dan
kabel ungu-kuning kemungkinan adalah sekunder 2
kabel kuning kemungkinan common-nya sekunder.
Mungkin bisa eksperiment:
sisi primer, sambungkan dengan tegangan 5 VAC, dan sisi sekundernya coba ukur pakai oscilloscope, probe 1 ukur biru-kuning, dan probe 2 ukur ungu kuning.
Kemudian gerakkan core-nya atau stroke/displacement sensor-nya. Kemudian lihat apa yang terjadi.
Catatan: Warna kabel hanya pemisalan, silakan sesuaikan dengan warna kabel sebenarnya.
Mohon maaf jika tidak tepat. 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
——————————————
Pernyataan:
Komentar di atas bukanlah merupakan panduan, juga bukan instruction manual. Analisa pada komentar di atas, sangat sangat sangat mungkin salah. TeknisiInstrument tidak bertanggung jawab jika ada akibat langsung atau tidak langsung dari komentar di atas.
salam kenal untuk semua…
saya mau tanya apa ada kabel dari dial indikator ke PLC (programmeble logic controller)???
trus gimna cara controlnya apakah harus membuat sofware atau bagaimana??? dial indikatror yg saya punya dial digital.
trima kasih sebelumnya…
Kang Dian,
salam kenal kembali.
Apakah dial indicator yang dimaksud adalah dial indicator untuk alignment?
Salam,
TeknisiInstrument
punten kang ade saya mau tanya masalah seputar instrument, pertanyaanya : Apa penyebab terjadi nya postitioner pada control valve hunting?
Ket: (Postitioner Fisher DVC6200, Fisher Control valve globe sliding)
terimakasih sebelumnya kang ade.
Kang Yos,
Salam kenal.
Apakah sudah pernah coba di-tuning?
Cara tuning ada di manual, silakan download pada link berikut:
http://www.documentation.emersonprocess.com/groups/public/documents/instruction_manuals/d103409x012.pdf
Terdapat di halaman 52 dan 53.
Salam,
TeknisiInstrument
salam kenal akang…
saya mau tanya nih akang. pertanyaannya :
1. mau tanya, ada link tentang heat exchanger lengkap yang berbahasa indonesia tidak?
2. kalau heat exchanger yang tipe U-tube ada juga tidak?
3. penyebab sering terjadinya kebocoran pada heat exchanger?
4. cara penangan kebocoran heat exchanger tipe U-tube bagaimana akang?
terimakasih atas jawabannya akang. dari izudin,yogyakarta
Mas Izzudin,
Salam kenal kembali.
Wah… maag sekali, saya tidak punya pengalaman mengenai heat exchanger.
Mungkin ada teman-teman yang membaca blog ini yang punya referensi?
Salam,
TeknisiInstrument
Kang Ade,
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434H yaa..,
Mohon informasinya apakah Kang Ade punya kenalan Teknisi/Supervisi yang bisa men-setting/install :
Rosemount Analytical Model 5081-P-HT pH/ORP Transmitter dengan Model 381+ pH/ORP Sensor. Kami agak kesulitan karena Temperature nya tidak mau stop/ngunci pada titik tertentu sehingga naik terus.
Seandainya Kang Ade punya kenalan tolong informasikan alamat email dan nomor telp/HP nya yaa..,
Salam,
Denny
Kang Denny,
Selamat hari raya idul fitri juga. terima kasih.
Saya coba cari2 dulu ya… mudah2an ada teman yang pengalaman
Salam,
TeknisiInstrument
Kang Denny,
Mudah-mudahan bisa membantu, coba di buka lagi manualnya:
http://www2.emersonprocess.com/siteadmincenter/PM%20Rosemount%20Analytical%20Documents/Liq_Manual_51-5081P.pdf halaman 115-117.
Sependek pengalaman saya, ORP ini gak rewel sejauh step2 installasi dan konfigurasinya diikuti dengan benar.
Kang Cep Ruhe,
Kami dan User Pertamina Cilacap masih kesulitan.., boleh kami minta no. HP Kakang agar dapat berkomunikasi langsung..?
Salam,
Denny
Kang Cep Ruhe,
Kami dan User Pertamina RU-IV Cilacap masih kesulitan.., boleh minta no HP Kakang agar dapat berkomunikasi langsung..?
Salam,
Denny domisili di Cilacap
HP : 0815-7538-9070
assalamualaikum kang deny,
sebelumnya mau ngucapin juga Selamat hari raya idul fitri,
saya malik dari KP @36 salam kenal kang.
kang saya mau minta tolong ada nggak nih recomend untuk belajar drop pressure sistem line pipa mau itu fluidnya gas atau liquid, sekalian dengan contoh kasus perhitungan yang di pipa lurus, tikungan, katup.. saya udah cari2 cuman masih kurang lengkap dan mudah dipahami..
best regards,
malik 🙂
maaf kq jd ke kang deny hihi, pertanyaannya ke teknisi instrument.
Kang Malik,
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Selamat hari raya idul fitri juga.
Salam kenal.
Coba baca-baca di link berikut:
http://www.engineeringtoolbox.com/fluid-mechanics-t_21.html
Ada banyak link ke mekanika fluida, termasuk pressure loss/drop.
Salam,
TeknisiInstrument
salam kenal kang ade..
saya iskandar dan baru bergabung di blog ini,,,kalau di ijinkan saya mau tanya soal pengertian tentang gas flow recorder…itu saja kang ade yang saya tanyakan trima kasih..
salam
iskandar
Salam Kenal Mas Iskandar…
Flow gas recorder adalah recorder umum (bisa berupa paper chart atau electronic recorder/data logger), yang digunakan untuk merekam/me-record jumlah gas untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya MCFD, MSCFD, MCFH, MSCFH dll. Sehingga kita memiliki trending gas flow untuk setiap satuan waktu tertentu tadi.
Salam,
TeknisiInstrument
terima kasih kang Ade…
Kembali kasih.
Salam,
TeknisiInstrument
salam semuanya….
langsung aja ah saya mau tanya uraian mengenai fisher box control….matur nuhun sedayana..,,,,
Mas Iskandar,
Mungkin bisa lebih spesifik tipe dari controller yang dimaksud, serta masalah apa yang ingin didiskusikan. Agar teman2 pembaca lain bisa bantu.
Salam,
TeknisiInstrumenet
Pak Ade, salam kenal. Saya Edwin. Mungkin bisa kerja sama jika ada projek. Kadang2 kami butuh engineer lepas dibeberpa projek dan jika Bapak butuh sensor instrument. silahkan kontak via hp atau email . Edwin – 0816-1488141 | edwin@virera.com | website: http://www.virera.com. Banyak sensor indicator dan controller hingga driver yg bisa kami supply. Salam
Pak Edwin,
Salam kenal kembali.
Salam sukses Pak…
Salam,
TeknisiInstrument
iya kang Ade,
yang saya maksud pengertian Fisher controller type 2500 dan type 4000 yang menghubungkan ke LCV Liquid Control Valve dan PCV pressure Control Valve.Demikian haya itu kang Ade..Hehe
Salam
Iskandar
Mas Iskandar, Fisher 2500 adalah Pneumatic controller dengan sensor displacer/floater, dengan menggunakan pneumatic relay sebagai computing element. Displacer akan merespon perubahan level, dan akan mengubah posisi flapper terhadap nozzle pada pneumatic relay, pneumatic relay akan mengeluarkan output sebanding dengan perubahan level, baik berbanding lurus (direct) ataupun berbanding terbalik (reverse/indirect). Output dari controller bisa langsung diberikan ke control valve.
Manual-nya bisa dibaca di link berikut:
http://www.documentation.emersonprocess.com/groups/public/documents/instruction_manuals/d200124x012.pdf
http://www.documentation.emersonprocess.com/groups/public/documents/bulletins/d200037x012.pdf
Salam,
TeknisiInstrument
Kang Ade, Saya mau tanya. Kita disini sedang menggunakan Barton chart reader 202E. Di name tag nya, menyebutkan kalau range differential pressurenya 0-100 WC dan static pressure rangenya 100 psig. Range tsb bisa di re-scale menjadi 0-10 WC dan 20 psig gak ya? apakah sulit? dan apakah perlu penggantian part atau hanya adjustment saja yg dibutuhkan.
Terimakasih atas bantuannya.
Dedek
Kang Ade, Saya mau tanya. Kita disini sedang menggunakan Barton chart reader 202E. Di name tag nya, menyebutkan kalau range differential pressurenya 0-100 WC dan static pressure rangenya 100 psig. Range tsb bisa di re-scale menjadi 0-10 WC dan 20 psig gak ya? apakah sulit? dan apakah perlu penggantian part atau hanya adjustment saja yg dibutuhkan.
Terimakasih atas bantuannya.
Dedek
Salam kenal Kang Dedek.
Sepertinya harus mengganti bellows-nya (part dari DPU/Differential Pressure Unit) dan mengganti pressure element untuk static pressure-nya.
Silakan baca manualnya di sini:
http://c-a-m.com/Forms/Product.aspx?prodID=4ea0774a-22f8-4fb0-8397-1fe7effcea24
Salam,
TeknisiInstrument
salam kang ade,,
saya baru gabung di blog ini kang, kang klo boleh dan klo kang ade bisa sempet jawab saya mau tanya soal flexible steam hose kang.
kira” faktor apa saja ya kang yg bisa menyebabkan flexible steam itu bocor jika di pasang di alat yg bergerak,,
makasih kang sebelumnya
salam haer
Assalammu’alaikum..
Salam kenal kang,sami2 org pdlrng.
Blognya mantap kang.sya udah lama ngikutin.. pngen nanya tpi blm prnah dpt topik yg pas (maklum krja sya cma petugas packing biasa). salam sukses kang
Wa ‘alaikum salam.
Kang Deni, salam kenal. Tidak ada pekerjaan yang “cuma” Kang… 🙂 Semuanya profesional.
Semoga sukses.
Salam,
TeknisiIntrument
mas saya mau tanya mas gimana cara mengatasi high level, low level, high pressure, low pressure, dan gas yang berlebihan pada separator produksi mas tolong mas gimana cara mengatasinya mas,,,,,
sekian dan terima kasih mas,,,,,
apa ada linknya iy mas,,,,
Mas Duin_Afries,
Salam kenal. Mungkin TeknisiInstrument bisa menyarankan:
1. Yakinkan semua transmitter (pressure dan level transmitter) terkalibrasi dengan baik.
2. Yakinkan semua control valve (pressure dan level control valve) terkalibrasi dengan baik.
3. Lakukan PID tuning untuk PIC dan LIC nya.
4. Jika level/pressure bermasalah sejak komisioning, coba periksa lagi valve sizing-nya.
Salam,
TeknisiInstrument
ass
mau tanya ada referensi penjual LVDT dan Load Cell g untuk di Indonesia
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Adhi Tama, wah.. maaf saya tidak punya info mengenai itu.
Maaf.
Salam,
TeknisiInstrument
Asslamulaikum kang..
punten bade tumaros, kalau dasar perhitungan kangge ngukur standar flow rate atanapi volume flow rate nganggo orifice dengan alat ukur berupa (PT,DPT,TT)…
itu dasar perhitungan na kumaha nya kang???
hatur nuhun
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak/Bu ragassta (maaf kalau salah… hehe).
DPT merupakan transmitter yang dipergunakan untuk mengukur perbedaan tekanan di antara sisi upstream dan downstream orifice. Perbedaan tekanan yang timbul berbanding (walau tidak lurus) dengan banyaknya flow yang mengalir melalui orifice tersebut.
PT merupakan transmitter yang dipergunakan untuk mengukur static pressure atau tekanan yang aktual saat pengukuran dilakukan, biasanya sensing point-nya dipasang di upstream orifice, nilai static pressure ini nantinya berfungsi untuk mengoreksi/mengkonversi nilai flow dari actual flow menjadi standard flow.
TT merupakan transmitter yang dipasang untuk mengukur temperatur saat pengukuran dilakukan. sama halnya seperti PT, nilai pengukurannya nantinya dipergunakan untuk mengoreksi/mengkonversi dari actual flow menjadi standard flow.
Kalau berminat baca-baca, ada bacaan bagus di link berikut:
http://www.engineeringtoolbox.com/orifice-nozzle-venturi-d_590.html
http://www.efunda.com/formulae/fluids/calc_orifice_flowmeter.cfm
Mohon maaf jika jawabannya ngawur…
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu’alaikum, kang….
Minta pendapatnya…
Transmitter untuk steam flow yg direkomendasikan jenis nya yg bagaimana? Di tempat sy sekarang memakai magnetic flowmeter dengan suhu steam sekitar 250° hingga 300°C, low pressure….dan sy meragukan umur pakai dari transmitter tsb…
ditunggu pisan jawaban na….. hatur nuhun…
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Wah maaf banget Pak Syarif Hidayat, saya belum pernah kerkecimpung dengan steam flow, jadi saya belum bisa memberi pendapat yang akurat,
Tapi, sejauh kondisi prosesnya masih dalam rentang yang dicantumkan dalam spesifikasi, saya pikir akan cocok-cocok saja. Mungkin isunya masalah temperature, kalau temperature kerja yang dicantumkan dalam spesifikasi masih memadai, saya pikir ok ok saja.
Sekali lagi, saya belum bisa memberikan pendapat yang akurat mengenai masalah ini.
Salam,
TeknisiInstrument
Coba pake merk endress+hauser aja mas
kualitas terjamin
😀
Pak Yogi Syahputra,
terima kasih tambahan informasinya.
Salam,
TeknisiInstrument
oh iya ma’f belum ta’aruf dulu…
nama saya deri, instind angkatan 36..
salam kenal kang,
makasih atas jawaban serta recommendation link yg akang berikan..
eh iya kang, ini saya juga udah dapet jawabannya,..
http://solderhangat.wordpress.com/2012/01/05/ultrasonic-gas-metering-dasar-perhitungan/
ya sekedar untuk sharing aja, hhe..
makasih kangh
Kang Deri,
Salam kenal kembali.
Syukur kalo sudah dapat jawaban yang dicari. Saya ikut senang 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
akang-akang,
saya mau bertanya…apakah orifice dapat dipasang pada line vertical ??? kalo boleh tau apa alasannya..
permisi akang-akang
saya mau bertanya kebetulan saya mahasisawa yang sedang mengerjakan tugas akhir sya sedang mencari data tentang flow indikator yang fungsinya untuk change over motor pompa yang bekerja ketika tekanan kecepatan air bergerak yang melewati flow indikator jika tekenan berkurang maka akan mengaktifkan change over pada motor yang stanby. yang saya mau tanyakan tentang flow indikatornya tu sendiri dan cara perhitungan kerjanya. trimakasih atas bantuanya…
Mas Gilank Rizky,
Jika yang digunakan hanya flow indikator (biasanya disebut flowmeter, jika penunjukkannya ada skala debit) tidak akan bisa memberikan sinyal untuk digunakan sebagai sinyal kontrol, lain halnya jika memiliki keluaran/output switch.
Pada skala industri, biasanya digunakan flow transmitter, yang bisa mengeluarkan sinyal 4-20mA (0-100%) yang mewakili flow yang diukur. Jenis flow transmitter beragam, bisa di cari di google. Sinyal 4-20mA tersebut bisa dimasukkan ke dalam controller (misalnya PLC, DCS, panel indicator yang memiliki output switch dll).
Bisa juga menggunakan flow switch yang akan memberikan sinyal on/off jika mendeteksi flow tertentu.
Salam,
TeknisiInstrument
terimakasih kang atas infonya kang
maaf nih jadi nanya lagi kang jadi untuk flonya sendiri hanya untuk mengaktifkan sinyal alaram dan sebagai pemberi perintah untuk change over pada pompa yang stanby jika pompa yang satu mengalami gangguan. untuk flow sendiri di bantu oleh manometer untuk indikator tekanan. nah yang saya mau tanyakan kembali tu flow yang biasa menggunakan manometer untuk pendingin generator PLTA tu jenis flow apa ya kang dan prinsip kerja pada plcnya tu seperti pa kang..
maaf kang jadi merepotkan saya sudah berusaha mencari tapi saya masih bingung mohon bantuanya kang n bimbinganganya klo boleh saya minta alamat email akang.
Kang Gilank Rizky,
Salah satu metoda pengukuran aliran/flow adalah dengan menggunakan orifice sebagai sensing element.Orifice dipasang pada pipa alir, jika ada aliran, maka akan timbul perbedaan tekanan antara di bagian depan dan belakang orifice, perbedaan tekanan ini berbanding (namun tidak berbanding lurus, tetapi akar kuadratis) dengan jumlah alirannya. Perbedaan tekanan ini diukur oleh differential pressure transmitter. Differential pressure transmitter tersebut memiliki keluaran sinyal arus sebesar 4-20mA (4mA=0% pengukuran, dan 20mA=100% pengukuran). Sinyal tersebut dimasukkan ke dalam PLC melalui analog input module. Di PLC, sinyal analog dikonversi menjadi sinyal digital, kemudian di-skala-kan menjadi engineering unit, misalnya gpm (galon per menit), liter per menit, galon per jam, liter per jam dll). Jika sudah menjdai engineering unit, makan pada PLC tinggal diprogram. Misalnya jika flow kurang dari 50GP, maka pompa cadangan running. jika flow lebih dari 60 GPM, maka pompa cadangan mati.
Untuk tahu lebih jauh mengenai metoda pengukuran flow dengan orifice, link berikut bisa menjadi bacaan:
http://www2.emersonprocess.com/siteadmincenter/pm%20daniel%20documents/fundamentals-of-orifice-measurement-techwpaper.pdf
Bacaan mengenai bagaimana cara kerja differential pressure transmitter, mungkin bisa baca di link ini:
http://www.coulton.com/beginners_guide_to_differential_pressure_transmitters.html
Jika ingin baca-baca mengenai PLC, link berikut bisa dicoba:
http://www.plcs.net/contents.
Email saya ade.ahmat{at}gmail.com
Ksng Gilank tinggal dimana?
Hope this helps.
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum kang.. punten saya mau bertanya perihal PID controler .. di posting sebelumnya pernah ada yg menanyakan ya.. saya ingin bertanya lg dalam kasus steam temperature misalnya.. disitu ada perubahan gain-gainnya dalam PID tersebut dari 0.6 ke 1 misalnya.. itu kenapa bs dirubah ya dan apa dasarnya.. pengaruh perubahan gain tersebut untuk apa.. dan logicnya PID bisa meminimalisasi error itu maksudnya seperti apa ya hehe maaf banyak nanya kang.. lg ngerjain project assignment 😀 mohon bantuannya ya terima kasih kang
Wa ‘alaikum salam,
PID (Proportional, Integral, Derivative) merupakan mode controller yang digunakan untuk continuous mode (bukan on/off). Agar process variable (variable yang dikendalikan) sama dengan atau mendekati setpoint (nilai atau besaran proses yang dikehendaki). Misalnya temperature steam pada contoh di atas. Misalnya setpoint 500degF, maka dengan menggunakan PID controller nilai setpoint tersebut bisa tercapai. nilai P, I dan D pada controller PID bisa disetting, istilah praktisnya disebut tunning. Yaitu memberikan nilai P, I dan/atau D dengan maksud agar process (misalnya temperature), dapat berjalan atau terkendali secara smooth, tanpa osilasi, responsif, dan memiliki error (selisih antara setpoint dan process variable) sekecil mungkin.
Pada parameter P, bisa digunakan Proportional Band (PB) atau Gain (kp), kp=100/PB.
Sederhanya begini: semakin besar gain (kp) maka proses akan semakin responsif, artinya controller akan segera merespon error untuk dikoreksi, namun memiliki efek osilasi alias proses gonjang-ganjing. dan sebaliknya, semakin kecil gain maka controller akan kurang responsif, tetapi akan memiliki osilasi yang minim. Kalau pernah mengenal OP-AMP, gain itu seperti RF/Rin, dan memang RF/Rin adalah gain 🙂
Untuk matematisnya, bisa lihat komentar pada link berikut:
https://www.teknisiinstrument.com/qa/tanya%e2%99%a5jawab-2/#comment-849
Jika tuning-nya pas, betul PID bisa memperkecil error, karena setiap error terjadi akan selalu dikoreksi oleh PID controller. Note: error=SP-PV; sp=setpoint; pv=process variable.
Mohon maaf jika jawabannya ngelantur 😀
Salam,
TeknisiInstrument
wah penjelasan yang luar biasa kang.. terima kasih banyak.. hehe saya nambah pertanyaan lg ya soalnya keterbatasan materi dan narasumber.. terkait dgn perubahan nilai PID itu ada yg menggunakan metode trial and error kan berdasarkan pengalaman saat tunning.. apakah itu sah? kalo dgn teoritis kan ada metode nichols ziegler yg sgt rumit itu saya sndiri belum paham.. dan kalo utk pemula spt saya baiknya seperti apa dalam merubah nilai PID itu.. apa hanya dgn melihat respon dalam sistem saja lalu bisa asal memasukan penambahan/pengurangan nilai gain misalnya.. maaf pisan merepotkan mohon bantuannya ya kang
Sama-sama,
Senang bisa berdiskusi.
Jika kita sudah paham dengan karakter proses yang dikendalikan oleh PID controller tersebut, sah-sah saja kita melakukan tunning dengan trial (kalo bisa jangan error ehehehe). Dan pada praktik oprasional, biasanya metode trial-and-error sering dilakukan, apalagi pada sistem yang sudah dikenali karakteristiknya.
Walaupun trial-and-error, biasanya tetap menggunakan nilai dasar sebagai titik awal yang merupakan nilai empiris hasil praktik atau pengalaman yang kumpulkan dari beberapa percobaan (lihat link di bawah)
Metode nichols ziegler biasanya dilakukan saat start-up, dimana kita belum mendapatkan nilai dasar (baseline) untuk parameter-parameter PID, dengan kata lain, kita belum mengenali karakter sistem.
Pada link berikut ada bahan bacaan yang mungkin bermanfaat.
https://controls.engin.umich.edu/wiki/index.php/PIDTuningClassical
Salam,
TeknisiInstrument
terimakasih kang atas infonya sangat bermanfaat sekali bagi saya kang. maaf kang bru bisa bales karena baru dapet koneksi kang ni email saya kang gilang_laeanda@yahoo.co.id saya tinggal di daerah purwokerto jawa tengah kang trimakasih kang atas bantuanya kang
Kembali kasih,
Salam,
TeknisiInstrument
gilang_lawanda@yahoo.co.id kang maaf salah
Assalamualaikum Kang Ade,
Permisi mau nanya kang, saya punya mov berprotokol fieldbus. Saya ingin melakukan pengecekan dll pada mov ini. Tapi setelah baca sana sini ternyata fieldbus membutuhkan semacam power conditioner. Apakah cukup dengan power conditioner itu saja bisa mengkontrol mov tersebut? Atau harus membuat seperti mini simulasi dengan controller? Apakah ada calibrator untuk fieldbus?
Hatur nuhun Kang.
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Gani, terus terang saja, saya tidak begitu familiar dengan fieldbus, kebanyakan device yang pernah saya tangani berprotokol hart. Tapi menurut beberapa referensi yang pernah saya baca, dengan menggunakan power conditioner saja sudah cukup dan tidak perlu menggunakan controller (sebagai simulasi). Fied Communicator seri 475 ada yang memiliki protokol Fieldbus, coba periksa link berikut:
http://www2.emersonprocess.com/siteadmincenter/PM%20Asset%20Optimization%20Documents/ProductReferenceAndGuides/475_ru_usermanual.pdf
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Mas Ade yang saya hormati
Perkenalkan saya Muhammad, background saya di operasi, namun pengen sekali belajar instrument. Saya butuh second opinion dari Mas Ade, apakah benar jika kita membutuhkan respone yang cepat dari sebuah control valve, misal diberikan sinyal 1% dari DCS dilapangan sudah ikut membuka (control valvenya besar dan tipenya damper) itu memerlukan adjusment gain di positioner yang lebih besar? Apakah resiko gain yang besar bisa menimbulkan control valve hunting/sensitif pada opening tertentu?
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Secara prinsip betul, dengan memperbesar gain, maka control valve akan lebih responsif, tapi cenderung hunting jika perubahan error antara command dengan actual travel terlalu sering dan terlalu jauh. Gain itu merespon error (selisih antara command dari DCS dengan actual travel dari travel sensor), bukan secara langsung merespon sinyal command, jadi walaupun diberi sinyal 0,5% jika posisi travel aktual berbeda jauh, misalnya 30%, maka positioner akan meresponya, tapi akan besar kemungkinan untuk over/undershoot, itulah yang menyebabkan tendensi hunting/terlalu sensitif.
Semoga membantu,
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu’alaikum wr.wb. mas ade saya orang yang masih belajar tentang instrument.ditempat saya kerja banyak flow meter yg dpasang dengan aliran menurun,tapi setelah flow tersebut ada control valve untuk mengatur alliran liquid..apakah dengan kondisi seperti itu aliran yang terbaca flow meter akurat?bagaimana kinerja dari control valve tersebut?apa bisa mash bisa optimal?
karena menurut pengalaman saya yang masih belajar,belum pernah menemui kondisi seperti itu
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Mas Zuhdi,
Sama, sayapun masih belajar.
Maaf sebelumnya, “dipasang dengan aliran menurun” itu maksudnya seperti apa ya?
Salam,
TeknisiInstrument
gan untuk transmitter dan control valve untuk sistem cara perawatannya bagaimana ya?. karena kalau di pabrik saya selama musim giling kan berjalan terus alias di pakai. jika musim giling habis kan berhenti kisaran 5 bulan. selama tidak musim giling bagaimana cara perawatannya ? tolong confirm ke emaillukmanal78@yahoo.com
Pak Elins Teknik,
Salam kenal.
Jika memungkinkan, untuk transmitter, dilakukan perawatan berkala, misalnya 6 bulanan atau tahunan, tergantung criticality-nya. Harusnya sudah ada studi mengenai seberapa kritis peran transmitter tersebut terhadap kelangsungan plant, sehingga bisa ditentukan strategi perawatannya. Sama halnya dengan control valve.
Tapi membaca pernyataan di atas, bahwa selama musim giling terus digunakan, maka pada masa jeda (bukan musim giling) bisa dilakukan perawatan umum, seperti:
– Inspeksi visual, meliputi: pemeriksaan semua koneksi tubing (jika ada) dari kebocoran akibat korosi ataupun kelonggarannya akibat getaran. Periksa koneksi kabel. Periksa fisik transmitter apakah ada cacat fisik yang bisa mengganggu kinerja transmitter dll.
– Calbration check: Lakukan calibration check dengan memberikan simulasi input, misalnya memberikan tekanan untuk pressure transmitter, yakinkan pembacaan di local indicator (jika ada) dan keluaran (output) transmitter sebagaimana mestinya. Lakukan kalibrasi jika menyimpang.
– Loop check: Lakukan loop check terhadap DCS/PLC (jika terhubung dengan DCS/PLC) ataupun controller/recorder atau receiver yang lain. Yakinkan sinyal yang dikirim oleh transmitter sama dengan pembacaan DCS/PLC/Controller/Recorder atau receiver lainnya.
Hal serupa bisa dilakukan pada control valve, tentunya dengan menambahkan stroke test.
Silakan mengacu pada buku manual untuk lebih detil bagaimana cara melakukan hal-hal tersebut di atas.
Semoga membantu.
Salam,
TeknisiInstrument
Saya sudah kirim ke email emaillukmanal78@yahoo.com, tapi tidak terkirim, katanya “Delivery to the following recipient failed permanently”
Salam,
TeknisiInstrument
slamat malam kang gimna kabarnya kang semoga baek2 sja
saya cba kirim email pakah sudah d cek kang trimakasih kang
Kabar baik, alhamdulillah.
Sudah saya respon.
salam,
TeknisiInstrument
Halo kang ade, salam kenal kang..
Saya Toher dari banjarmasin, kang ade punya wiring diagram untuk motorized valve AUMA gak? 🙂
kalau ada, Please share,,:)
Halo Pak Muhammad Toher, salam kenal kembali,
coba check di link berikut:
http://www.auma.com/cms/AUMA/en/documents/redcms-p/node-8051/order-DESC/sort-friendly_name/1,111003,29635.html
atau ini:
http://www.auma.com/cms/AUMA/en/documents/redcms-p/node-8051/order-DESC/sort-friendly_name/1,111003,29635.html
Salam,
TeknisiInstrument
Sore Mas Ade? Saya toher dari banjarmasin, salam kenal Mas Ade..:)
Mas Ade Ada punya wiring diagram Motorized Valve AUMA?
Selamat malam Pak Muhammad Taher,
salam kenal kembali. sudah saya respon di atas ya,
Salam,
TeknisiInstrument
Ok Mas, Mutursuwun.:)
Kembali Kasih
Salam,
TeknisiInstrument
Terima kasih banyak mas ade atas bantuannya, sangat membantu.
Salam Instrument..:)
Kembali kasih.
TeknisiInstrument
Slamat malam pak ade,
Saya mau bertanya. Bila output transmiter/tranduscer 4-20mA type actif mendapat tegsngan 24 volt pada terminal/pin positif (+) dan negatif (-) nya secara langsung karena kesalahan koneksi akan merusak rangkaian sensornya?
Setelah koneksi sdh benar transmiter masih bisa mengeluatkan arus 4-20mA sesuai dengan input sensornya, hanya tidak dapat menunjukkan angka 0 pd display-nya, tetapi dpt menunjukan nilai pengukuran bila arus output yang terukur lebih dari 4mA.
Transmiter yang saya gunakan adalah scaletron untuk pengukuran silo dgn sensor strain gauge.
Mohon bantuannya.
Teroma kasih sebelumnya pak ade.
Pak Hajar,
Salam kenal.
Mungkin perlu diyakinkan (melalui manual book), apakah transmitter tersebut memiliki proteksi reverse polarity, atau proteksi sejenis itu? Jika ya, mungkin tidak akan merusak transmitter-nya.
Jika bacaan local indicator dengan sinyal output berbeda, mungkin local indicatornya perlu dikalibrasi/adjust.
Salam,
TeknisiInstrument
Salam kenal kang,
saya mau bertanya. Apakah pressure transducer merupakan alat ukur standar untuk membaca tekanan fluida?
bila iya apa alasannya dan pendapat yg akang jelaskan bersumber dari mana?
terimakasih
Pak Azka (atau ibu, mohon maaf jika salah 🙂 )
Salam kenal kembali.
Menurut TeknisiInstrument, dibilang standard juga tidak. Tergantung dari jenis pembacaan yang diinginkan. Jika pembacaan tekanan yang diperlukan hanya pada local gauge, dan tidak ada device lain yang memerlukan sinyal bacaan tekanan tersebut, maka sebuah pressure gauge (pressure indicator, atau manometer) juga sudah cukup.
Tetapi lain ceritanya jika sinyal bacaan tekanan tersebut diperlukan oleh peralatan lain semisal digital remote indicator, controller, recorder, DCS, PLC dan lain-lain, maka memerlukan sebuah alat ukur tekanan yang memiliki kemampuan mengirimkan sinyal bacaan tekanan tersebut. Alat tersebut umumnya disebut pressure transmitter. Yang di-standard-kan biasanya sinyalnya, umumnya berupa arus listrik dengan kisaran 4-20mA, ada pula yang memakai sinyal tegangan 0-5VDC, 1-5VDC dll.
Alasannya?
Best practice saja. logikanya begini: Jika kita hanya perlu membaca tekanan, maka pressure gauge (manometer atau pressure indicator) saja sudah cukup. Jika kita ingin mengirimkan sinyal bacaan tekanan tersebut ke alat lain semisal controller/recorder, maka kita perlu alat pembaca tekanan yang memiliki kemampuan mengirim sinyal. Jika controller-nya berupa controller elektronik, maka kita perlu alat ukur tekanan yang mampu mengirimkan sinyal listrik/elektronik yang representatif terhadap tekanan yang diukurnya, kemudian kita perlu presure transducer (kebanyakan orang menyebutnya pressure transmitter untuk alat yang bisa mengirimkan sinyal). Dan jika controller kita berupa controller pneumatic, maka kita perlu pneumatic pressure transmitter, bukan pressure transducer.
Jadi semuanya bergantung pada kebutuhan.
Sumbernya dari mana?
Itu haya pendapat TeknisiInstrument, dari berbagai sumber 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
terimakasih atas jawaban dan bantuannya 😀
Kembali kasih,
Salam,
TeknisiInstrument
assalamu’alaikum,.
ijin bertanya pak,,
saya dari mahasiswa, ada gk pak referensi tentang transmitter
Wa’alaikum salam wrwb.
Sudah coba google?
Coba juga ini:
Pressure:
http://www.coulton.com/beginners_guide_to_differential_pressure_transmitters.html
Untuk transmitter jenis lain, coba cari manual book dari salah satu produk transmitter yang ada di pasaran. Pada manual tersebut, biasanya dijelaskan “Principle of Operation” di sana biasanya disertakan teorinya.
Salam,
TeknisiInstrument
Salam kenal mas.
Sy mau bertanya, gmna cara mengatasi preasure yang hunting ( tidak konsisten preasurenya) ?
Trimakasih.
🙂
Pak Rahmad,
Salam kenal.
Agak sulit mendiskusikan masalah tersebut, tanpa didukung data tambahan hehehe.
Jika pressure yang hunting adalah pada sebuah system yang dikendalikan oleh sistem instrumentasi (PID controller misalnya) Untuk mendapatkan pressure yang stabil, bisa dicoba tuning.
Jika pressure tersebut hunting hanya pada bacaan pressure gauge, mungkin akibat vibrasi dari piping/tubing, mungkin bisa dicoba dengan memasang pressure gauge yang menggunakan glycerin.
Jika ada gambar system-nya, mungkin kita bisa berdiskusi kembali.
Salam,
TeknisiInstrument
Mas numpang nanya dong…hee
Saya punya masalah dengan kalibrasi Silica Analyzer “Silkostat 9210”.. Pada saat zero and slope calibration selalu message refference error,,bsa bantu mas??:)
Salam kenal Pak.
Sayang sekali Pak, saya belum punya pengalaman dengan Silkostat 9210. Apakah sudah merujuk pada manual booknya? Biasanya suka disertakan troubleshooting guide.
Sekali lagi, mohon maaf karena tidak bisa menjawab 🙂
Salam,
TeknisiInstrument.
Aslmkm..mau tanya ni pa saya sekarang bekerja dibagian instrument analyzer kira2 skill apa aja ia yang harus dikuasai…? Terimakasih
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Wah… sebetulnya saya juga masih awam mengenai analyzer hehe.
Tapi mungkin tergantung dari jenis analyzer-nya.
Kalau TeknisiInstrument, biasanya mengacu pada manual book terlebih dahulu.
Di sana biasanya dijelaskan segala sesuatunya, dari situ kita bisa tahu apa saja yang harus kita pelajari.
Sekali lagi, mohon maaf tidak bisa menjawab.
Salam,
TeknisiInstrument
Mas numpang nanya dong…hee
Saya punya masalah dengan kalibrasi Silica Analyzer “Silkostat 9210″.. Pada saat zero and slope calibration selalu message refference error,,bsa bantu mas??:)
Pak muhammadtoher,
Sudah dikomentari di komentar nomor #185 (https://www.teknisiinstrument.com/qa/tanya%e2%99%a5jawab-2/#comment-1358)
Salam,
TeknisiInstrument
salam kenal kang…
klo boleh sedikit menambahkan jawaban di atas,pressure transducer atau yg sering disebut P to I biasanya hanya digunakan sebagai feedback sebagai bahan koreksi dari suatu sistem closeloop yg controllernya masih menggunakan controller pneumatic dan biasanya pressure yg dibaca relatif kecil 3 ~ 15 PSi,
mohon maaf klo ada kekeliruan dan terima kasih atas salam perkenalanya.
Terima kasih atas tambahannya 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
assalammualaikum kang
bade tumaros, manawi terang rumus kangge k-faktor???
kaleresan nuju setting turbin, mentok ni rumus k-faktor na,..
walerana di antos kang, nuhun
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Ragasta,
Salam kenal…
Kita coba terjemahkan dulu pertanyaanya ya… hehehe
Pak Ragasta,
Sebelumnya saya mohon maaf jika saya tidak bisa ikut berdiskusi lebih mendalam, karena saya juga jarang bersentuhan dengan tirbine meter, hanya pernah saja hehehe.
Dulu pernah ada diskusi di blog ini, silakan ikuti link berikut:
https://www.teknisiinstrument.com/2010/04/15/dry-leg-dan-wet-leg-pada-level-transmitter/#comment-349
Salam,
TeknisiInstrument
Pak Ragasta,
Sebagai tambahan, kalau TeknisiInstrument tidak salah ingat, untuk mendapatkan k-factor, harus dilakukan prooving test pada test bench khusus, dengan mengalirkan flow yang sudah diketahui, kemudian nanti pulsanya dihitung, berapa pulsa yang dihasilkan untuk setiap satuan volume yang diketahui tersebut, Misalnya, jika flow yang dialirkan adalah 1 gallon, dan menghasilkan 100 pulsa, maka k-factor-nya adalah 100/1=100.
Salam,
TeknisiInstrument
Salam terknisi instrument.
Mau tanya Pak.kalau mau mengatasi transmitter yg hunting bagaimana Pak.display indikatornya tidak stabil selalu naik turun. .
Biasanya ditransmitter yokogawa.ada 3 terminal conection supply dan check.klo supply untuk power 24 vdc.klo check untuk apa pak.
Terima kasih
Pak Lutfi Rohman,
Salam kembali Pak.
Apakah analog output (4-20mA)-nya juga hunting?
Apakah sudah coba konek dengan field communicator (hart comm)? Coba periksa apakah punya fitur damping time? Jika ya, coba naikkan, misalnya jika default-nya 0,4 detik, coba jadikan 0,6 atau angka dekat itu.
Apakah yang dimaksud adalah pressure transmitter? Jika ya, coba pasang pressure gauge (pressure indicator) dengan sensing point yang sama dengan pressure transmitter tersebut, jangan-jangan memang pressure-nya yang hunting.
Jika transmitter yang dimaksud adalah temperature transmitter dengan sensor RTD, coba periksa koneksi RTD-nya, mungkin longgar
Coba juga lakukan loop check, jika saat loop check digital local indicator dan analog output-nya masih tetap hunting, kemungkinan electronic module-nya bermasalah.
Jika di loop check ternyata tidak hunting, coba calibration check, jika itu pressure transmitter, coba inject dengan pressure pada titik 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% (jika temperature transmitter, silakan inject dengan resistor (baik yang digital ataupun dengan decade resistor box). Jika saat di-inject pressure/resistance, ternyata digital indicator dan analog output-nya hunting, kemungkinan sensor module-nya bermasalah.
Terminal “Check/Test” biasanya untuk “melihat” output analog-nya Pak. Coba ukur dengan mA-Meter, sesuaikan terminal + dan – nya. Tapi yakinkan dulu dengan manual book-nya.
Semoga membantu,
Salam,
TeknisiInstrument
i like this link
Thanks
assalamualaikum kang..punten nya ganggu,,saya masih sangat baru dalam sistem instrumentasi..saya pengen tanya tentang flowmeter endress hauser,,cara mereset angka di displaynya itu gimana yah,biar 0 kembali,,terima kasih kang..
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Pak Yayat Hidayat, sama, saya juga masih belajar 🙂
tipe apa ya, flowmeter-nya?
Salam,
TeknisiInstrument
promag 50 W endress + hauserr
Pak Yayat Hidayat,
Terus terang saya belum pernah menangani tipe itu.
Apakah angka yang ingin direset tersebut adalah totalizer-nya?
Menurut manual book yang bisa di-download di sini:
https://portal.endress.com/wa001/dla/5000000/0373/000/06/BA046DEN_1209.pdf
Pada halaman 97, ada salah satu sinyal inputnya yang bisa dikonfigurasi untuk mereset totalizer.
Atau silakan download Device Description, pada link berikut:
http://www.aalto.ca/aaltoinc/Datasheets/EHDF50.pdf
Lihat halaman 6, di situ ada peta menu bagaimana cara me-reset totalizer.
Salam,
TeknisiInstrument
Misi gan saya mau nanya, untuk sensor tekanan pompa yg set pointnya bisa diatur itu apa namanya?
Apakah yang dimaksud itu adalah pressure switch?
https://www.google.co.id/search?q=adjustable+pressure+switch+untuk+pompa&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=dBqPU7fjIIWcugTx0oGgAQ&ved=0CCMQsAQ&biw=1280&bih=628
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu alaikum…
Salam kenal mas…
saya mau bertanya mas,
sistem kontrol instrumentasi di tempat saya kerja menggunakan DCS Yokogawa.
yg mana disini ada 3 mode operasi, yaitu: Manual, Auto, dan Cascade
yg ingin saya tanyakan adalah, Mengapa terjadi hunting ketika mode operasi (misalnya pada control valve) dirubah dari manual mode ke Auto atau Cascade mode…??
dan ketika mode operasi dikembalikan lagi dari Auto atau Cascade mode ke manual mode, nilai PV (Process Value) kembali stabil (tidak hunting)..??
Parameter PID sudah dilakukan tuning dan kalibrasi pada masa comissioning 5 bulan lalu
Wa ‘alaikum salam wrwb.
Salam kenal kembali Mas Bregas Damaresi.
Kalau saya tidak salah memahami, PV akan hunting ketika mode controller di set AUTO, sedangkan PV stabil jika controller di set MANUAL.
Selam 5 bulan, mungkin sudah ada perubahan besaran proses, misalnya apakah selama lima bulan terakhir sudah ada perubahan kapasitas produksi? Karena jika terjadi perubahan kapasitas produksi, maka process load akan berubah, sehingga mungkin parameter PID yang sudah di tune saat commissioning dulu sudah tidak memadai lagi untuk meng-handle process load sekarang. Mungkin perlu dipertimbangkan kembali untuk dilakukan PID tuning lagi.
Catatan: Yakinkan dulu transmitter dan control valve sudah terkalibrasi dengan benar.
Salam,
TeknisiInstrument
Kang saya mau tanya tentang Zero dan Span maksudnya apa ???
Terima Kasih
ohh udah ada jawabannya dsini kang https://www.teknisiinstrument.com/qa/tanya%E2%99%A5jawab-2/#comment-805 sory sory …
Kang Darwin,
Maaf baru bisa respon, syukur alhamdulillah kalau sudah menemukan jawabannya 🙂
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamualaikum kang,
Bagaimana cara mengkalibrasi interface level pada tangki bertekanan dengan menggunakan Fisher Controller 2500. Untuk pengukuran level minyak dan air. Terima kasih sebelumnya.
Wa ‘alaikum salam.
Coba buka manual book-nya pada halaman 20, di link berikut:
http://www.documentation.emersonprocess.com/groups/public/documents/instruction_manuals/d200124x012.pdf
Di situ dijelaskan.
Salam,
TeknisiInstrument
Selamat Siang Kang Ade,
Bisa minta referensi untuk nama vendor/konsultan untuk training instrumen dan kalibrasi proses kontrol yang qualified di Indonesia.
Salam,
Ambar
Selamat siang Kang/Teh Ambar,
Mohon maaf baru bisa respon…
Wah, maaf sekali saya tidak menyebutkan lembaganya, takut dikira iklan hehe. coba aja di link ini: https://www.google.co.id/search?q=instrument+and+control+training+indonesia&ie=utf-8&oe=utf-8&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=sb&gws_rd=cr&ei=BhePU8K5O8KgugTy4IHICw
Salam,
TeknisiInstrument
Assalamu ‘alaikum.
Berhubung komentar pada page ini sudah terlalu banyak (215 komentar), sehingga akan memperlambat page loading, untuk alasan itu, TeknisiInstrument menutup “comment” pada page ini. Jika ingin berdiskusi lagi, silakan lanjutkan di Tanya♥Jawab-3 (https://www.teknisiinstrument.com/qa/tanya%E2%99%A5jawab-3/)
Terima kasih,
Salam,
TeknisiInstrument
Pingback: PID, Pemahaman Versi Awam | Teknisi Instrument